Mohon tunggu...
Hasbi Ash Shidiq
Hasbi Ash Shidiq Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

Tinggal di surabaya

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Integrasi Industri Halal Menuju Indonesia sebagai Pusat Eksyar Dunia

17 November 2019   20:16 Diperbarui: 19 November 2019   08:26 743
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Revolusi industri 4.0 telah menjadi perbincangan hangat tahun ini. Perubahan pada sektor produksi yang semakin canggih serta pemanfaatan teknologi informasi telah memberikan peluang sekaligus tantangan tersendiri bagi para pelaku ekonomi. 

Pada sisi konsumen, hal ini telah memberikan banyak sekali kemudahan untuk pemenuhan utilitas mereka dan mengakibatkan peningkatan pada permintaan. Tentu potensi ini perlu dioptimalkan untuk kesejahteraan masyarakat, termasuk industri halal dalam rangka menjadikan Indonesia sebagai pusat Eksyar (Ekonomi Syariah) dunia.

Produk halal telah menjadi gaya hidup masyarakat karena produk yang bersertifikasi halal diyakini terjamin keamanan dan manfaat produknya. 

Total belanja masyarakat muslim dunia pada tahun 2017 di berbagai sektor halal seperti makanan minuman, farmasi dan kosmetik, busana dan wisata, media hiburan, dan keuangan syariah mencapai USD 2,1 triliun dan Global State of Islam Economic memperkirakan, permintaan produk halal global tumbuh 9,5% tahun ini atau bertambah sekitar USD 3,7 triliun. Indonesia sebagai negara dengan populasi muslim terbesar, berkontribusi sekitar 10% dengan membelanjakan sekitar USD 214 miliar pada 2017. 

Namun dari sisi ekspor, kontribusi produk halal Indonesia masih belum signifikan, baru 3,8% dari total pasar halal dunia. Dan menurut Global Islamic Economy Indicator, Indonesia menempati urutan kesepuluh dalam peringkat negara-negara produsen produk halal, sedangkan urutan pertama diduduki oleh Malaysia.

Kendati demikian, Indonesia berhasil meraih peringkat pertama wisata halal dunia versi Global Muslim Travel Index (GMTI) dan menjadi kiblat fashion muslim dunia. Artinya Indonesia masih memiliki prospek besar untuk "menggurita" di pasar dunia. 

Menurut Indonesia Halal Lifestyle Center (IHLC), ada enam sektor yang harus diprioritaskan yakni makanan dan minuman, pakaian, wisata halal, hiburan dan media, farmasi serta kosmetik. Agar mampu berkembang lebih pesat maka harus ada integrasi yang baik antara pemerintah, masyarakat, pelaku industri halal serta stake holder terkait. Integrasi ini dapat direalisasikan melaui empat langkah strategis.

Pertama, pemerintah perlu menyusun road map pengembangan industri halal. Peta ini menjadi penting sebagai guideline bagi pemerintah, pelaku industri halal serta stake holder terkait yang terlibat dalam industri ini. Di dalamnya akan mencakup hal-hal seperti strategi pengembangan sektor-sektor andalan, aspek hukum, riset, standarisasi, maupun infrastruktur yang akan mendorong perkembangan industri halal. 

Dalam hal ini, alhamdulillah Indonesia telah memiliki Indonesia Halal Economy and Strategy Roadmap serta Masterplan Ekonomi Syariah Indonesia 2019-2024. Hal ini didukung dengan terbentuknya Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS) pada tahun 2016 sebagai wadah koordinasi, sinkronisasi dan sinergi arah kebijakan dan program strategis pembangunan nasional di sektor keuangan syariah.

Kedua, percepatan penyusunan regulasi terkait industri halal terutama non-keuangan. Di tengah perkembangan dan persaingan industri halal global, melalui regulasi-regulasi, pemerintah harus responsif melihat peluang dan mendorong pelaku usaha dalam negeri agar bisa bersaing dan menembus pasar internasional. Selain itu, penciptaan iklim usaha yang baik juga akan menarik investasi yang besar. Karena tidak dipungkiri bahwa pembangunan infrastruktur industri halal, misalnya zona industri halal memerlukan investasi yang besar.

Undang-Undang No. 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal adalah salah satu contohnya. Undang-undang ini mengamanatkan pembentukan Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) serta mewajibkan seluruh produk yang masuk, beredar, dan diperdagangkan di wilayah Indonesia bersertifikat halal.

Tentu pengimplementasian dari regulasi ini tidak kalah penting untuk dilaksanakan. Lembaga-lembaga yang bertugas juga harus bekerja secara efisien sehingga tidak malah menjadi penghambat perkembangan industri halal.

Ketiga, kebijakan pengembangan industri halal harus terintegrasi dengan kebijakan percepatan pengembangan industri domestik. Beberapa industri domestik memerlukan perhatian khusus terkait dengan kebijakan sertifikasi halal. Mereka masih memiliki ketergantungan terhadap impor sebagai penyedia bahan baku. Industri farmasi misalnya. Lebih dari 90% bahan baku industri ini diimpor dari luar negeri yang aspek ke'halal'annya tidak terjamin.

Selain alasan ekonomis, keterbatasan alternatif produk halal menjadi alasan lain. Contohnya, 44% produk gelatin masih berasal dari babi dan sisanya dari sapi, baik tulang (27%), dari kulit (28%) dan lainnya (1%). Dan gelatin dari babi dianggap lebih menguntungkan karena relatif murah dan tahan lama.

Sebagai tambahan informasi, Universitas Airlangga berhasil mengembangkan cangkang kapsul dari rumput laut. Menurut Rektor Unair, Mohammad Nasih, keunggulan cangkang kapsul dari rumput laut ini lebih terjamin kehalalannya, harga bersaing dan lebih ramah lingkungan. 

Selain itu, proses produksi dari hulu hingga hilir juga bisa dilakukan sendiri, karena bahan bakunya didatangkan dari probolinggo dan diolah di dalam negeri. Menurut penulis, ini adalah hal yang realistis untuk kita dukung bersama sebagai upaya penguatan industri halal di Indonesia.

Keempat, diperlukan kampanye terus-menerus tentang urgensi dan manfaat produk halal serta ekonomi syariah kepada masyarakat. Kampanye ini menjadi kewajiban semua pihak, baik masyarakat, pemerintah, pelaku usaha maupun lembaga terkait. 

Sounding yang dilakukan secara kontinu dan masif diharapkan bisa menjadi momentum masyarakat Indonesia menyadari betapa pentingnya halal lifestyle dan besarnya potensi Indonesia untuk menjadi Pusat Eksyar Dunia. Ketika masyarakat sebagai komponen terbesar suatu negara menyadari hal tersebut, maka Indonesia bisa bergerak dan berjuang bersama untuk mengembangkan industri halal di Indonesia dan menjadikan Indonesia sebagai Pusat Eksyar Dunia.

Dari pemerintah, melaui Bank Indonesia bersama dengan KNKS, OJK dan lembaga-lembaga terkait berhasil mengadakan Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) sebagai wadah untuk melakukan campaign tentang halal lifestyle dan ekonomi syariah. Kegiatan ini berskala internasional dan merupakan yang terbesar di Indonesia. 

Di sini berbagai komponen masyarakat mulai dari peneliti, pakar, tokoh, influencer, mahasiswa, pelajar hingga pelaku UMKM berpartisipasi aktif untuk mengenal dan mengenalkan perkembangan ekonomi syariah, termasuk industri halal di Indonesia. Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo dalam ISEF 2019 menyampaikan lima jurus ampuh untuk mendorong industri halal di Indonesia, yaitu competitiveness, certification, coordination, campaign, dan corporation.

Semoga dengan langkah-langkah tersebut, industri halal bisa menjadi sumber baru pertumbuhan ekonomi Indonesia dan mengantarkan Indonesia menjadi Pusat Eksyar Dunia. Ekonom Rabbani...! BISA!!!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun