Mohon tunggu...
Nur Hasanudin
Nur Hasanudin Mohon Tunggu... Lainnya - Pemuda Pekarya

Membeli barang memperkaya kepemilikan, membeli pengalaman memperkaya kepribadian

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pahlawan Pembela Perut

6 September 2020   07:09 Diperbarui: 8 September 2020   13:15 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sudah dua hari ini ibu pergi ke Jakarta untuk meluapkan rasa kangennya bertemu dengan cucu tercinta, hal yang wajar sebagaimana orang tua merindukan anaknya, pun juga merindukan cucunya. 

Ditinggal ibu praktis membuat kondisi rumah jadi makin sepi. Jika tinggal bertiga saja suara jangkrik begitu terasa, apalagi berdua hanya dengan bapak, derik jangkrik di malam hari sudah seperti teror buatku sendiri.

Hal yang sangat aku sadari dalam kealpaan ibu didekatku adalah soal bagaimana nasib perutku, hehehe. Bukan soal tak bisa makan, tapi soal bagaimana lidahku dimanjakan. Wajar saja, masakan ibu sungguh luar biasa, tangan nya terampil meracik bumbu dengan pas, menyajikan beragam menu masakan yang berbeda agar selera makan ku terjaga.

Ada yang unik soal bagaimana kumengisi perut dalam 2 hari ini tanpa ibu. Di hari pertama, perut masih bisa dimanja karena ada beberapa lauk di kulkas yang ibu sediakan untuk ku dan bapak. Ada beberapa lele segar berenang dalam lautan bumbu yang siap goreng dan sayur siap saji yang bisa di hangatkan. Cukup untuk lauk kami makan walau cuma sehari.

Hari kedua keadaan isi kulkas mulai mencekam, saat ku buka pintu kulkas hanya tersisa 1 lele siap goreng yang tentu tak cukup untuk sarapan kami berdua. Dengan sedikit bingung, terdiam, tiba tiba muncul suara dalam hati, "kenapa nt gak coba coba masak aja sih" Soalah membisik pelan.

Seolah tersentak dan tersadar, aku lalu memilih untuk membiarkan lele nya dan mulai mencari cari apa yang bisa ku masak. Taraaaa...berjumpalah ku dengan sebungkus tahu dipojokan pintu. Tak butuh waktu lama, aku langsung menyiapkan bahan bahan pendukung untuk menyulapnya menjadi gorengan. Ya, gorengan tahu, bukan sesuatu yang spesial kan? Ya memang, namanya juga coba coba masak, mipil lah.

Beberapa bahan langsung ku racik. Menyiapkan adonan sampai penggorengan, potongan daun bawang juga tak alpa, mengiris nya dengan tipis dan cepat, dalam hati aku langsung merasa sudah seperti chef Juna yang hanya beda lengan tak bertato saja wkwk. Aduk aduk adonan terus masukan tahunya, ratakan, creoooosss...

"Wah kayanya enak nih, crispy dan yummy" Gumam ku dalam hati  seolah yakin rasa dan tekstur gorengan bakal sesuai harapan sambil membolak balikan nya sampai keemasan. Setelah ku rasa matang, langsung kutiriskan. "Wah garing banget nih kayanya warna nya juga bagus" Gumamku lagi, dasar kepedean.

Setelah agak anget kuambil lah satu. Prolll...lah kok ucul. Seketika ekspektasiku tentang gorengan gurih keemasan musnah, gorengan yang terlihat begitu tegar, ternyata ia begitu rapuh. Teksturnya lembek iwir iwir, kulit adonan nya mengelupas soalah tak mau berdamai dengan sawo matang nya kulit tahu goreng. Belum lagi rasa nya, hampir tak ada paduan rasa yang serasi antara bawang, ketumbar dan kadar asin nya. 

Rasa yang cenderung aneh, tekstur nya ambyar, juara 1 pasti kalau saja ikut master chef mah. Yaa...sekali lagi dalam suara dalam hati bilang "namanya juga coba coba segini mah lumayan lah" Sambil ku ambil lagi beberapa untuk lauk makan. Ahirnya gorengan aneh jadi menu makan kami pagi itu.

Betapa memang hadir nya ibu dan tangan terampil nya dalam memasak segalan macam model masakan seketika menjadi sangat berarti, bayangkan saja, baru 2 hari pergi kami sudah dibuat bingung dengan menu makanan. Ini pertama kalinya aku merasakan susah nya menjadi seorang ibu hanya dalam satu fungsi, memasak. Belum lagi mengurusi rumah; nyapu, ngepel, bersih bersih setiap hari. Wah wah wah....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun