Mohon tunggu...
Hastira Soekardi
Hastira Soekardi Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu pemerhati dunia anak-anak

Pengajar, Penulis, Blogger,Peduli denagn lingkungan hidup, Suka kerajinan tangan daur ulang

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Masih Adakah Cinta (4)

29 September 2017   03:39 Diperbarui: 29 September 2017   04:01 1011
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: portalsemarang.com

Cerita sebelumnya  

             Pagi itu aku mencari Galih , dia tak tampak batang hidungnya. Aku berlari ke belakang , menanyakan bi Sum kemana Galih.

            "Bi, Galih gak kemari pagi ini?"

            "Gak neng."

            "Tumben bi," aku tampak kesal. Bibi bilang tidak selalu Galih minta uang jajan, dia sudah bisa cari uang jajan sendiri. Kalau malam  dia suka jaga warnet  sambil belajar. Memang rumah bi Sum terletak di belakang perumahanku. Jadi tepat di belakang perumahan mewah tempat aku tinggal, ada perumahan penduduk yang kebanyakan dinding rumahnya hanya terbuat dari papan saja. Letaknya berdekatan satu sama lain. Aku sendiri belum pernah ke sana. Bi Sum melarang saat pernah aku ingin bertemu Galih.

            "Ya udah, nanti Galih datang untuk menyiram kan?" tanyaku penuh harap.

            "Mungkin neng." Aku berbalik dan segera menuju mobil.

            "Pak,aku turunkan di gerbang perumahan ya. Aku mau naik angkot. Pak Sapri nongkrong saja di warung kopi, tapi ingat jangan bilang mama ya,"tukasku. Pak Sapri mengangguk setuju. Aku turun dan menunggu angkot. Ternyata aku menikmati naik angkot. Walau aku berdesak-desakan tapi aku selalu suka mendengarkan pembicaraan penumpang.Ada banyak cerita yang bisa aku dengar. Dan aku juga bisa mengamati cara mereka berpakaian. Aku melihat angkot mendekati dan lambaian tanganku membuat angkot itu berhenti. Aku masuk . Tak aku sangka ada Sasha di dalam angkot. Katanya dia anak orang kaya . Bukan berarti anak orang kaya gak boleh naik angkot, tapi aku pernah mendengar Sasha mengatakan kalau yang naik angkot itu pasti bukan orang kaya.
            "Eh. Karin. Ini mobilku masuk bengkel jadi aku terpaksa naik angkot. Habis mau apa lagi. " aku mengangguk-angguk. Mungkin ini satu alasan Sasha juga kali.Tapi entahlah aku bukan tipe orang yang meributkan orang itu kaya atau tidak. Aku melihat Sasha terus-terusan kipas --kipas, sebentar-bentar berdesis layaknya ular..

            "Oh, gini ya kalau naik angkot.Aku sih baru pertama kali. Kamu sudah sering Karin?" tanyanya.

            "Setiap hari aku naik angkot. Pulangnya saja aku dijemput."

            "Apa kamu gak kepanasan." Sambil terus mengipasi wajahnya dan berdesis kembali. . Aku mencibir. Yang lain saja gak ribut, jadi tampak sekali kalau Sasha itu sombong dan meremehkan orang yang naik angkot. Tampak juga sebagian penumpang menatap Sasha sebal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun