Perkembangan atau kepekaan spiritualitas seseorang sangat tergantung dari kepekaan ilmu dan emosi. Karena ketiga kepekaan tersebut saling terkait. Paripurnanya seseorang bilamana mampu menerapkan ketiga kepekaan tersebut. Jangan sampai salah satunya hilang.
Kepekaan spiritualitas jelas bukan karena aturan baku tapi lebih kepada pedoman yang ada dalam agama, juga lebih berdasar pada subjektivitas penghayatan tiap-tiap individu, ketika memahami fenomena hidup dan kehidupan. Capaian spiritualitas seseorang dapat dilihat dan terukur dari kemampuannya mengendalikan diri.
Selalu positif kepada setiap masalah yang muncul. Secara konseptual, memaafkan lebih tentang melepaskan perasaan negatif sekaligus melepaskan hak. Dalam Islam, memaafkan lebih tinggi kelasnya dibanding meminta maaf. Memaafkan sama saja melepas perasaan secara permanen, tapi dapat menyembuhkan luka emosional serta menyebabkan kita mudah bergerak maju dan menemukan kedamaian yang mendalam.
Memaafkan seseorang itu wajib dan tidak harus kembali berhubungan urusan satu sama lainnya. Urusan boleh putus, tapi silaturahim jangan putus. Artinya jangan memutuskan silaturahmi . Manfaatkan momentum lebaran masa pandemi ini untuk saling memaafkan dengan cara ciptakan hubungan komunikasi melalui virtual berkelompok.
Sebuah kesempatan menarik dalam suasana pandemi yang memudahkan komunikasi, tanpa harus datang jauh-jauh lagi. Tanpa harus mudik dan #diRumahAja. Ini adalah satu ujian dan sekaligus hadiah Tuhan Ymk kepada manusia, diberi kesempatan yang jauh bisa saling sapa online dan dimaklumi. Allah Swt menguji kita dengan kelebihan gadget yang ada ditangan masing-masing untuk saling komunikasi dan maaf-memaafkan.
Melatih diri sebagai manusia yang mudah memberi Maaf, sungguh susah tapi sangat agung dan mulia. Bila sikap tersebut dimiliki, maka tidak ada ruang dan waktu yang bisa menjadikan diri terasa asing. Kitalah menjadi manusia super, karena semua ini wujud atau tanda sebagai manusia yang bukan pendendam. Tapi sebagai manusia paripurna yang mengaplikasi niat baik dan pengakuan bersyukur pada Allah Swt.
Bisa kita belajar pada tradisi anak-anak di kota besar. Mereka datang beramai-ramai berteriak di depan rumah mengajak untuk mereka masuk "ziarah" tapi senyatanya hanya butuh amplop, setelah dapat uang receh mereka pergi. Artinya kita jangan berperilaku seperti itu yang hanya bersilaturahim karena materi. Sama saja kita terkategori sebagai anak kecil saja.
Seperti ini pengalaman untuk anak-anak tapi juga sering diikuti oleh remaja dan bahkan orang tua di perkotaan. Bisasanya pasca shalat Idul Fitri mereka berombongan mendatangi rumah ke rumah.
Tapi tujuan mereka hanya untuk istilahnya sekedar salam tempel, pada kondisi ini tuan rumah menyiapkan uang kertas dengan nominal tidak merata. Ada tanpa amplop dan ada dengan amplop, mereka datang hanya karena isi amplopnya saja.
“Ingatlah dua hal dan lupakanlah dua hal. Lupakanlah kebaikanmu kepada orang lain dan lupakanlah kesalahan orang lain kepadamu.”
Makna "Wajib" Memberi Maaf