Mohon tunggu...
hasanatul lailiyah
hasanatul lailiyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Malang S1 Perbankan Syariah

Do good and feel good

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tantangan Multikulturalisme dan Pluralisme

17 November 2021   22:49 Diperbarui: 17 November 2021   23:03 792
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Keberagaman sering kali dijadikan sebagai alasan untuk melakukan suatu tindakan yang dapat menyebabkan perpecahan. Begitu juga yang terjadi di Indonesia. Indonesia yang terdiri dari masyarakat yang majemuk, saat ini sering mengalami konflik antarsesama. Faktor penyebab terjadinya konflik adalah sikap fanatisme dan etnosentrisme masyarakat terhadapat budaya mereka masing-masing. Fanatisme dan etnosentrisme sendiri merupakan suatu sikap di mana masyarakat terlalu mencintai suatu kebudayaan sehingga meremehkan atau merendahkan budaya yang lain. Hal itu sangat tidak baik, mengingat Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya. Jika masyarakatnya menerapakan perilaku etnosentrisme dan fanatisme, maka akan sangat mudah untuk membuat negara tercinta kita ini mengalami perpecahan.

Kaum minoritas merupakan salah satu tantangan yang harus dihadapi di tengah multikulturalisme yang terjadi saat ini. Mereka mempunyai hak yang sama dengan kaum mayoritas. Di Indonesia hal ini belum sepenuhnya diterapkan. Bukan menjadi suatu hal yang aneh di negara ini, ketika kaum minoritas mendapatkan diskriminasi dari kaum mayoritas. Terutama minoritas dalam sektor agama. Banyak sekali ditemukan pertentangan yang terjadi antarmasyarakat dengan kepercayaan yang mereka anut. Sikap yang mengagung-agungkan agama masing-masing dan merendahkan agama yang lain sering kali terjadi di negara ini. Tak hanya dalam sektor agama, dalam sektor lain pun kaum minoritas sering kali dikesampingkan.

Globalisasi yang ditandai dengan kemudahan mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi, tidak hanya membawa banyak  manfaat yang positif bagi kehidupan , tetapi juga dapat membawa dampak negatif bagi kehidupan rakyat dan bangsa. Konflik yang terjadi semakin beragam dan lebih rumit dari sebelumnya. Dalam konflik beragama pun misalnya, ditemukan sebuah konflik yang baru, yaitu teroris. Di mana sampai saat ini dalang dari teroris tersebut tidak dapat diidentifikasi bahkan sampai tingkat internasional. 

Tudingan beberapa pihak terkait dengan dugaan diskriminasi terhadap dunia Islam sebenarnya telah menimbulkan stigma negatif di mata dunia tentang Islam sebagai agama, dan sistem sosial. Akibatnya, kasus-kasus seperti itu sangat propaganda, kadang-kadang muncul situasi tegang antara pemeluk agama yang berbeda seperti di Indonesia, meskipun kasus tersebut tidak mengarah pada kesimpulan perang antar agama di negara yang sangat pluralistik dan multikultural ini.

Oleh karena itu, kerukunan antarumat beragama di Indonesia harus tetap menjadi fokus perhatian yang serius di negara yang majemuk ini, agar kerukunan yang menjadi impian besar bangsa Indonesia sebagai bangsa yang memiliki masyrakat yang majemuk bisa terwujud. Tentu diperlukan langkah visioner, yaitu meyakini dan mengikuti ajaran agama dan kitab-kitab sucinya, dan Pancasila dipandang sebagai landasan bersama dengan sikap spiritual yang konstruktif dan dinamis. Penting untuk memahami konsep pluralisme dan multikulturalisme dari sudut pandang kerukunan antarumat beragama.

Pluralisme adalah sistem nilai atau visi yang mengakui keragaman  dalam suatu negara. Keberagaman atau kemajemukan dalam suatu negara selalu dipandang positif dan optimis oleh seluruh anggota masyarakat sebagai suatu kenyataan  dalam  kehidupan berbangsa dan bernegara. Pluralisme tidak hanya dipahami dengan mengatakan bahwa masyarakat kita beragam, terdiri dari sejumlah suku dan agama, tetapi justru dengan pemahaman inilah yang memberi kesan kesatuan, keamanan manusia, antara lain melalui mekanisme pemantauan dan pengendalian keseimbangan antarsesama manusia.

Pluralisme dalam konsep Islam dapat dipahami sebagai suatu sistem nilai di tengah-tengah kehidupan manusia sebagai khalifah dan hadir dalam keyakinan agama dengan komplikasi dan konsekuensi harus diterima sebagai hadiah dengan hati nurani yang baik. Fenomena pluralisme agama telah menjadi realitas sosial yang harus dihadapi masyarakat modern. Ide yang melatarbelakangi lahirnya pluralisme agama adalah keberagaman, yang pada akhirnya akan melahirkan  cara pandang yang berbeda terhadap agama masing-masing. Perbedaan pendapat tentang agama disebabkan oleh konteks ajaran dan juga tradisi budaya agama mereka sendiri yang berbeda.

Multikulturalisme adalah filosofi atau ideologi yang mencita-citakan penyatuan kelompok budaya yang berbeda di mana ada persamaan hak dan status sosial-politik dalam  masyarakat modern. Multikulturalisme dapat dilakukan dengan cara menerima perbedaan dan sikap keterbukaan. Perbedaan yang ada jika tidak dikelola dengan baik akan menyebabkan timbulnya suatu konflik. Namun, jika perbedaan dapat diterima dalam masyarakat maka akan menghasilkan keindahan dalam kehidupan.

Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk. Indonesia terdiri dari berbagai suku, budaya, bahasa, agama. Sayang disayangkan ketika keberagaman ini bisa menimbulkan adanya konflik atau menimbulkan adanya perpecahan. Di Indonesia masih banyak sekali ditemukan konflik-konflik tentang sikap fanatisme dan etnosentrisme. Nyatanya masyarakat Indonesia belum mengetahui sepenuhnya tentang makna pluralisme dan multikulturalisme. Sikap cinta yang terlalu berlebihan merupakan hal yang salah, karena dengan begitu akan ada timbul rasa ingin menjatuhkan atau merendah kelompok lain.

Sikap toleransi perlu diterapkan oleh masyarakat. Tanpa adanya sikap toleransi sangat sulit rasanya untuk menyatukan keberagaman yang ada. Setiap pemeluk agama juga harus memiliki sikap tenggang rasa, dan saling merangkul satu sama lain. Toleransi mengajarkan kepada kita bahwa kita harus memiliki pikiran yang terbuka, hati yang besar, pikiran yang luas, pengendalian diri, tidak memaksakan kehendak pada orang lain. Semuanya bertujuan untuk menciptakan kehidupan yang damai antar agama dalam masyarakat. Oleh karena itu, adanya perbedaan, seperti agama dan kepercayaan, tidak boleh menjadi alasan untuk menarik garis pemisah dalam pergaulan. Bukan hanya umat beragama saja yang harus toleran tetapi semua orang Indonesia harus memiliki sikap toleran. Dengan  sikap toleransi ini, diharapkan masyarakat mampu hidup rukun dan damai meski di tengah perbedaan. Dengan adanya sikap toleransi tersebut diharapkan masyarakat dapat hidup tentram dan damai walau ditengah perbedaan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun