Mohon tunggu...
Hasan Buche
Hasan Buche Mohon Tunggu... Guru - Diam Bukan Pilihan

Selama takdiam jalan akan ditemukan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Bocah Pemulung di Emper Toko

1 November 2020   19:44 Diperbarui: 1 November 2020   19:53 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: WhatsApp/Media/WhatsApp Images

Puisi Hasan Buche

Setelah hujan menuntaskan zikirnya
menyisakan genang basah pada tanah
aku tengah melayang dalam angan gebu debu
membumbung kenikmatan hampa
asap sigaret dan aroma arabika

Di emper toko
dalam balut selimut dingin
dan jerit lapar yang menggigit-gigit
bocah pemulung khusuk
meniti tangga rindu sepenuh kalbu
menjejak satu-satu alif ba ta
menuju langit
menjumpa empunya semesta

Aku tidak mengenalnya. Tidak juga kamu.
Mana kita mau tahu. Kita telah terbiasa meniadakan keberadaannya.
Kita terbiasa memandangnya dina
karena busana nestapa melekat dirinya.

Aku dan kamu memang tak mengenalnya
Tak memandang dan mengabaikannya
Tapi penghuni langit sangat mengenalnya
Selalu membicarakan dan memujinya menyanjung dan mendoakannya

Bocah pemulung di emper toko
tangannya berkilau cahaya
lidahnya berlumur cinta
kalbunya bergemuruh rindu
Sehabis hujan
Dalam dingin dan lapar mengelepar
Dalam sabar yang lebar
Dalam diam diam-diam
meluluhlantakkan menara keangkuhan
menghisaptandaskan tumpukan lemak khianat
melumathaluskan tahta sel-sel dusta

Ya Rabb
hamba dina, buta,
berlumur dosa
ampunilah.

Cisauk, 01 November 2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun