Mohon tunggu...
Hastira Soekardi
Hastira Soekardi Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu pemerhati dunia anak-anak

Pengajar, Penulis, Blogger,Peduli denagn lingkungan hidup, Suka kerajinan tangan daur ulang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Aku Ingin Mati Saja

14 Juni 2019   02:29 Diperbarui: 14 Juni 2019   02:41 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : www.pixabay.com

Entah tubuhku mulai lelah Lelah melawan nasib yang tak kunjung membaik. Rasa sakit di sekujur tubuhku mulai terasa lagi. Seperti tertusuk duri. Rasa sakit yang mendera terus menerus bahkan menghancurkan semua hidupnya. 

Kini hanya tubuh yang kurus kering dengan tatapan nanar. Tak ada sinar kehidupan lagi. Semua seperti berhenti di waktu yang sama. Tak bisa berjalan kembali , tak mau menatap masa depan, karena aku tahu semua telah hilang dari hidupku. Hilang bersama perginya Galih , anak semata wayangku  entah kemana. Hancur lebur diriku. 

Teganya engkau meninggalkan aku sendiri. Kau tak tahu betapa aku mencintaimu setulus-tulusnya. Kau ingat saat kau kecil. Kau berlari-larian ke sana kemari. Aku ibumu sampai lelah menjagamu. Aku menjagamu begitu hati-hati, aku tak mau kau terluka sedikitpun. 

Betapa aku mencintaimu anakku. Sepanjang hidupku, aku merawatmu, menjagamu agar perasaan hatimu tetap selalu bahagia. Aku tak mau orang menghina kamu yang tak punya bapak. Siapapun yang menghina dirimu, aku yang paling depan melawan. Kau tak boleh sedih biar aku ibumu yang menghadapi mereka.

Dunia ini keras , anakku. Bagaimana kita bisa melewatinya bersama. Walau cacian dan hujatan datang kita selalu bergandengan tangan. Sungguh aku bangga denganmu, anakku. Aku tahu dari lubuk hatimu terdalam kau menyayangi diriku. Tapi itu dulu. 

Kini setelah kau mengenal gadis itu, kau menjauh dariku. Ada apa anakku? Mengapa kau harus menjauh dariku. Aku sedih sekali. Kini aku hanya sendri, kesepian. Kau tahu setiap hari aku menunggu kedatanganmu. Tapi nihil. Kau tetap saja tak datang. 

Ada apa anakku? Ada apa dengan gadis itu? Apa dia tak menyukaiku sehingga membawamu pergi dariku? Apa salahku? Aku ibumu. Aku ingin selalu berada di sisimu. Mendampingimu seperti dulu. Kini aku kesepian. Ingin rasanay aku mati saja. Tubuhku mulai melemas . aku malas makan , tak nafsu lagi. Hanya ada dirimu dalam pikiranku. Hanya dirimu saja anakku.

Tubuhku melemah dari hari ke hari. Aku sudah gak kuat menopang tubuhku. Sampai aku merasa tubuhku melayang-layang. Aku melihat tubuhku di bawah , di atas tempat tidurku. Kurus. Kumal. Aku melayang-layang di tubuhku. 

Ah, kenapa rohku melayang-layang, apakah aku sudah mati. Baguslah, memang aku ingin mati. Buat apa aku hidup tanpa anakku. Walau aku sudah dicampakan oleh anakku sendiri. Biar saja , aku mati. Aku masih melayang-layang. 

Aku melihat anakku sedang menangisi kepergianku. Aku usap bahunya tapi dia tak merasa, aku rangkul dia tak merasakannya juga. Ah, aku hanya roh saja, mana mungkin aku merangkulnya. Aku bisikan namanya. Dia menoleh dan mencari-cari suaraku. Kemana gadis itu? Kenapa tidak bersama anakku?

"Maafkan aku ibu? Aku salah. Gadis itu memang bukan gadis yang baik.Aku tahu. Aku tertipu. Maafkan aku ibu." Dia masih saja menangis. Rasa perih ada di dadaku. Mengapa aku harus mati dulu, baru kau menyadari kesalahanmu , nak?  Dia masih menangis. Aku hanya bisa melayang-layang terus di atas. Kini saatnya aku harus pegi menuju tempat yang lebih baik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun