Mohon tunggu...
Hastira Soekardi
Hastira Soekardi Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu pemerhati dunia anak-anak

Pengajar, Penulis, Blogger,Peduli denagn lingkungan hidup, Suka kerajinan tangan daur ulang

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Keramik Plered yang Terlupakan

13 Februari 2019   02:24 Diperbarui: 13 Februari 2019   20:49 1006
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kota Plered ini punya sejarah yang berhubungan dengan keramik ini (Sumber gambar : dok pribadi)

Gara-gara mencari jalan alternatif ke Cipanas puncak akhirnya bisa melewati kota Plered Purwakarta. Biasanya ke Cipanas dari Cirebon lewat tol dan keluar Padalarang baru naik ke Cianjur dan sampailah ke Cipanas. Tapi itu memerlukan hampir 6-7 jam lamanya belum kalau macet di Padalarang, daerah Rajamandala. 

Dan dari google maps akhirnya dapat jalan pintas menuju ke Cipanas Puncak. Jadi dari Cirebon masuk tol Cipali keluar pintu tol Purwakarta dan menyusuri waduk Cirata akan sampai ke Cikalong wetan yang sudah dekat dengan Cianjur dan terus akan sampai Marowati dan sampailah di Cipanas. Keluar pintu tol dan melewati Plered. 

Ingat waktu SD belajar kalau di Plered ini khasnya ya keramik. Dan melewati daerah pembuatan keramik di sentra keramik Plered. Tapi berhubung ingin cepat sampai cipanas, makanya mau mampir ke sini kalau pulangnya saja.

Plered ini ada di wilayah selatan Purwakarta sebuah kecamatan dengan luas 36,79 kilometer persegi. Sentra industri kearmik ini ada di desa Citeko, desa Anjun dan desa Pamoyanan. Kerajinan keramik di Plered ini sudah turun temurun sejak tahun 1904. 

Kota Plered ini punya sejarah yang berhubungan dengan keramik ini. Bahkan katanya kerajinan keramik ini sudah ada sejak jaman neolitikum. Katanya pada jaman itu sudah banyak warga yang datang ke daerah Cirata sepanjang sungai Citarum. 

Hal ini terbukti di Cirata penggalian menemukan alat-alat terbuat dari batu, kapak termasuk barang yang terbuat dari keramik. Terbukti kalau sejak dulu masarakat Plered sudah membuat keramik, apalagi tanah liat sebagai bahan utamanya banyak didapat di sana.

Kerajinan keramik di Plered ini sudah turun temurun sejak tahun 1904 (Sumber gambar : dok pribadi)
Kerajinan keramik di Plered ini sudah turun temurun sejak tahun 1904 (Sumber gambar : dok pribadi)
Awalnya mereka membuat banyak barang dari tanah liat merah ini berupa gerabah dan alat rumah tangga . Seiring dengan perkembangan zaman pembuatan keramik bukan hanya untuk alat rumah tangga saja tapi bisa juga untuk pot. 

Penjualan bisa keluar kota seperti Bandung,termasuk Jakarta bahkan ada yang dikirim ke luar negeri seperti ke Cina, dan Eropa. Bila berkunjung ke sana kita juga bisa melihat proses pembuatannya. Ada pot dengan aneka bentuk dan ukuran. 

Begitu juga celengan aneka bentuk dengan variasi harga. Menurutku sih murah harganya dibanding beli di tempat lain. Tempat ini pernah mencapai jaman keemasan dimana penjualan selalu meningkat.

Seorang pekerja sedang membuat keramik dengan tanah liat (Sumber gambar : dok pribadi)
Seorang pekerja sedang membuat keramik dengan tanah liat (Sumber gambar : dok pribadi)
Seiring waktu kunjungan pengunjung ke sentra keramik semakin berkuang. Apalagi tak punya modal cukup sehingga usaha keramik semakin lesu, kurangnya minat orang terhadap kerajinan keramik. Untuk pengembangan usahanya juga kurang. Kadang hasil produksinya sulit untuk dipasarkan. 

Sekarang lagi sepi kata seorang pengrajin di sana. Jadi saat pulang kembali ke Cirebon akhirnya mampir ke sebuah toko. Kebetulan aku mencari pot kecil buat kegiatan anak-anak Circle of Happiness. Ternyata menemukan dengan harga yang murah meriah banget. Dan suamiku membeli pancuran untuk ditaruh di halaman depan. Juga dengan harga yang murah dibanding membeli di kota besar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun