Mohon tunggu...
Angiola Harry
Angiola Harry Mohon Tunggu... Freelancer - Common Profile

Seorang jurnalis biasa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mungkin Mereka Butuh Sarang Eksklusif di Indonesia

14 Mei 2018   08:35 Diperbarui: 14 Mei 2018   13:36 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto : Thoughts.co

Banyak opini berkembang atas kejadian bom di Surabaya, yang berantai dari pagi sampai malam. Jadi teringat lirik lagu Iwan Fals berjudul "Coretan Dinding" yang menurut saya jika lirik itu dibaca, seperti sebuah pesan dari pihak-pihak yang sedang 'terpendam' dengan rima yang mengerikan. Dikatakan bahwa, "..Sebab coretan dinding, adalah pemberontakan kucing hitam, yang terpojok ditiap tempat sampah, ditiap kota. Cakarnya siap dengan kuku kuku tajam. Matanya menyala mengawasi gerak musuhnya.."

Berkaitan dengan opini pengamat teroris Al Chaidar, bahwa menurutnya selama ini teroris bungkam, bukan karena dibungkam. Tapi karena belum ada perintah. Sehingga mereka tetap dengan cakarnya yang tajam, siap muncul dari setiap pojok tempat. Ketika perintah itu datang, apa yang mereka dapatkan dari program deradikalisasi pemerintah, dilupakan semua. Bahkan akhirnya Al Chaidar meminta program tersebut direstruktur, bahkan bila perlu, bikin program baru yang humanis.

Kemudian politikus Nasdem Surya Paloh mengungkapkan bahwa negara harus hadir dalam menindak teroris. Menurutnya kehadiran negara selama ini belum tampak. Teroris akhirnya masih mampu memanfaatkan celah, dan kecolongan demi kecolongan terjadi. Presiden diminta harus tegas 'menggeser' aparatur keamanan yang tidak efektif dalam memberantas teroris. Juga DPR, yang menurutnya belum berhasil melahirkan perundangan yang efektif.

Sebetulnya apa yang dikatakan Surya Paloh tidak salah. Kita pun bisa melihat sendiri bahwa penindakan selama ini didasarkan oleh hal yang bersifat responsif daripada antisipasif. Akhirnya kembali pada lirik lagu Iwan Fals, "...Musuhnya adalah penindas, yang menganggap remeh coretan dinding kota.."

Dibalik adanya celah lantaran kekurang efektifan langkah pemerintah, rupanya mereka juga selalu merasa tertindas. Alhasil masalah terorisme berputar-putar terus di ranah yang sama: merasa ada celah, terjadilah aksi teror, kemudian merasa tertindas, terjadilah aksi teror. Sebaliknya, pemerintah dan rakyat juga sama-sama resah. "..Kucing hitam dan penindas sama sama resah."

Pemimpin Redaksi Media Group Usman Kansong mengungkapkan bahwa memang pelaku teroris ini sepertinya tidak beragama. Karena agama apapun tidak mengajarkan umatnya melakukan aksi teror. Namun menurutnya, jangan juga lupa bahwa aksi teror sebenarnya terjadi akibat kesalahan menerjemahkan sebuah ajaran.

Mungkin dari pendapat Usman Kansong tersebut, ada baiknya pemerintah membuat langkah out of the box. Kembali ke lirik Iwan Fals lagi, bahwa kucing hitam ini, "..Mungkin ingin tampil". Mereka mungkin ingin menunjukkan apa yang mereka anggap benar. Coba kita membuka mata sejenak, lihatlah, pelaku teroris ini didominasi oleh mereka yang salah menerapkan ajaran Islam. Dan ujung dari semua ini, sebenarnya mereka ingin kekuasaan.

Jadi cobalah pemerintah memberikan sarang khusus bagi para kucing hitam ini. Bila di Batam ada FTZ atau zona bebas perdagangan, maka cobalah bikinkan mereka zona khusus aturan Islam, seperti di Aceh. Mungkin zona itu akan menjadi kawasan khusus penerapan syariat Islam, seperti yang mereka inginkan. Mungkin itu yang mereka mau. Mungkin selama ini mereka membenci sistem pemerintahan yang kurang memfasilitasi mereka. Perlu diketahui, rasa benci adalah bahan bakar mereka.

Dulu, kejadian bom Jakarta (sebelum 911 di U.S.) -kalau salah tahun 2000, korban adalah Leonidas Caday dubes Filipina yang kepalanya cedera berat tapi selamat. Rupanya, dari info sana sini, lantaran ada intervensi Moro terhadap pemerintah Filipina yang sedang berlobi politik dengan Gus Dur, mereka tidak suka itu. Lalu bom di Gedung BEJ, Jakarta ternyata katanya ada intervensi Al Qaeda, lantaran saham Bin Laden Corp. gagal masuk bursa saham Indonesia, mereka tidak suka itu.

Lalu bom kedubes Australia, juga disinyalir karena peran Kevin Rudd terhadap pihak keamanan Indonesia, yang kemudian akhirnya terbentuk Densus 88, sehingga mereka tidak suka. Juga bom Mega Kuningan, Bali, dan kini Surabaya. Mereka sebenarnya tidak suka negara ini kebanyakan rencana ini itu, yang membuka celah bagi mereka melakukan aksi. Maka Indonesia harus bisa menghentikan semua hal yang mengundang kebencian mereka. Para eksekutif juga harus segera punya strategi out of the box...

Sumber foto : Thoughts.co

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun