Mohon tunggu...
Hartono
Hartono Mohon Tunggu... Penulis - Seorang yang suka sekali menulis

"Kurang Cerdas Dapat Diperbaiki Dengan Belajar. Kurang Cakap Dapat Dihilangkan Dengan Pengalaman. Namun Tidak Jujur Itu Sulit Diperbaiki." (Moh. Hatta)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dampak Pergaulan Bebas bagi Anak

1 Mei 2019   10:54 Diperbarui: 8 Mei 2019   09:10 883
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://news.unair.ac.id/2016/01/29/remaja-dan-pergeseran-makna-pergaulan-bebas-di-era-kekinian/

Disetiap kesempatan bertemu dengan siswa-siswi sekolah saya selalu menjelaskan tentang norma-norma yang ada dalam masyarakat (lebih jelas mengenai hal itu dapat lihat tulisan saya tentang "Norma-Norma Dalam Masayarakat"). Siswa-siswi sekolah hampir semuanya paham akan konsekuensi hukum yang mereka terima jika melakukan suatu kesalahan, namun masih banyak yang tidak memahami bahwa bukan sekedar konsekuensi hukum yang dapat mereka rasakan, tetapi norma-norma yang ada dalam masyarakat seperti norma agama, norma kesopanan, kesusilaan, dan lain-lain dapat memberikan sanksi yang jauh lebih dari sekedar sanksi hukuman fisik semata. Belum lagi dampak lain yang mereka harus terima akibat dari perbuatan yang mereka.

1. Labelling (cap jelek)

Berkaca dengan sebuah kasus yang sama, seorang anak SD kelas 6 hamil karena perbuatan keluarganya sendiri. Pada saat itu pula, dia tidak lagi dapat melanjutkan sekolah karena semua teman disekolah mengetahui hal tersebut. Bayangkan perasaan orang tua siswi tersebut. Bayangkan bagaimana lingkungan sekitar dia tinggal. "satu kesalahan cukup untuk menutupi seribu kebaikan dalam diri kita." 

Kita tidak dapat memungkiri bahwa kita hidup tidak sendirian tetapi di dalam sebuah masyarakat, dimana perilaku dan tindakan kita akan senantiasa menjadi perhatian. Hal terberat di saat kita melakukan kesalahan tersebut, kita akan berhadapan dengan keluarga setiap hari yang senantiasa menjadi tempat kita bercermin atas kesalahan tersebut dan kita akan terus hidup dalam sebuah penyesalan.

2. Psikologis terganggu

Walau mungkin orang tua kita mau menerima kita apa adanya. Namun kita senantiasa merasakan penyesalan terhadap hal itu. Akan selalu ada rasa ketakutan di saat kita berjalan atau bersosialisasi dengan lingkungan. kita akan merasa bahwa tidak ada lagi respect dari orang di sekitar. Dan akhirnya kita akan mencari lingkungan baru yang sekiranya dapat menerima kita, yang pada akhirnya akan menjerumuskan kita lebih dalam lagi kepada hal-hal negatif lainnya. Akhirnya tertanam dalam diri kita "my life is my rule." 

3. Minat Sekolah Menurun

Akibat dari apa yang kita perbuat, akhirnya kita memutuskan untuk pindah sekolah ke sekolah yang baru. Butuh penyesuaian lagi dengan teman-teman, guru dan pelajaran yang ada. Namun rasa kecemasan dalam diri akan selalu ada bahwa di tempat yang baru ini, orang mengetahui juga alasan mengapa kita pindah kesini. Kondisi ini membuat kita menjadi malas untuk ke sekolah.

4. Kesehatan

Penyakit kebanyakan yang menyerang perempuan dan sangat beresiko adalah terkena kanker serviks dan rahim, apalagi hubungan badan dilakukan oleh mereka yang berusia di bawah 17 tahun dengan pasangan yang berbeda-beda. Selain itu resiko kemandulan, infeksi lapisan rahim dan masih banyak lainnya.

Penulis banyak berdiskusi baik dengan anak-anak dan tim psikolog yang ada di kantor dinas terkait hal ini semua. Ada beberapa point yang ingin penulis sampaikan sebagai berikut:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun