Mohon tunggu...
Harun Gafur
Harun Gafur Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar dan Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Sosial Humaniora

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Orang Cerdas yang Salah

28 Agustus 2022   21:16 Diperbarui: 28 Agustus 2022   21:42 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh: Harun Gafur

Suatu waktu, sore hari langit begitu bersahabat di bawah kaki gunung Gamalama, saya dengan teman duduk santai dipinggir pantai kota ternate tepatnya di pantai tulang ikan dufa-dufa, tiba-tiba ada seorang pria muda memegang sebatang rokok dan manghampiri kami berdua lalu dia bertanya, kawan ada macis..? sapaanya, (sebutan nama korek api dalam bahasa orang Maluku utara).

Hmm...."tarada, (tidak ada dalam bahasa orang Maluku utara)" kata teman saya yang ditanya. Begini, "lalu setelah pria muda itu pergi menjelang 5 menit, saya mengatakan sebanarnya saya ini bingung dengan orang itu, sebanarnya dia cerdas tetapi salah. contohnya kalau dalam setiap pelajaran dikelas kemudian kita bisa menjawab dengan benar semua soal yang diberikan oleh seorang guru pada saat itu biasanya kita disebut orang cerdas oleh teman-teman kita maupun guru itu sendiri. Karena kita dianggap tau masalah yang guru ajukan kepada kita, karena dalam pandangan mereka kita rajin membaca serta mampu memahami secara pengetahuan. Kita kembali lagi ke persoalan pria muda tadi yang coba meminjam korek api, kenapa pria muda itu merokok..? 

logika pengetahuan sebenarnya dia baca dan tahu betul bahwa rokok itu membahayakan dirinya dan orang lain, karena di bungkus rokok telah tertulis bahwa "Merokok Sebabkan Kanker Tenggorokan" kurang lebih seperti itu pesan yang disampaikan pada setia pembungkus rokok tetapi kenapa pria muda itu masih mau merorok kamu bungung juga kan..? seperti saya.

Naaa.... Disinilah kita bisa paham bahwa semua orang cerdas belum tentu benar, tetapi bisa juga salah dalam bertindak walaupun sesungguhnya dia baca serta mengusai dan paham betul terkait persoalan disekitarnya. Tapi, kalau orang tersebut hanya paham dan sebatas baca, mengetahui, dan selalu merasa cerdas, walaupun banyak perbuatan buruk yang dilakukannya."

Pada tibanya Waktu Magrib, kami mendengar suara azan, lalu saya sampaikan "suara azan juga pengetahuan yang perlu kita tindak lanjuti dengan bergerak ke masjid untuk melakukan kewajiban sebagai seorang muslim yang taat dan patuh serta paham dan melaksanakan Ibadah sebagai wujud kecerdasan kita terhadap pengetahuan agama."

"Kata teman saya, iya benar juga ya kata kamu, balasnya......" kalau kita tau bahwa itu hal yang benar dan baik atau kewajiban untuk kita laksanakan ibadah sholat dan apabilah kita tidak laksanakan maka akan mendapat dosa"  berarti kalau kita enggan melaksanakan sholat magrib otomatis kita ini orang Cerdas yang Salah karena kita tahu bahwa apabila kita tidak melaksanakan kewajiban sholat lima waktu maka kita melanggar perintah Allah dan itu adalah kesalahan orang cerdas yang salah.

Seseorang akan disebut salah ataupun saleh (benar) biasanya di akhir hidupnya. Kalau dia mati dalam kebaikan, maka orang akan bilang, "beliau orang saleh." Tapi, kalau kejelekan dan dosa, "maka orang2 pun mendoakannya, namun tetap berpesan kepada yang lain agar tidak mengikuti jejaknya yang dosa." 

Orang baik, begitu juga orang buruk, tetaplah hasil akhir dia baik atau tidak itu hanya di Allah. Allah yang paling tahu bagaimana niat kita, dan aktivitas kita sebenarnya. Kalau kita baik, kebaikan itulah yang akan memberikan manfaat bagi kita. Tapi, kalau kita buruk, walau seantero manusia tidak tahu, yakinlah, "Allah tidak mengantuk dan tidak tidur. (Yanuardi Syukur, 2020).

Dari cerita pendek dan sedikit ulasan dari penulis, semoga bisa memberikan kita semua pandangan atau pengetahuan yang sistematis dari prespektif ontologis, epistimologis dan mampuh memberikan nilai aksiologis serta kesadaran akal yang sehat, baik, dan benar sesuai pendekatan, pengetahuan serta tindakan yang nantinya kita akan lakukan. Aamiin...,***

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun