Mohon tunggu...
Bert Toar Polii
Bert Toar Polii Mohon Tunggu... Jurnalis - Saya adalah penggemar olahraga bridge yang sangat fanatik dan ingin berbagi tentang berbagai kelebihan dan manfaat olahraga ini. Waktu luang saya digunakan untuk memperkenalkan tentang kampung saya Tondano.

Saya adalah penggemar olahraga bridge yang sangat fanatik dan ingin berbagi tentang berbagai kelebihan dan manfaat olahraga ini. Waktu luang saya digunakan untuk memperkenalkan tentang kampung saya Tondano.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kenangan Manis Australia 2004

17 Oktober 2012   02:05 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:46 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

KENANGAN MANIS 2004 Oleh : Bert Toar Polii Januari 2004 membawa kenangan manis buat saya. Mewakili Regu Bank BNI yang telah menjuarai Djarum Liga Bridge Indonesia, saya bersama Jeldy Tontey, Julius Anthonius George Giovani Watulingas, FR Waluyan dan Madja Bakara kami mengikuti Summer Festival of Bridge. Turnamen ini merupakan salah satu turnamen terbesar di Asia Pacific selain Yeh Bros Cup, Gold Coast Congress, NEC Bridge Festival, Intercity Hongkong dan Pesta Sukan Singapura. Keenam turnamen diatas sering dijadikan pilihan oleh Tim Nasional Indonesia untuk menjadi ajang try-out. Kenangan manis terjadi, sebab kami bisa pulang dengan kepala tegak karena berhasil tampil sebagai juara dan mendapat pujian tulus dari lawannya. Dua orang pakar bridge Australia secara gamblang menggambarkan kehebatan tim Indonesia waktu itu. Nick Hughes menulis di Gold Coast Bulletin No. 1 tanggal 22 Februari 2004: The Indonesians, Last month in Canberra, 1000+ Australians in 250 teams took on a team from Indonesia and lost, again. Tim Bourke menulis di ABF Newsletter No. 106 Maret 2004 Finally let me say something about this Indonesian as opponents. My team played 20 boards against them in the preliminary rounds of the South West Pacific Teams (SWPT) and further 64 boards in a losing semi-final of the National Open Teams. We believe it should be recorded that all members of the Indonesian team displayed wonderful sportmanship. They all played a fair, fast and no-nonsense game. This made it a distinct pleasure to play against all members of the team, despite losing to them. They are wonderful ambassadors for their country and our game. Indeed, a good many experts could learn from them that nice guys can finish first. Tapi, ada yang membuat iri kita penggemar bridge di Indonesia. Summer Festival of Bridge yang digelar tanggal 14-26 Januari 2004, pertandingan puncaknya diikuti 249 regu dan diadakan di dua gedung terpisah, karena tidak ada satu gedung di Canberra yang mampu menampung jumlah regu sebanyak itu. Bandingkan dengan Kejurnas Bridge di Indonesia yang maksimum hanya mencapai seratusan meja. Ada lagi yang lebih hebat, seluruh peserta terdaftar sebagai anggota Australian Bridge Federation (ABF) termasuk peserta tamu dari luar negeri. Pemain Indonesia yang ikut event ini otomatis mendapat nomor anggota ABF. Penanganan keanggotaan yang teratur rapi berdampak pada penanganan master point. Setiap selesai satu session demikian juga setelah selesai pertandingan, setiap pemain akan mendapat pemberitahuan berapa master point yang diperoleh.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun