Sudah hampir dua minggu ini Sakim uring-uringan. Maunya marah terus dan semua ketiban amarahnya. Rumahnya harus sepi tak ada sedikitpun yang boleh ribut sekalipun Zaenab istrinya yang memang notabene ceriwis. Ini semua gara-gara bisul. Awalnya bisul muncul di ketiak kanannya, sakit sekali. Eh gak lama kemudian muncul di ketiak kirinya. Dan tak lama kemudian muncul lagi di pantatnya. Saat ini ada 20 bisul ada di tubuhnya dan semua terlihat bernanah. Sakit sampai rasanya kepalanya sakit. Sudah ke dokter yang berbeda dengan salep yang berbeda tapi nihil. Saran yang terakhir harus operasi. Sakim takut. Berapa kali dia harus opearsi kalau bisulnya ada duapuluh? Â Zaenab mencarikan obat herbal tapi hasilnya nihil.
Sakim bingung dengan bisulnya yang datang tiba-tiba. Kenapa bisul ini bikin hidupnya jadi susah. Padahal Sakim sekarang sudah menduduki kepala kantor asuransi di Bogor. Uang mengalir ke kantongnya. Dan hidupnya mulai berubah . Hidupnya sekarang tak kekurangan, bahkan Sakim mencoba untuk mempunyai istri lagi.Â
Gak ada salahnya toh menurut agamapun boleh. Apalagi Zaenab sudah tak tampak cantik lagi apalagi nyinyirannya setiap hari bikin kepalanya pusing. Sakim pikir mungkin dengan istri keduanya dia bakal hidup damai. Ternyata tidak. Ratih hanya baik saat pacaran saja, tapi setelah jadi istrinya, dia menuntut untuk banyak dibelikan barang-barang mewah.Â
Dan itu membuat bisulnya semakin nyeri. Jadi buah simalakama, ke rumah sini dinyinyirin , ke rumah sana dimintai uang terus. Rasanya tak ada tempat yang nyaman lagi bagi dirinya. Sakim butuh tempat yang nyaman, butuh istirahat, butuh bisulnya pecah.
Sepagi ini Sakim sudah memarahi anak buahnya. Sakitnya membuatnay tak bisa menaham emosinya. Akhirnya Sakim hanya bisa duduk lemas di tempat duduknya tanpa berbuat apa-apa. Pintu ruangnya terbuka, Elis sekretarisnya masuk.
"Pak, Ada pak Danu datang dengan pak Sobri,"tukasnya
"Mau apa mereka?"
"Entahlah, kata mereka bapak disuruh nunggu di ruangan saja,"tukas Elis kembali.
"Apa!" Maksudnya apa ya, kok aku hanya disuruh di ruangan saja,pikir Sakim. Dirinya mulai gelisah. Elis masuk lagi dan bercerita kalau Erik bagian keuangan sedang diperiksa laporannya oleh pak Sobri akuntan kantor pusat. Sakim mulai berkeringat dingin. Semoga Erik bisa berkelit dengan laporannya.Â
Selama ini dia dan Erik kongkalikong dalam hal keuangan. Dan mereka merasa bebas karena kantor pusat gak pernah memeriksanya. Pak Danu percaya pada Sakim karena dulu  Sakim tangan kanannya. Makanya kantor cabang di Bogor dipercayakan kepada Sakim. Sakim mulai gelisah, terbayang berapa banyak uang yang diambil dirinya dan Erik. Laporannya yang dikirim ke Jakarta semua palsu. Tiba-tiba pintu ruangannya terbuka. Pak Danu bersama polisi mendatanginya.
"Selamat siang pak, bapak kami tangkap atas tuduhan penggelapan uang kantor,"tukas salah satu polisi.