Mohon tunggu...
Segar

Metabolisme Lemak Saat Berpuasa

21 Mei 2018   10:18 Diperbarui: 21 Mei 2018   10:39 1129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: PEXELS

Puasa adalah salah satu ibadah yang wajib kita lakukan sebagai umat islam pada saat bulan Ramadhan selama sebulan penuh. Untuk kajian 'food science' pada kesempatan kali ini saya akan membahas tentang pengaruh puasa terhadap kondisi metabolisme tubuh kita.

Pada kondisi setelah puasa, proses degradasi lemak secara umum akan menurun jika dibandingkan dengan kondisi ketika puasa. Hal ini disebabkan karena setelah berbuka puasa, pada umumnya jalur metabolisme dalam tubuh manusia akan kembali ke arah degradasi karbohidrat dengan mengkatabolisme glukosa melalui proses glikolisis, dekarboksilasi oksidatif, siklus krebs, dan rantai transport elektron untuk mensintesis energi dalam bentuk ATP. 

Setelah seluruh glukosa darah dan cadangan glikogen di jaringan otot dan hati habis dikatabolisme untuk mensintesis energi dalam bentuk ATP, maka proses katabolisme selanjutnya adalah mengubah cadangan lemak (trigliserida) di jaringan adiposa menjadi asam lemak dan gliserol. Selanjutnya asam lemak akan mengalami reaksi -oksidasi sehingga dapat membentuk senyawa asetil Ko-A yang akan masuk ke siklus Krebs untuk proses sintesis energi ATP.

Sebagaimana diketahui bahwa katabolisme karbohidrat, protein, dan lemak di dalam tubuh akan bertemu pada siklus Krebs. Hal ini dikarenakan karbohidrat dan lemak dapat menghasilkan asetil KoA yang merupakan bahan baku siklus Krebs. Sedangkan protein masuk melalui asetil KoA dan bagian-bagian dalam siklus Krebs, misalnya oksaloasetat dan --ketoglutarat. 

Hal ini menyebabkan karbohidrat, protein, dan lemak dapat saling menggantikan sebagai bahan bakar dalam sel dalam proses sintesis energi ATP. Lemak lebih memberikan rasa kenyang dibandingkan dengan protein dan karbohidrat. Hal ini disebabkan karena lemak memiliki kemampuan metabolisme yang lebih besar untuk menghasilkan energi dibandingkan dengan metabolisme karbohidrat dan protein.

Proses lipolisis lemak yang terjadi di hati tidak hanya bermanfaat menyediakan energi dalam jumlah besar, tetapi juga berefek pada detoksikasi dengan ikut mendegradasi zat beracun yang terlarut dalam lemak. Beberapa penelitian terkait dengan puasa melaporkan terjadinya peningkatan aktivitas makrofag, leukosit, limfosit, neutrofil, monosit, sel natural killer, dan peningkatan kadar antibodi yang berperan dalam imunitas baik dalam melawan mikroorganisme penyebab penyakit (virus dan bakteri) maupun melawan sel kanker. 

Selain itu, pengamatan fraksi lipid pada orang yang berpuasa menunjukkan kecenderungan penurunan kadar kolesterol LDL (low density lipoprotein, kolesterol jahat penyebab aterosklerosis) dan peningkatan kadar kolesterol HDL (high density lipoprotein) yang berperan mengangkut lemak dari jaringan perifer ke hati untuk dimetabolisme. Pada fase ini juga, penggunaan protein sebagai bahan bakar energi diminimalisasi karena diprioritaskan untuk menjalankan fungsi biologisnya. 

Pada saat kelaparan, protein merupakan bahan bakar terakhir yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi melalui proses proteolisis yang berakibat massa otot berkurang (pengurusan). Setelah berbuka puasa, kebutuhan tubuh akan energi dan air telah disuplai kembali sebelum tubuh merasa berat dan mengalami gangguan. Kurma atau makanan/minuman manis (gula sederhana) akan cepat memulihkan kadar glukosa darah yang sangat dibutuhkan dan mudah/langsung dimetabolisme oleh otak. 

Akan tetapi, konsumsi makanan maupun minuman yang manis secara berlebihan dengan indeks glikemik tinggi dapat menyebabkan perubahan kadar glukosa darah dan insulin. Hal itu dapat menyebabkan penimbunan lemak (beberapa orang justru bertambah berat badannya setelah puasa). Makanan yang mesti dikonsumsi di malam hari sebaiknya tetap dikonsumsi secara normal yang terpenting kandungan zat gizinya lengkap.

Degradasi lemak setelah puasa terjadi di dalam usus halus dengan bantuan enzim lipase yang mencerna triasilgliserol dan fosfolipase yang mencerna fosfolipid. Triasilgliserol dan fosfolipid diperoleh dari makanan yang dikonsumsi ketika berbuka puasa. Ikatan ester antara asam lemak dan gliserol dihidrolisis oleh lipase. 

Kerja enzim lipase yang dihasilkan pankreas pada triasilgliseol yang terdapat dalam makanan pada akhirnya akan menghasilkan 2-monoasilgliserol dan 2 macam asam lemak. Fosfolipase A2 menghidrolisis satu ikatan ester antara asam lemak dan gliserol, khususnya pada posisi 2 rantai karbon gliserol. Fosfolipase A1 menghidrolisis ikatan ester antara asam lemak dan gliserol pada posisi 1 rantai karbon fosfogliserida. Enzim-enzim ini harus bekerja pada daerah batas antara air dan lemak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Segar Selengkapnya
Lihat Segar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun