Mohon tunggu...
Hastira Soekardi
Hastira Soekardi Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu pemerhati dunia anak-anak

Pengajar, Penulis, Blogger,Peduli denagn lingkungan hidup, Suka kerajinan tangan daur ulang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Antri

25 Mei 2018   02:44 Diperbarui: 25 Mei 2018   03:11 480
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : dok pribadi

Tradisi ramadan itu banyak sekali . Salah satunya kuliner ramadan. Selalu bertebaran di jalan-jalan yang berjualan camilan untuk menu buka puasa. Bahkan ada camilan yang hanya ada di bulan ramadan. Lila mendapat cerita dari Dila kalau kuliner di daerah Kedawung banyak macamnya dan enak-enak terutama sambal asam dan cikonya. Sambalnya beraneka ragam, ada sambal terasi, ada sambal asam, sambal kacang. Lila akhirnya mencoba ke sana dan sebelumnya Dila sudah wanti-wanti untuk datang lebih awal karena  penuh orang yang mau beli. Benar saja antrian sudah sperti ular. Lila harus gigit jari kalau hari itu dia gagal total membeli camilan .

            "Sudah aku bilang kan, kalau ke sana datang lebih awal,"tukas Dila.

            "Tapi kata orang yang antri di depanku, itu baru buka juga." Lila tampak kesal. Bayangan sambal terasi pedas bercampur dengan ciko atau sambal asamnya hilang sudah. Dan esoknya Lila tak mau gagal lagi. Dia datang lebih pagi. Benar saja penjualnya baru saja datang. Saat sudah siap untuk mulai berdagang, tiba-tiba saja orang --orang yang berdiri agak jauh dari Lila meringsek ke depan meja jualannya dan Lila terdorong ke barisan belakang.

            "Ih, ini gimana sih, aku yang ada di depan kok didorong ," tukas Lila marah tapi orang-orang hanya melirik sebentar dan sibuk berteriak untuk dilayani. Banyak tangan yang menggapai ke depan untuk bisa sampai di depan dan yang di depan berteriak untuk meminta pesanannya. Penjual begitu pusing melayani pembeli yang mulai gak sabaran. Teriakan mulai terasa semakin keras. Telinga Lila mulai sakit.

            "Bu, saya sambal asam dan ciko. Sambalnya sambal terasi."

            "Bu, saya gorengan dan ciko . Sambal kacang. Yang pedes."

            "Bu, cepetan, saya sudah dari tadi pesen. Kok belum dialyani." Teriakan-teriakan semakin keras. Gendang telinga Lila bergetar keras dan mulai berdenging keras. Dan kepala Lila mulai berputar keras. Terus berputar, berputar dan jatuhlah Lila.

            "Ada yang jatuh,"teriak seseorang . Semua mengerumuni Lila.  Dan seseorang jongkok untuk memeriksa Lila. Dan orang itu terdiam sesaat sebelum dia berkata.

            "Dia mati." Semua terdiam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun