Mohon tunggu...
H.Asrul Hoesein
H.Asrul Hoesein Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemerhati dan Pengamat Regulasi Persampahan | Terus Menyumbang Pemikiran yang Sedikit u/ Tata Kelola Sampah di Indonesia | Green Indonesia Foundation | Jakarta http://asrulhoesein.blogspot.co.id Mobile: +628119772131 WA: +6281287783331

Pemerhati dan Pengamat Regulasi Persampahan | Terus Menyumbang Pemikiran yang sedikit u/ Tata Kelola Sampah di Indonesia | Green Indonesia Foundation | Founder PKPS di Indonesia | Founder Firma AH dan Partner | Jakarta | Pendiri Yayasan Kelola Sampah Indonesia - YAKSINDO | Surabaya. http://asrulhoesein.blogspot.co.id Mobile: +628119772131 WA: +6281287783331

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Sampah sebagai Pendukung Utama Pertanian Organik Indonesia

18 April 2018   01:00 Diperbarui: 18 April 2018   09:46 2357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Pemanfaatan sampah organik untuk pertanian| Tribunnews.com

Kesadaran masyarakat Indonesia terhadap pola makan yang sehat tercermin dari makin banyaknya pilihan dalam mengonsumsi makanan seperti beras, buah dan sayur. Hal itu seiring dengan meningkatnya kesadaran dan kebutuhan akan perlunya hidup sehat dengan cara mengkonsumsi makanan sehat yang di produksi secara alami tanpa penggunaan bahan-bahan kimia serta rekayasa genetik seperti beras, buah dan sayuran organik.

Lingkungan pertanian tanaman pangan beras, kedele dan jagung serta tanaman  hortikultura buah dan sayuran organik lebih aman dan ramah khususnya terhadap ekosistem lahan pertanian seperti tanah, udara, dan air. 

Budaya mengkonsumsi makanan organik tidak saja menyehatkan bagi petani dan masyarakat (konsumen) tetapi dapat memperpanjang ekosistem alam. Pada dasarnya, banyak negara di dunia telah setuju untuk menuju kearah terciptanya sebuah bumi organik. 

Dalam kunjungan penulis di Korea Selatan, pertanian organik di sana sudah jauh lebih maju dan memanfaatkan sampah organik untuk di produksi sendiri oleh petani dibawah naungan Koperasi Pertanian National Agricultural Cooperative Federation (NACF) Korea Selatan.

"Membangun sektor pertanian organik, akan memperkuat dan mempercepat pembangunan yang membawa kemakmuran bagi semua orang"

Kendala Pertanian Organik Indonesia

Kendala utama menjadikan makanan organik di Indonesia mahal adalah belum terbangunnya infratruktur pertanian dan perkebunan organik secara massif dan terstruktur. Maka produksinya juga menjadi mahal. 

Nampak pemerintah pusat dan daerah belum sepenuhnya mendukung masalah pengembangan pertanian organik. Padahal pemerintahan sebelum dan sampai dengan pemerintahan Presiden Jokowi selalu saja memberi subsidi pupuk organik ke petani.

Ilustrasi Penulis Survey Perkebunan Organik Berbasis Sampah di Korea Selatan (dok:pribadi)
Ilustrasi Penulis Survey Perkebunan Organik Berbasis Sampah di Korea Selatan (dok:pribadi)
Tapi semua itu tidak memberi pengaruh positif kepada petani agar bergairah melaksanakan usaha pertanian organik (biologi/ekologi). Malah terjadi sebaliknya, petani lebih memilih pertanian konvensional (kimiawi). 

Kondisi ini bisa dipastikan bahwa pemerintah dan pemerintah daerah tidak maksimal mengawal petani untuk meninggalkan pertanian konvensional yang mengandalkan pupuk kimia ke pertanian organik.

Sesungguhnya pertanian konvensional (kimia) lebih berbiaya mahal dalam operasionalnya di tingkat petani dibanding pertanian organik. Memang di tingkat awal pertanian organik berbiaya mahal, karena terjadi perubahan signifikan pada struktur tanah yang sudah jenuh dengan pupuk kimia. Tapi pada tahap selanjutnya biaya akan menurun bila kondisi tanah pertanian dan perkebunan sudah stabil.

Asrul: "Sampah organik menjadi penopang utama dalam pembangunan pertanian dan perkebunan organik di Indonesia dan sangat perlu diberikan kewenangan kepada petani untuk mengolah dan memproduksi sendiri kebutuhan pupuk organik mereka" 

Makanan Organik Harus Murah

Paradigma soal makanan, kini telah berubah. Tidak sekadar enak, mengenyangkan, dan bergizi, namun juga harus menyehatkan. Salah satunya, dengan memilih makanan organik.

Apa yang harus dilakukan oleh pemerintah dan pemerintah daerah dalam menumbuhkembangan pertanian organik di Indonesia, antara lain:

  1. Membangun infrastruktur pertanian organik secara massif dan terstruktur, dengan menjadikan sampah organik sebagai bahan utama produksi pupuk organik.
  2. Kuatkan kelembagaan petani dengan pembentukan Primer Koperasi Tani disetiap kecamatan, dengan unit-unit usaha sekaitan kebutuhan petani dan masyarakat setempat. Syarat utama kelembagaan ini adalah pengetatan keanggotaan Primer Koperasi Tani. Tidak boleh terjadi kamuflase keanggotaan.
  3. Membangun jejaring, pendampingan dan pengawasan petani secara nasional dengan membentuk Induk Koperasi Tani Nasional yang beranggotakan Primer Koperasi Tani.
  4. Stop subsidi pupuk organik dengan konversi Prasarana dan Sarana Produksi Pupuk Organik kepada petani, agar mereka dapat memproduksi sendiri kebutuhannya. Melepaskan ketergantungan petani kepada pemerintah dan pemerintah daerah.
  5. Pemerintah harus memberi subsidi full terhadap sertifikasi organik kepada petani melalui Primer Koperasi Tani. Kareka biaya sertifikasi organik ini juga berbiaya mahal, sehingga menjadi hambatan bagi petani dalam mengembangkan pertanian organik.
  6. Menjaga kestabilan harga bahan pangan organik, pemerintah dan pemda harus bangun terminal agribisnis secara regionalisasi.

Diyakini bila pemerintah pusat dan daerah mempunyai niat kuat untuk membangun pertanian dan perkebunan organik di Indonesia sangatlah mudah.

Pendukung pembangunan infrastruktur pertanian organik cukup memadai di Indonesia. Sebut misalnya sampah organik Indonesia itu sekitar 70-80% dari total sampah sebesar 65,8 juta ton sepanjang 2017. Sampah ini belum masuk limbah pertanian dan perkebunan serta limbah organik industri.

Ilustrasi Penulis Mengembangkan Pengolahan Pupuk Organik Basis Sampah (dok:pribadi)
Ilustrasi Penulis Mengembangkan Pengolahan Pupuk Organik Basis Sampah (dok:pribadi)
Begitu melimpah ruah sampah dan limbah organik Indonesia yang terabaikan, yang sampai saat ini pemerintah dan pemda tidak memanfaatkannya dengan baik. Subsidi pupuk organik yang dilaksanakan pemerintah tidak pernah mencapai target 1 juta ton/tahun. 

Malah pada tahun terakhir ini Kementerian Pertanian menurunkan targetnya. Juga tidak berkesesuaian dengan standar SNI Pupuk Organik, sehingga petani tidak merasakan manfaat dan hasil guna pupuk organik tersebut. Apalagi volume subsidi tersebut tidak pernah mencukupi sesuai target subsidi yang harus sampai di tingkat petani.

Pemda kabupaten dan kota sepertinya membiarkan kondisi berlalu begitu saja. Termasuk Kementerian PDT dan Transmigrasi juga tidak mengambil peran yang signifikan dalam menyikapi masalah ini.

Bila semua norma-norma pertanian organik ini dijalankan secara komprehensif dan terstruktur massif serta monitoring dan evaluasi yang baik dari pemerintah dan pemda, maka sudah sangat jelas produk makanan organik akan murah di tingkat konsumen baik diperkotaan maupun diperdesaan dengan tetap memberi penghasilan yang baik pada petani. 

Terlebih sangat berpotensi untuk meningkatkan atau memenuhi permintaan pangan organik dunia akan kebutuhan ekspor produk organik yang semakin meningkat permintaannya seiring dengan kemajuan peradaban.

Catatan Penting untuk Menteri Pertanian

Walau Kementerian Pertanian sudah menyentuh atau menggelar Program 1.000 desa yang terdapat di 22 provinsi dengan 160 Hektar lahan disiapkan tahun 2017. Tapi senyatanya belum maksimal, terkesan hanya seremoni, dan sangat terlambat dari ukuran masa pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla.

Faktanya belum menyentul total perbaikan tanah pertanian secara substansif. Belum memanfaatkan sampah organik dan limbah pertanian sebagai bahan baku utama produksi pupuk organik. Masih bertaut pada pola lama dengan mengandalkan kotoran hewan (kohe) sebagai bahan baku utama. Ini keliru besar.

Kohe benar sangat dibutuhkan dalam produksi pupuk organik, tapi bukan menjadi bahan utama, hanya pelengkap (namun itu penting). Kekeliruan Kementerian Pertanian adalah produksi tidak akan banyak bila mendahulukan kohe, sementara dalam melaksanakan pengelolaan lahan pertanian organik membutuhkan pupuk organik yang sangat banyak pada tahap awal, lalu menurun dari tahun ke tahun sampai lahan pada posisi stabil.

Maka bila mengandalkan kohe pasti gagal mencapai jumlah area pertanian yang terjangkau. Juga dalam produksi pupuk organik, pedoman dalam SNI Pupuk Organik sangat jelas sampah lebih besar volumenya dibanding kohe. Seharusnya Kementerian Pertanian mengendorse prasarana dan sarana pengolahan pupuk organik berbasis sampah yang benar.

Bukan hanya sekedar memberi mesin cacah atau traktor saja. Semoga diperhatikan, demi mewujudkan program Nawa Cita atau Visi Misi Jokowi dan Jusuf Kalla pada halaman 37 tersebut. Ayo serius wujudkan pertanian organik Indonesia demi kesejahteraan petani dan rakyat seluruh Indonesia.

Info untuk Petani Indonesia:

Bila para petani ingin mengelola sampah menjadi pupuk organik dalam mendukung pertanian organik di seluruh Indonesia. Green Indonesia Foundation Jakarta, siap memberi solusi dengan gratis. 

Berita Terkait:

  1. Presiden Jokowi Belum Sentuh Program 1000 Desa Organik
  2. Kemtan menggelar program 1.000 Desa Organik
  3. Aneh Menteri Pertanian Tidak Dilibatkan Dalam Jaktranas Sampah
  4. Petani Tangguh Sebagai Solusi Kestabilan Kebutuhan Pokok

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun