Mohon tunggu...
Hastira Soekardi
Hastira Soekardi Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu pemerhati dunia anak-anak

Pengajar, Penulis, Blogger,Peduli denagn lingkungan hidup, Suka kerajinan tangan daur ulang

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Masih Adakah Cinta (1)

9 September 2017   03:05 Diperbarui: 9 September 2017   03:32 770
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: drugaddictiontreatment.ca

Masih sore , aku berjalan menuju balkon rumah tingkatku. Dari atas aku melihat Galih sedang menyiram tanaman. Galih anak bi Sum memang sering membantu bi Sum  sepulang sekolah atau kalau Galih sedang tak ada kegiatan. Aku meletakkan kedua tanganku di daguku sambil memandang Galih menyiram. Bagiku Galih adalah teman baikku. Galih yang mengerti aku. Dia yang suka sekali mendengarkan keluh kesahku. Sudah sejak lama. Galih dan aku berteman . Galih sekarang duduk di kelas dua SMA dan aku kelas satu SMA. Pertemanan yang unik. Malah Rara teman satu kelasku mewanti-wanti aku jangan sampai aku kecantol dengan Galih. Memang sih Galih tidak bisa dibilang jelek dan juga tak tampan sekali, tapi Galih adalah cowok yang cukup pantas untuk bisa diajak jalan. Kesehariannya yang sederhana tak membuatnya menjadi buruk rupa, tapi justru disitulah kekuatan Galih. Galih melambaikan tangannya padaku.

            "Hai, sana nyiram dulu. Awas dilihat !" teriakku. Belum selesai aku bicara, Galih sudah tersandung batu dan tubuhnya jatuh menyentuh pot besar di hadapannya. Aku tertawa tergelak melihat Galih yang tampak bangun dari jatuhnya sambil menggaruk-garuk kepalanya. Galih menatapku . Ah, tampak wajahnya yang lucu. Dan Galih mulai menjulurkan lidahnya padaku. Aku membalasnya . Dan gelak tawa terdengar di halaman rumah.

            "Awas loh kualat kalau suka mentertawakan orang!" teriaknya. Galih meneruskan kembali menyiramnya. Aku tersenyum.

            Sedari kecil aku terbiasa sendiri. Temanku hanya bi Sum atau suster yang menjagaku. Aku kesepian. Aku tak pernah boleh bermain diluar. Menurut mama, aku bakal sakit apalagi kalau bermain dengan anak-anak kampung di belakang perumahanku. Seberapa banyak mainan yang dibelikan mama , itu semua tak membuatku bahagia. Mama sibuk dengan kegiatannya, apalagi papa hampir jarang di rumah. Bisnisnya yang semakin banyak membuatnya lebih banyak di kantor mengurusi bisnis besarnya. Aku seperti burung di sangkar emas, tidak bisa kemana-mana. Aku hanya terhibur saat aku berada di sekolah, itupun hanya sebentar. Karena aku jarang bergaul, aku tak punya teman dekat. Aku lebih banyak menjauh dari teman-teman. Mereka pikir  aku sombong, padahal aku ragu untuk bermain dengan mereka. Pesan mama agar aku tak sembarangan main dengan teman membuatku  ketakutan sendiri. Akhirnya aku menjadi anak yang sangat tertutup. Semua lebih banyak dipendam dalam hati. Aku gadis yang introvert dan cenderung menarik diri dari pergaulan. Untunglah aku suka melihat anak bi Sum yang sepulang sekolah sering datang menengok ibunya. Baru sore dia pulang kembali ke rumahnya.

            "Itu siapa bi ?" tanyaku. Bi Sum memperkenalkanku dengan Galih .  Mata Galih ada binar-binar yang membuatku merasa nyaman bersamanya. Dan Galih juga pandai mengambil hatiku.  Jadilah Galih teman mainku satu-satunya di rumah. Duniaku semakin ceria setelah ada Galih. Aku menyuruh  Galih untuk datang ke rumahku setiap hari, walau sempat bi Sum melarangnya. Tapi aku merengek untuk membiarkan Galih datang akhirnya bi Sum mengijinkannya. Mama dan papa memang tak begitu mengetahui keakrabanku dengan Galih, bahkan sampai aku sudah duduk di kelas 2 SMA sekalipun.Dan kesukaanku bersama Galih duduk di halaman belakang atau naik ke atap rumah. Dan bersender dekat kamarku. Dari sana  bisa melihat pemandangan lebih luas, bahkan taman perumahan bisa terlihat.Kadang itu membuat bi Sum takut. Kalau ada apa-apa dengan diriku pastinya bi Sum yang kena marah mama.

            "Neng Karina, turun nanti jatuh," tegur bi Sum kalau aku ikut naik ke atap bersama  Galih. Bahkan Galih dimarahi oleh bi Sum karena selalu mengajak aku duduk di atap rumah. Walau tampak kesal , bi Sum akhirnya mengijinkan aku dan Galih duduk di atap rumah, dengan perjanjian untuk selalu berhati-hati. Walau bi Sum mendumel karena aku naik ke atap tapi aku membiarkannya, Itu seperti mood booster bagiku. Rasanya ditegur bi Sum dan mama itu beda sekali. Aku lebih bisa menerima saat bi Sum menegur. Kalau mama??? Tak perlu lagi ditanya pasti berakhir dengan pertengkaran. Dan itulah aku lebih suka menghindari dari mama daripada harus berurusan dengan mama. Pasti yang ada hanya omelan yang panjang lebar tiada henti . Itu membuatku kesal.

            "Tau gak Galih. Aku selalu ingin menjadi kupu-kupu. Kupu-kupu itu selalu indah. Coba lihat warnanya, coraknya. Selalu indah. Dan satu lagi dia bisa terbang kemana saja. Bebas," sambil aku membayangkan diriku bisa terbang ke angkasa tanpa aku perlu takut dicari mama, tak perlu takut dimarahi mama.

            "Tapi kupu-kupu sebentar kemudian akan jadi ulat. Serem tahu," ejek Galih. Aku cemberut. Aku menatap Galih kesal, tapi Galih  bisa mengalihkan kekesalanku pada hal yang lain.

            "Kalau aku sih gak muluk-muluk." Galih terdiam lama. Aku menatapnya sejenak dan menunggu ucapan selanjutnya . Galih masih diam.

            "Kok gak ngomong-ngomong sih," tegurku menyenggol bahunya. Galih tersenyum kecut.

            "Aku pingin ketemu ayahku." Tampak sedih di raut mukanya. Aku tak berani menganggunya, aku biarkan Galih dengan kesendiriannya. Sampai akhirnya Galih bercerita tentang ayahnya. Galih sudah ditinggalkan oleh ayahnya sejak dia betumur 5 tahun. Katanya ayahnya merantau ke Malaysia untuk bekerja, tapi sampai saat ini tak pernah datang. Karena itu ibunya berkerja. .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun