Mohon tunggu...
Hasna Syafarilla
Hasna Syafarilla Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Assalamualaikum wr.wb, semoga artikel yang dibaca bermanfaat, terima kasih...

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pentingnya Peran Orangtua Siswa SD dalam Membimbing Anak Selama Pembelajaran Daring di Masa Pandemi Covid-19

28 Juli 2021   23:36 Diperbarui: 29 Juli 2021   00:06 482
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

          Seperti yang kita ketahui wabah virus corona melanda hampir seluruh negara termasuk Indonesia.  Wabah pandemi COVID-19 ini muncul di Indonesia sejak bulan Maret 2020 lalu, saat itu Presiden Joko Widodo mengumumkan kasus pertama dua warga Depok yang terkonfirmasi positif COVID-19. Hal ini menyebabkan pemerintah Indonesia sendiri membuat kebijakan menerapkan strategi psyhical distancing atau jaga jarak fisik, social distancing atau menjauhi kerumunan orang, dan stay at home atau tetap berdiam diri di rumah sebagai langkah memutus mata rantai merebaknya pandemi COVID-19 ini. Selain itu juga pemerintah sempat beberapa kali menerapkan kebijakan pembatasan kegiatan kepada masyarakat, seperti PSBB, PPKM, PPKM Mikro, PPKM Darurat, dan PPKM Level 4. Dengan adanya kebijakan pemerintah ini menyebabkan seluruh kegiatan masyarakat di berbagai bidang agar tetap dilakukan di rumah saja, salah satunya yaitu pada bidang pendidikan yang menyebabkan pembelajaran harus tetap dilaksanakan secara daring/online, hal ini juga tercantum pada Surat Edaran No.3 tahun 2020 tentang pembelajaran daring atau jarak jauh. Kemendikbud pernah sempat mengizinkan sekolah bisa dilaksanakan secara tatap muka langsung pada bulan Januari 2021 dan Juli 2021, namun karena kasus COVID-19 kembali meningkat akhirnya keputusan sekolah tatap muka secara langsung ditunda, pembelajaran akan tetap dilaksanakan secara daring sampai diperbolehkan.

          Dalam pendidikan, anak belajar sesuai dengan masa pertumbuhan dan perkembangannya. Menurut Jean Piaget, terdapat tahapan kognitif yang dialami setiap anak untuk memahami sesuatu. Siswa Sekolah Dasar rata-rata berumur mulai dari 7-12 tahun. Pada usia ini mereka masih membutuhkan bimbingan dari seorang pengajar agar mereka dapat memahami suatu pelajaran. Biasanya mereka belajar secara langsung di sekolah, diarahkan dan dibimbing oleh guru mereka. Namun, karena saat ini dalam kondisi pandemi COVID-19, kegiatan belajar mengajar harus dilaksanakan di rumah sehingga anak lebih banyak diberikan pengajaran oleh orangtua. Sebelum adanya pandemi COVID-19, guru lebih banyak memberikan pengajaran kepada anak didiknya dan orangtua lebih kepada membantu menguatkan serta mengarahkan pendidikan mereka, misalnya membantu mengerjakan pekerjaan rumah atau sekedar menanyakan bagaimana progress belajar anak di sekolah. Namun saat ini justru kebalikannya, guru lebih banyak memberikan materi saja dan memberikan tugas, sedangkan orangtua harus mengajarkan dan mengarahkan anaknya. Menurut teori perkembangan, anak yang didampingi orangtua di rumahnya akan cenderung lebih baik dalam proses pembelajarannya ketimbang ia belajar sendiri. Karena secara psikologis anak yang diberi perhatian oleh orangtua nya tentu mereka akan merasa tidak sendiri karena ada yang membantu, merasa percaya diri, dan merasa diperhatikan. Perasaan nyaman inilah yang bisa menumbuhkan motivasi belajar anak. Sementara bagi anak yang kurang diperhatikan mereka justru merasa kesulitan, tertekan, dan tidak menutup kemungkinan mereka akan membenci pelajaran. Karena sebetulnya mereka masih berada pada usia tahap perkembangan, dimana masih mengalami kesulitan dalam memahami suatu mata pelajaran dan membutuhkan tempat untuk bertanya, sehingga perlu adanya pendamping atau seseorang yang mengarahkan.

          Namun, terdapat sejumlah kesulitan yang dialami oleh orangtua ketika mengajar anaknya selama pembelajaran daring ini, misalnya terdapat orangtua yang tidak berpendidikan tinggi sehingga sulit mengajari anaknya karena tidak berpengalaman, kurangnya fasilitas yang dapat menunjang pembelajaran (buku, kuota internet, hp, dsb), adapun orangtua yang bekerja sehingga sulit meng-handle keduanya secara bersamaan, lalu  anaknya tidak mau diajak belajar atau inginnya main terus, orangtua yang terlalu lelah mengajari anaknya setelah mengurus banyaknya pekerjaan rumah tangga, dan kesulitan lainnya yang banyak dialami oleh orangtua.

          Universitas Pendidikan Indonesia mengadakan KKN Tematik 2021. Kuliah Kerja Nyata ini dilaksanakan di lingkungan atau tempat tinggal masing-masing Mahasiswa. Adapun tema dari KKN Tematik UPI 2021 ini yaitu "Membangun Desa melalui Bidang Pendidikan dan Ekonomi dalam Implementasi Merdeka Belajar Kampus Mengajar pada Masa COVID-19". Adanya KKN Tematik ini diharapkan mahasiswa dapat membantu masyarakat agar dapat menanggulangi dampak dari adanya Pandemi COVID-19 walaupun memang tetap dilaksanakan secara daring. Kegiatan KKN ini saya fokuskan kepada penanggulangan dampak Pandemi COVID-19 dalam bidang pendidikan. Melihat banyaknya masalah serta keluhan dari orangtua siswa mengenai kesulitan mendampingi anak belajar di masa pandemi, solusi yang dapat dilakukan yaitu melakukan pendekatan dengan orangtua siswa. Oleh karena itu dengan melihat permasalahan ini saya dan teman lainnya yang melaksanakan KKN di lokasi yang sama yaitu SDN 204 Cidadap, membuat program pendampingan bagi orangtua siswa, yaitu mengadakan kegiatan Webinar Parenting mengenai "Peran Orangtua dalam Menjaga Kesejahteraan Anak melalui Bidang Pendidikan dan Kesehatan di Masa Pandemi" yang diadakan pada hari Sabtu, 24 Juli 2021 dengan narasumber Feronia Reni C. Santoso, M.S.Farm (Dosen UPH dan Nakes), webinar ini diikuti oleh sekitar 50 peserta yang merupakan orangtua siswa. Tujuan diadakannya kegiatan webinar ini yaitu ingin mengajak para orangtua agar memahami peran mereka dalam mengedukasi anak baik itu mengenai kesehatan maupun pendidikannya di masa Pandemi COVID-19, serta mengarahkan dan mengedukasi orangtua mengenai cara menghadapi permasalahan seputar pembelajaran secara daring.

          Adapun isi dari webinar ini yaitu sebagai orangtua tentunya perlu memahami kondisi anak, ketika mereka membimbing dan mengarahkan anak tidak dengan kekerasan atau dimarahi. Peran orangtua disini yaitu mengarahkan anak, misalnya ketika anak melakukan kesalahan sebagai orangtua perlu memberitahu dan mengarahkannya dengan baik, lalu sebagai orangtua perlu mendukung setiap impian anaknya, selain itu juga orangtua perlu mempersiapkan masa depan anaknya, dalam kegiatan webinar ini banyak peserta yang melakukan zoom bersama anaknya dan banyak anak-anak menjawab bahwa mereka sudah memiliki cita-cita, misalnya ada yang ingin menjadi dokter, desainer, pemain bola, dan lainnya, oleh karena itu sebagai orangtua perlu memotivasi anaknya agar tetap semangat belajar untuk meraih cita-cita atau impian mereka. Pendidikan tentu akan berhasil jika adanya kerjasama antara guru, murid, dan orangtua, karena jika yang terlibat hanya guru dan murid saja pendidikan tidak akan berhasil. Guru memberikan materi kepada siswanya sedangkan orangtua lah yang memberikan pengarahan kepada anaknya sehingga dapat tercapainya pendidikan yang berkualitas. Adapun peran orangtua yang lainnya yaitu sebagai berikut.

  1. Sebagai Pendidik, yaitu mendampingi anaknya selama pembelajaran.
  2. Sebagai Fasilitator, yaitu menyediakan media atau fasilitas apa yang dibutuhkan oleh anaknya selama pembelajaran, misalnya handphone, kuota, buku, alat tulis, dan sebagainya.
  3. Sebagai Motivator, yaitu memotivasi anak agar semnagat menuntut ilmu.
  4. Sebagai Director, yaitu membimbing anak agar bisa berhasil, misalnya membantu mengerjakan pekerjaan rumah mereka, tapi bukan berarti dikerjakan oleh orangtua, melainkan diajarkan mengenai cara pengerjaannya, jika ada yang kurang dipahami oleh anak orangtua membantu menjelaskannya.

Adapun sejumlah tantangan yang selama pembelajaran daring ini yaitu banyak orangtua siswa yang bekerja, jenuh, serta kurang sabar mengajar anaknya karena anaknya susah fokus atau tidak mau belajar. Solusi yang ditawarkan yaitu sebagai berikut.

1. Orangtua perlu memahami gaya belajar anak

Cara atau gaya belajar anak dalam menangkap berbagai pengetahuan dan pembelajaran itu berbeda-beda misalnya ada yang melalui :

  • Audio/melalui suara, ciri-cirinya anak yang belajar melalui audio sering melihat kesana kemari namun tetap mendengarkan apa yang sedang dibicarakan. Jika gaya belajar anak seperti ini bisa diberikan headset selama belajar.
  • Visual/melalui penglihatan, ciri-cirinya anak bisa fokus diam memperhatikan apa yang sedang ada di depannya. Jika gaya belajar anak seperti ini bisa diberikan gambar dan video yang relevan dengan pembelajaran yang sedang diajarkan.
  • Kinestetik/belajar dengan cara menyentuh

Jadi, orangtua tidak bisa memaksa atau memarahi anak saat belajar karena mereka memiliki gaya belajar yang berbeda-beda. Pahami dulu kondisi anak jangan memakai kekerasan.

2. Membuat jadwal harian anak

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun