Pagi itu, 28 Februari 2025, saya kehilangan motor kesayangan saya, Honda Revo Fit, plat nomor BM 6675 DAS. Motor yang saya beli tahun 2023 itu hilang saat saya sedang salat Subuh di Masjid Darussalam, Jalan Garuda Sakti KM 1, Kelurahan Tuah Madani, Kecamatan Tuah Madani, Panam, Pekanbaru, Riau.Â
Kejadian ini membuat saya tidak bisa berangkat kerja karena di Pekanbaru, transportasi umum masih sangat terbatas. Sebagai korban pencurian motor, saya ingin berbagi cerita sekaligus mengajak kita semua untuk lebih peduli terhadap keamanan di kota ini.
Hari itu, seperti biasa, saya pergi ke masjid untuk salat Subuh. Motor saya parkir di area masjid yang sebenarnya cukup ramai. Namun, setelah salat selesai, motor saya sudah tidak ada. Saya pun panik dan mencari ke sana kemari, bertanya kepada jamaah lainnya, tapi hasilnya nihil.Â
Sepeda motor itu adalah kendaraan utama saya untuk bekerja. Tanpa motor, saya tidak bisa berangkat kerja, dan otomatis hari itu saya harus absen dan izin tidak masuk ke kantor.
Honda Revo Fit itu bukan sekadar motor biasa. Itu adalah alat yang membantu saya mencari nafkah untuk keluarga. Saya menafkahi istri, anak, dan keluarga lainnya dengan penghasilan dari pekerjaan yang saya lakukan menggunakan motor tersebut. Kehilangan motor ini membuat hari-hari menjadi berat.
Pencurian Motor: Masalah yang Rutin Terjadi
Pencurian motor di Pekanbaru, khususnya di daerah Panam, bukanlah hal baru. Panam adalah kawasan padat penduduk karena adanya dua universitas besar: Universitas Riau dan UIN Sultan Syarif Kasim (UIN Suska). Banyak mahasiswa, pekerja, dan keluarga tinggal di sini, sehingga tingkat kriminalitas, termasuk pencurian motor, cukup tinggi.
Saya bukan satu-satunya korban. Banyak orang di sekitar saya, termasuk mahasiswa perantauan, pekerja, dan kepala keluarga, yang juga menjadi korban pencurian motor. Ternyata dari keterangan warga, dalam minggu ini sudah banyak kehilangan yang terjadi. Mulai dari laptop, uang jutaan, ban mobil, handphone dan saya kebagian sepeda motor.
Saya bisa membayangkan betapa sulitnya mereka yang menjadi korban maling ini melanjutkan hidup setelah kehilangan kendaraan yang menjadi tulang punggung penghidupan mereka. Abang-abang ojek online misalnya jika kehilangan kendaraan tidak bisa bekerja lagi.
Kehilangan motor bukan hanya soal kehilangan barang berharga, tetapi juga tentang bagaimana melanjutkan hidup. Saya membeli motor itu secara cash menggunakan uang talangan dari keluarga. Jadi saya mencicil dalam beberapa bulan untuk melunasinya ke keluarga.
Sekarang, setelah kemalingan saya harus berhutang lagi untuk membeli motor baru. Padahal, sebagai generasi akhir milenial dengan gaji UMR, memiliki rumah saja masih menjadi mimpi, apalagi harus membeli motor baru. Apalagi hidup tanpa modal warisan orang tua.