Mohon tunggu...
Harrys Simanungkalit
Harrys Simanungkalit Mohon Tunggu... Freelancer - Hotelier

Manusia Biasa Yang Sering Overthinking

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Membenahi Danau Toba Sebelum Menjadi Destinasi Prioritas

24 September 2021   20:35 Diperbarui: 24 September 2021   20:38 416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya pernah share foto saya dengan latar belakang pemandangan Danau Toba dari sebuah spot berupa dataran tinggi bernama Huta Ginjang di sosial media saya dengan caption: "Coba tebak saya lagi dimana?"

Ada beberapa jawaban yang cukup menggelitik. "Itu di Swiss ya? Keren!". Saya hanya tersenyum, tidak mengiyakan dan juga tak menyanggah. Biarkan saya menikmati euforia semu ini sejenak.

"Tetapi sepertinya tidak mungkin ini di Swiss. Kamu kan miskin". Kalimat berikutnya membuat saya bernafsu ingin langsung mem-booking tiket pesawat ke Jakarta untuk menemui si pemilik kalimat, dan kemudian menghajarnya.

Sebagai danau terbesar di Asia Tenggara, Danau Toba memang tergolong unik. Danau vulkanik yang tergenang anggun dikelilingi barisan bukit hijau. Termasuk danau yang terdalam juga sedunia, meski saya yakin tidak sedalam cinta yang anda pendam pada dia yang tak pernah bisa anda miliki.

Saya sudah tujuh tahun tinggal di sebuah kecamatan bernama Balige yang lokasinya persis di tepi Danau Toba. Bahkan kantor tempat saya bekerja benar-benar berada persis di tepi danau, hanya dipisahkan jalan raya saja. Jadi kalau ada yang berani macam-macam, saya bisa dengan gampang menceburkannya ke danau.

Waktu saya kecil, saya dicekoki dengan cerita asala muasal terjadinya Danau Toba. Konon katanya bermula dari seorang pria yang menikahi perempuan dari jelmaan ikan mas. Lalu punya anak. 

Singkat cerita, entah karena rebutan remot TV atau kesal  karena kalah melulu saat mabar Mobile Legend, si ayah membentak si anak dengan sebutan 'anak ikan'. 

Si anak tersinggung dan melapor ke bunda. Sang bunda tersinggung, lalu menyuruh anaknya naik ke puncak bukit. Keluarga ini sepertinya keluarga baper ya, gampang sekali tersinggung. Saya dulu santai saja waktu bapak saya menyebut saya 'monyet'.

Singkat cerita (lagi), sang bunda kemudian bersabda sehingga terjadilah hujan badai yang mencurahkan air meluap dan menenggelamkan seluruh desa. Yang tersisa hanya puncak gunung dimana si anak bersembunyi. 

Puncak gunung tersebutlah yang kemudian disinyalir cikal bakal pulau Samosir yang berada di tengah Danau Toba.

Tetapi setelah saya tumbuh besar (dan semuanya benar-benar besar), lalu mulai belajar sains, saya menemukan versi kedua tentang asal muasal terjadinya Danau Toba. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun