Mohon tunggu...
Harum Sahara
Harum Sahara Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Magister Agribisnis Universitas Muhammadiyah Malang

Bacalah, bacalah, bacalah kemudiah tulislah

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Dibuka Lowongan Jadi Pahlawan Pangan

3 Desember 2021   21:00 Diperbarui: 3 Desember 2021   21:02 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Dewasa ini, banyak generasi milenial enggan terjun ke dunia pertanian. Dengan total 35 juta petani Indonesia, hanya 8% petani milenial yang mau berkonstribusi untuk negara. Artinya, Indonesia sedang mengalami darurat generasi untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri. Padahal pada pertengahan 1980-an Indonesia pernah mencapai swasembada pangan. Hal ini disebabkan kebijakan pembangunan perekonomian yang menitikberatkan pada bidang pertanian. Prestasi tersebut turut mengenalkan pertanian Indonesia di kancah Internasional.

Menilik kondisi sekarang, terjadi pergeseran zaman ke serba digital menjadikan anak muda lebih banyak menghabiskan waktu di media sosial. Perbedaan zaman ini tidak seharusnya menenggelamkan kejayaan Indonesia di masa silam. Namun berbagai macam problematika pertanian menjadikan para petani menangis di negara agraris. Yang memicu sektor pertanian tak menarik untuk kaum milenial. Mirisnya, banyak petani bisa melahirkan sarjana, tetapi tidak banyak sarjana yang mau menjadi petani. Padahal Indonesia memiliki jumlah sarjana pertanian terbanyak di dunia.

Setidaknya ada beberapa faktor yang ikut andil menurunkan minat bertani kaum milenial. Yakni sempitnya lahan bercocok tanam, terbatasnya modal, penggunaan teknologi masih konvensional, panjangnya rantai pasar, harga jual tidak menjanjikan, tidak ada jaminan hidup sejahtera, maupun pola pikir gengsi menjadi petani. Contoh nyata yang sering terjadi yakni ketika panen tiba, harga jual malah rendah. Ditambah banyak petani tidak menjual produk langsung ke pembeli. Maraknya pembangunan yang sebagian besar menggusur lahan hijau untuk dijadikan hunian atau tempat perkopian. Tak terkecuali minimnya figur petani yang mampu menarik hati kaum milenial.

Sebenarnya sektor pertanian sangat menjanjikan sebab setiap insan membutuhkan makan. Bila bertani malah rugi, maka ada sesuatu yang salah baik dari perencanaan maupun eksekusinya. Pemerintah sebagai pemangku kebijakan memiliki peran penting dalam menjamin kesejahteraan petani. Asalkan ada jaminan keuntungan, kaum milenial akan dengan senang hati menjadi penerus generasi. Sebab tidak ada manusia yang tidak mau hidup makmur dan sejahtera. Beberapa kriteria berikut dibutuhkan untuk membangkitkan kecintaan kaum milenial di dunia pertanian sebagai pahlawan pangan masa depan. Silahkan bergabung bagi siapa saja yang sesuai kriteria.

Dibutuhkan Figur Petani Andalan

            Nampak di media sosial banyak kaum milenial mengidolakan pengusaha yang sukses membranding dirinya. Sebab kisah keberhasilan lebih memotivasi ketimbang masa perjuangan. Dengan demikian, diperlukan figur-figur petani andalan yang telah meniti jalan kesuksesan. Bagi para petani andalan, tak rugi jika berbagi pengalaman dan ikut membantu regenerasi pertanian. Bicara tentang usaha memang membutuhkan banyak relasi. Barangkali kaum milenial ini menjadi salah satu ladang rezeki bagi para petani andalan untuk mengembangkan usaha. Pun bisa jadi muncul bibit-bibit pahlawan pangan dari kaum milenial.

Dibutuhkan Pemberdaya Perangkat Digital

Bertani tidak harus terjun langsung ke sawah ladang. Kaum milenial yang sehari-hari tidak bisa lepas dari gawai, bisa memanfaatan penggunaan teknologi digital. Banyak game online yang mereprentasikan mudahnya bercocoktanam dan memperoleh keuntungan. Contoh sederhana yakni permainan menyiram tanaman di salah satu marketplace terkenal. Hal tersebut bisa menjadi salah satu metode mengenalkan dunia pertanian kepada anak muda zaman sekarang. Sebab daripada bermain game tentang pembunuhan, lebih bermanfaat bermain game tentang penyelamatan kehidupan lewat pertanian. Sehingga karakter anak muda secara sadar atau tidak terbentuk untuk menjadi pahlawan pangan.

Dibutuhkan Eksporter Profesional

Komunitas ekspor telah merambah di dunia maya. Banyak ditemui informasi produk yang bernilai jual tinggi di luar negeri. Contohnya di akun Instagram @komunitasbisaekspor yang rutin membuat konten tentang edukasi ekspor. Dari sini, kaum milenial yang tertarik dengan logistik pangan bisa bergabung ke komunitas tersebut. Tidak harus langsung menjadi juragan ekspor, tetapi bisa dimulai dari distributor. Lakukan diversifikasi produk pertanian dan kenalkan pada dunia internasional. Sebab pengolahan pasca panen lebih menguntungkan dibandingkan penjualan dalam bentuk segar. Selain itu, distribusinya bisa kemana saja asal mengantongi izin dari pemerintah.

Petani milenial memiliki andil besar dalam menjaga ketersediaan pangan di masa depan. Tonggak ketahanan pangan ada di pundaknya sehingga regenerasi petani perlu dilakukan. Jangan biarkan ramalan bahwa tahun 2063 tidak ada lagi petani di Indonesia terwujudkan. Sebab hal tersebut menyangkut hajat hidup banyak orang dan tidak akan ada negara tanpa ada orang didalamnya. Sesuai namanya sebagai penyangga tatanan negara, petani berkali-kali telah menyelamatkan masyarakat dari kemiskinan dan kelaparan. Meskipun sampai saat ini masih banyak petani yang miskin dan lapar. Sehingga sangat disayangkan dan tidak dapat tergambarkan apabila para petani lenyap dari bumi pertiwi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun