Mohon tunggu...
Haryo WB
Haryo WB Mohon Tunggu... Penulis - Sinau Bareng
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis merangsang refleksi, jadi jika kamu tidak bisa mereflesikan sesuatu untuk ditulis, tetaplah mencoba untuk menulis

Selanjutnya

Tutup

Healthy

'Siskaeee' Mengapa Kamu Jadi Eksibionisme?

8 Desember 2021   19:19 Diperbarui: 9 Desember 2021   18:34 604
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kolase Siskaeee di Bandara YIA ditangkap di Kota Bandung dan polisi menunjukkan tangkapan gambar video ((Sumber: Tribunnews)

Menarik bagi saya, menurut kepolisian 'Siskaeee' memiliki keinginan kuat agar seseorang melihat atau menonton aksinya.  

Direktur Reserse Kriminal Khusus Polda DIY, AKBP Roberto Pasaribu menyampaikan hasil pemeriksaan psikologis 'Siskaeee'. "Perilakunya sering impulsif dan kompulsif. Di mana saat yang sama, ia merasa gembira, takut, gelisah, dan mendapatkan kepuasan dengan memamerkan kelamin atau bagian tubuh yang lain," kata Roberto, Selasa (7/12).

Kita tidak dapat menutup mata dengan suatu fenomena yang nyata. Adanya penyimpangan seksual eksibisionisme seharusnya cukup meresahkan masyarakat. Eksibisionisme merupakan gangguan psikoseksual yang dikategorikan dalam parafilia. Dimana parafilia sendiri berarti ketertarikan, fantasi, atau dorongan yang menimbulkan gangguan mental. Hal ini dapat terjadi karena adanya penyimpangan hasrat seksual secara intens dan berkelanjutan. 

Eksibisionisme sendiri juga diartikan sebagai kecenderungan seseorang untuk memperoleh kepuasan seksual dengan cara mempertunjukkan alat kelaminnya kepada orang lain yang bahkan tidak dikenal serta tidak mengkehendaki hal tersebut. 

Namun, mereka tidak mengajak atau berniat untuk berhubungan lebih akrab. Ibarat seperti hanya memancing ikan tanpa mengolah ikan tersebut. Sayangnya, masyarakat saat ini tidak banyak yang mengetahui tentang adanya penyimpangan ini.

Apa sebenarnya yang menjadi alasan seseorang berperilaku demikian. Dalam bidang neurosains, hubungan otak dengan prilaku eksibisionisme ini dapat disebabkan oleh cedera atau penyakit pada otak khususnya bagian lobus temporal atau amigdala. 

Hal ini sesuai dengan riset Neurological Control of Human Sexual Behavior yang mengumpulkan bukti bahwa lobus temporal adalah wilayah kritis dalam mediasi perilaku seksual manusia, dengan amigdala memainkan peran integral dalam pengaturan dorongan seksual manusia. Sehingga, adanya kelainan dalam bagian otak ini akan mempengaruhi prilaku dan dorongan seksual manusia. 

Encyclopedia of Mental Disorders menuliskan bahwa di Amerika, 50% pelaku eksibisionisme sudah menikah dan melakukannya karena memiliki masalah pada pernikahan mereka. Ada beberapa juga faktor pada masa kanak-kanak yang berisiko pada munculnya penyimpangan seksual eksibisionisme pada saat dewasa. 

Terdapat dua perspektif dalam kajian psikologi kriminal untuk menelaah penyimpangan ini. Pertama, perspektif psikodinamika. Perspektif ini melihat eksibisonis sebagai bentuk kegagalan perkembangan anak di fase seksualnya. 

Selain itu, perspektif ini juga melihat adanya bentuk tindakan defensif (pertahanan diri) untuk melindungi ego yang berasal dari rasa takut terhadap memori yang menyakitkan. Kedua, perspektif kognitif. Perspektif ini melihat adanya kesalahan dalam proses berpikir dan preferensi seksual pelaku.

Terdapat pula faktor psikososial dimana eksibisionisme dapat menjadi cara mereka untuk mengontrol kecemasan mereka mengenai kastrasi atau kehilangan cinta dari suatu objek yang dianggap penting. Sehingga, mereka meyakinkan diri sendiri tentang maskulinitasnya dengan menunjukkan kelaki-lakian pada orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun