Mohon tunggu...
H.Asrul Hoesein
H.Asrul Hoesein Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemerhati dan Pengamat Regulasi Persampahan | Terus Menyumbang Pemikiran yang Sedikit u/ Tata Kelola Sampah di Indonesia | Green Indonesia Foundation | Jakarta http://asrulhoesein.blogspot.co.id Mobile: +628119772131 WA: +6281287783331

Pemerhati dan Pengamat Regulasi Persampahan | Terus Menyumbang Pemikiran yang sedikit u/ Tata Kelola Sampah di Indonesia | Green Indonesia Foundation | Founder PKPS di Indonesia | Founder Firma AH dan Partner | Jakarta | Pendiri Yayasan Kelola Sampah Indonesia - YAKSINDO | Surabaya. http://asrulhoesein.blogspot.co.id Mobile: +628119772131 WA: +6281287783331

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Menelusur Jejak Sampah Plastik

1 September 2019   00:10 Diperbarui: 1 September 2019   00:48 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Tempat sampah toko retail Kota Jambi. Sumber: Dokpri

Kebocoran plastik ke lingkungan secara jelas mempertunjukkan kegagalan model 'take-make-use-dispose' yang memperjelas kebutuhan tentang perubahan paradigma menuju aliran material sirkular (material circular flow)" sumber: FB Prof. Dr. Akbar Tahir, Guru Besar Universitas Hasanuddin (UNHAS) Makassar.

Sekitar 8300 metrik ton (Mt) plastik yang diproduksi sejak 1950 hingga 2015, hanya sekitar 7% yang di daur ulang, dan lebih dari setengahnya dibuang di TPA atau mengotori lingkungan.

Kebocoran plastik ke lingkungan secara jelas mempertunjukkan kegagalan model 'take-make-use-dispose' yang memperjelas kebutuhan tentang perubahan paradigma menuju aliran material sirkular (material circular flow).

Lebih dari 10 Mt sampah plastik yang masuk ke lingkungan laut setiap tahunnya (Boucher & Friot, 2017) dari berbagai sumber, semakin meningkatkan dan mempercepat kebutuhan akan pentingnya perubahan ke paradigma 'aliran plastik sirkular' merupakan kunci utama untuk meredam aliran sampah plastik ke lingkungan lautan.

Perusahan (industri), pemerintah dan organisasi kemasyarakatan (termasuk LSM) harus bekerjasama secara erat dalam mengatasi pencemaran plastik.

Pentingnya standarisasi metodologi dalam mengetahui cakupan pencemaran plastik merupakan sebuah kebutuhan mutlak, seperti dilansir dalam pertemuan ke-3 UNEA di Nairobi pada tahun 2017.

Para pihak seperti disebut di atas harus menetapkan standar definisi dan teknik pemantauan atau pengukuran cakupan pencemaran plastik di lautan (mikro dan makro). Bahkan harus diperluas cakupannya menjadi kemitraan antar Negara, terutama yang saling berdekatan secara geografis.

Panduan harmonisasi dan sinkronisasi metodologi pemantauan dan pengukuran sampah plastik ini telah tersedia dan terbuka untuk diakses (GESAMP 2019). Kenapa harmonisasi dan sinkronisasi ini penting, agar dengan tersedianya data yang kredibel, signifikan dan valid atau legitimate dengan analisis akurat.

Maka para pengambil kebijakan dapat memahami persoalan yang dihadapi lalu menentukan target-target capaian melalui persetujuan terhadap rencana aksi yang akan diimplementasikan, serta mampu menilai kemajuan untuk penetapan kerangka waktu yang dibutuhkan untuk mencapai sasaran.   Tanpa itu, upaya pengurangan kebocoran sampah plastik ke lingkungan (laut) mustahil tercapai.

Data dengan metodologi terstandarisasi yang dibutuhkan meliputi: kelimpahan, penyebaran (distribusi), jenis, sumber, pola sebaran terutama yang terkait dengan sampah plastik yang berada di bawah permukaan air (perlu ditentukan jarak kedalaman maksimum rata-rata, karena variasi kondisi perairan).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun