Ganjar paham bahwa pernyataannya untuk siap menjadi Capres itu melabrak hak prerogatif Megawati. Artinya kader tidak boleh bicara capres kecuali tunggu keputusan Megawati.
Karena Ganjar tahu dirinya tidak dihitung oleh Megawati maka strategi Ganjar untuk buat keputusan itu harus ditempuhnya, karena sudah sangat jelas bukan dirinya yang menjadi pilihan oleh Megawati.
Kondisi inilah bisa disebut Ganjar sebagai kader PDI-P menggugat atau protes hak prerogatif Megawati untuk menentukan capres yang bukan dirinya, tapi Puan. Ya menurut penulis, hak prerogatif Megawati merupakan sebuah strategi amputasi Ganjar.
Paling parah yang membuat Ganjar jauh dari Megawati, karena elit-elit PDI-P yang dekat dengan Megawati. Itu tidak harmonis dengan Ganjar, maka semakin jauhlah dirinya.
Bisa jadi keputusan berani itu dilalukan Ganjar, karena sudah mendapat info dari Presiden Jokowi atas sikap Megawati, itu diperoleh pasca pertemuan Megawati dan Presiden Jokowi di Batutulis Kota Bogor, bahwa Puan yang akan didorong oleh Megawati.
Mungkin Ganjar akan masuk melalui pintu Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) bersama Airlangga Hartarto, Ketum Partai Golkar.
Karena dengan kondisi standar, Ganjar sudah sangat susah melalui PDI-P. Megawati sudah kelihatan "pasrah" mendorong Puan. Tinggal Ganjar menunggu ditendang keluar PDI-P oleh Megawati, atas pernyataannya tersebut.
Namun Megawati kali ini, sangat keliru dalam strategi bila memaksa Puan maju sebagai Capres 2024.
PDI-P dalam kondisi bahaya, akan ditinggalkan simpatisan dan pasti beberapa kader PDI-P akan keluar bersama Ganjar.
Kalaupun Megawati tetap paksakan Puan, bukan hanya akan berpengaruh negatif di Pilpres, tapi pula pada Pemilu 2024.
Bagaimana pendapat Anda?
Jakarta, 20 Oktober 2022