Mungkin ini jalan takdirku mengabdikan sebagian besar hidupku untuk sesuatu yang tak pernah aku ketahui, kepemilikan aslinya milik siapa. Tapi entahlah, mengapa aku merasa memilikinya. Dari lubuk hatiku yang terdalam, sebenarnya aku bertanya, “Mengapa begitu?”. Yang kutahu pasti jawaban dari rasa itu adalah didikan dari seseorang yang merasa memilikiku, meski aku tak pernah bisa memilikinya. Kurang lebih dua tahun, aku digembleng oleh orang yang membuatku terkagum-kagum untuk memilikinya. Berbagai emosinya menyatu bersama emosiku: senang, bangga, kecewa, kesal, tangis, amarah, dan semua yang pernah dirasakannya. Hingga dia menanamkan sikap kepemilikan tersebut. Yang tersebut di sana pun adalah milik orang banyak, bukan milikku saja! Berbagi sesuap kebahagiaan, seteguk kesedihan bahkan sehisap kekecewaan. Esensinya, suka duka ditanggung bersama! Kebersamaan memang sangat indah untuk kita yang menganut adat ketimur-timuran. Dan di sanalah letak puncaknya, merasa senang jika ada yang sepenanggungan, entah itu sepenanggungan dalam penderitaan atau sepenanggungan dalam dalam kesenangan. Namun melalui adat ketimuran , dipastikanlah hati lebih nyaman dalam memproses segala kehidupan yang penuh liku.
Engkau ini milik siapa?
Siapa dulu yang pernah mendirikanmu?
Membangun namamu setinggi ini, hingga kau kalahkan pencakar langit!
Aku ini bukan siapa-siapa bagimu, tapi aku amat berarti ‘tuk teruskan keberadaanmu
Namamu tak boleh mati, sekali pun itu mati suri
Jangan pernah takut aku yang tiba-tiba datang
Yang tiba-tiba memiliki keinginan ‘tuk memilikimu
Dan sekarang aku merasa memilikimu
Entahlah! Aku tak pernah tahu
Apa engkau merasa senang kumiliki?
Atau malah sebaliknya?
Engkau tak pernah bisa bicara padaku
Kau adalah saksi bisuku!
Tapi, yang pasti kau akan kubuat cinta padaku
Dan kau akan sangat merasa senang menjadi bagian dari hidupku
Kau akan anggapku, milikmu
Dan kuanggap kau, milikku
Kau tak akan pernah menyesal
Karna namamu akan melebihi gedung pencakar langit
Namamu melebihi burung yang terbang di langit
Sebab ‘kan kugantungkan namamu menembus cakrawala
Di mana tak seorang pun bisa menggapainya
Dalam genggaman tanganku, kau akan abadi di sana
Dalam genggaman tangan pilihanku, kau akan selalu jaya
Dan yang terpasti, dalam genggaman tangan siapa saja kau akan aman bersamanya...
Lakarsantri, 9 Januari 2014