Yogyakarta selalu berhasil memikat siapa saja yang datang, bukan hanya lewat keindahan alamnya, tetapi juga lewat kekayaan sejarah dan budaya yang melekat kuat di setiap sudut kota. Salah satu destinasi yang wajib dikunjungi untuk merasakan pengalaman budaya yang autentik adalah Museum Kotagede, atau yang kini dikenal sebagai Intro Living Museum Kotagede. Terletak di Jalan Tegal Gendu No. 20, Prenggan, Kotagede, museum ini menyimpan potongan penting sejarah Yogyakarta, khususnya Kotagede sebagai bekas ibu kota Kerajaan Mataram Islam.
Museum ini berdiri di atas bangunan cagar budaya yang dulunya adalah Rumah Kalang, rumah milik B.H. Noerijah, seorang tokoh masyarakat Kalang yang juga pedagang kaya pada masanya. Dibangun secara bertahap sejak tahun 1931 hingga 1938, arsitekturnya memadukan gaya tradisional Jawa, Cina, dan Eropa, mencerminkan keberagaman budaya yang ada di Kotagede. Keunikan ini menjadikan bangunan museum bukan hanya sebagai wadah untuk koleksi benda bersejarah, tetapi juga sebagai saksi bisu perjalanan panjang Kotagede.
Museum Kotagede mengusung konsep "Intro Living Museum", yang tidak hanya menyajikan koleksi dalam ruang pamer, tetapi juga mengajak pengunjung untuk merasakan langsung kehidupan masyarakat sekitar. Konsep ini menghidupkan pengalaman museum, di mana setiap sudut Kotagede menjadi bagian dari ruang belajar. Pengunjung tidak hanya melihat artefak, tetapi juga dapat mengamati aktivitas warga, kerajinan perak, dan bahkan mencicipi kuliner khas seperti Kipo dan Waru.
Museum ini dibagi menjadi empat klaster utama yang saling terkait:
Klaster Situs Arkeologi dan Lansekap Sejarah -- Menampilkan benda-benda peninggalan sejarah dan bangunan tua yang menjadi saksi bisu masa kejayaan Kotagede.
Klaster Kemahiran Teknologi Tradisional -- Fokus pada seni kerajinan perak yang terkenal hingga mancanegara dan arsitektur tradisional rumah-rumah Kalang.
Klaster Seni Pertunjukan, Sastra, Adat, dan Kehidupan Sehari-hari -- Menggambarkan kehidupan masyarakat Kotagede, dari seni pertunjukan seperti karawitan hingga adat dan kuliner lokal.
Klaster Pergerakan Sosial Kemasyarakatan -- Merekam peran penting masyarakat Kotagede dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Berjalan di dalam museum, pengunjung seperti diajak menelusuri lorong waktu. Foto-foto lawas, peralatan tradisional, hingga cerita tentang perjuangan rakyat Kotagede dalam mempertahankan budaya mereka, semua tersaji rapi dan penuh makna. Selain itu, area sekitar museum juga menjadi bagian dari pengalaman, karena pengunjung dapat menjelajahi kawasan heritage Kotagede: melihat proses pembuatan perak di bengkel-bengkel warga, mengagumi rumah-rumah Kalang yang masih terjaga, dan merasakan suasana pasar tradisional yang khas.
Menariknya, untuk menikmati semua ini, pengunjung tidak dikenakan tiket masuk alias gratis. Namun, disarankan untuk melakukan reservasi terlebih dahulu melalui akun Instagram resmi @museumkotagede. Museum ini buka setiap hari Selasa hingga Minggu, dengan jam operasional yang menyesuaikan agenda komunitas.