Mohon tunggu...
Harry Ramdhani
Harry Ramdhani Mohon Tunggu... Teknisi - Immaterial Worker

sedang berusaha agar namanya di (((kata pengantar))) skripsi orang lain. | think globally act comedy | @_HarRam

Selanjutnya

Tutup

Humor Artikel Utama

Selamat Datang, Generasi Kagetan!

30 Agustus 2019   02:22 Diperbarui: 4 September 2019   12:41 552
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fajar Nugra (kiri) dan Wanda Dani Putra (kanan) yang menjadi host Bogor (Hujan) Tawa | Foto: @StandUpIndo_BGR/Panca Rafael

1/ 
Seorang teman, dengan penuh antusias, memberitahu kalau ada Senator di Selandia Baru membawa anaknya ke sidang parlemen yang kemudian diasuh dan diberi susu oleh pimpinan sidang.

Kata temanku tadi, lanjutnya: saatnya ayah ganti (menggantikan, maksudnya) popok dan bikin susu.

Pedahal, meski itu tidak banyak, ada banyak ayah yang sudah melakukan kedua hal tersebut; bisa keduanya atau satu di antaranya.

Maksudku: itu semua ada. Walau secara kuantitas sedikit bukan berarti tak dihitung atau tidak dianggap, kan?

Membincang maskulinitas --apalagi membangga-banggakannya-- barangkali sudah menjadi hal tabu di era kiwari.

Atau... ini baru sekadar dugaan saja: temanku mungkin kaget. Tidak apa-apa. Itu wajar kok.

2/ 
Presiden Jokowi menggelar konfrensi pers. Di hadapan awak media, dengan penuh keyakinan, ia mengatakan ingin memindahkan Ibu Kota --yang semula di Jakarta ke Kalimantan Timur.

Lalu, muncul polemik yang lahir di antara masyarakat kita: apakah ini serius?

Setiap orang berpendapat, baik yang pro dan kontra, hampir seminggu ini barangkali, semua tentang itu-itu saja.

Namun, ternyata ada yang tidak diduga sebelumnya: nasib para Aparatur Sipil Negara (ASN) yang mau-tidak-mau mesti ikut juga bila itu benar.

Selagi ikut meramaikan wacana pemindahan Ibu Kota, tetiba ada warganet mengunggah video seorang ASN bermain drum dengan --bukan hanya bisa, tapi keren.

Sudah barang tentu semua yang viral itu bersumbu dari kekagetan orang secara berjamaah dan dalam tempo sesingkat-singkatnya.

Pedahal... kalau ada ASN bisa dan biasa main tong setan --sebuah atraksi motor di dalam tabung besar sambil menyetir dan berjalan di sisi temboknya-- ya, biar saja. Keahlian orang beda-beda.

Barangkali warganet yang kaget atas kepiawaian ASN yang bermain drum sambil mengiringi lagu Paramore itu karena prakata atas tayangan video tersebut:

"Ibu warung: ah apaan si ibu itu mah jadi PNS paling tiap hari kerjannya fesbukan doang"

"Ibu PNS: hold my zuma"

3/ 
Ternyata baru lewat dari seminggu pasca-pengumuman acara Bogor (Hujan) Tawa, tiket sudah habis terjual.

Aku kaget, tentu saja, ketika tahu kabar itu sekaligus panik karena sampai h-3 belum punya tiket acaranya.

Man jadda wa jadda. Alias orang dalem mana orang daleeeem. Tolong!!! :(((

Alhasil, 3 jam sebelum acara, satu tiket sudah di tangan.

4/ 
Aku kaget. Set-list yang Awel bawakan ternyata persis seperti apa yang aku lihat setahun yang lalu ketika nonton dia open mic.

Bedanya: kali ini lebih rapih. Lucu. Dan yang terpenting, rasa-rasanya, butuh waktu yang panjang dan melewati banyak open mic agar supaya set-list itu fix!!

Oia, selain ada urusan, alasanku ingin datang ke Bogor (Hujan) Tawa adalah menonton Awel. Setelah menontonnya kini aku tinggal bersabar: Awel yang bertumbuh menjadi komika profesional pada umumnya.

5/
Awel menggugat: bahwa sampai saat ini masih ada pekerja --apapun bidangnya-- mendapat bayaran yang tidak setimpal. Mungkin karena Awel sendiri adalah seorang buruh pabrik, maka lewat profesi tersebut ia utarakan.

Line-up #1: Awel | Foto: @StandUpIndo_BGR/Panca Rafael
Line-up #1: Awel | Foto: @StandUpIndo_BGR/Panca Rafael
Awel membandingkan dari fasilitas hingga upah yang diterima buruh jauh berbeda dengan karyawan kantoran pada umumnya: ari mulai kesehatan, asupan gizi, hingga gaji bulanan.Awel mengajak penonton kaget lewat tokoh yang ia buat dari jokes-nya dengan apa yang diterima buruh. Namun, tentu saja, dengan sangat lucu.

6/
Dany Beler ini sialan betul. Malam itu ia tampil amat lucu. Mendengar bagaimana setiap bit yang ia sampaikan sambil aku membayangkan: andai ia tampil seperti ini ketika masih di SUCI-7, barangkali, Ridwan Remin punya saingan berat pada laga final. Yang artinya: All Bogor Final.

Line-up #2: Dany Beler | Foto: @StandUpIndo_BGR/Panca Rafael
Line-up #2: Dany Beler | Foto: @StandUpIndo_BGR/Panca Rafael
Keresahan yang Beler sampaikan adalah gejala umum: di mana media sosial telah membuat kaget banyak orang pada banyak level: dari anak-anak hingga orangtua.

Beler menjelaskan karena media sosial --serta perangkat yang menyertakannya-- anak-anak jadi tampak jauh lebih dewasa dari umurnya; orangtua tampak jauh menyerupai anak-anak yang punya mainan baru.

Meski premisnya sangat amat umum perihal pahala yang didapat seorang anak ketika sabar mengajarkan orangtua media sosial, tapi setiap kasusnya punya nilai tersendiri. Sampai satu waktu, ketika kita benar-benar jengkel, ada orangtua yang dulu dengan sabar mengajarkan kita hal-hal yang jauh lebih remeh dari itu.

7/
Keresahan yang dirasakan Jui Purwoto, barangkali, adalah fenomena sosial yang tengah menjangkit di tengah masyarakat kita: gampang memberi label apapun atas apa yang mereka kehendaki sendiri.

Line-up #3: Jui Purwoto | Foto: @StandUpIndo_BGR/Panca Rafael
Line-up #3: Jui Purwoto | Foto: @StandUpIndo_BGR/Panca Rafael
Tapi, percayalah, untuk orang yang hari-harinya diisi jauh lebih sering bertatap muka dan berbincang dengan lebih banyak orang dari beragam kalangan, hal semacam itu tidak akan terjadi.

Aku sendiri percaya: orang seperti itu pasti waktunya lebih banyak dihabiskan di dunia maya daripada dunia nyata.

Bias-bias yang timbul ke permukaan, pada akhirnya, membuat kita kaget karena media sosial atau apapun yang kita dapat dari sana selalu berdasar apa yang kita suka. Jadi ada yang berpikir atau bersikap beda, efeknya adalah kaget.

Namun, modus pencurian sepeda motor yang Jui ceritakan, entah mengapa, yang tergambar olehku malah kehidupannya Siskaeee, yha~

8/
Gilbhas Bhaskara. Masa dipanggilnya Gilbhas Bhaskara oleh Mukti Entot di konten YouTube miliknya, Obama. Pedahal yang benar yha Gilbhas, Gilang Bhaskara.

Line-up #4: Gilang Bhaskara | Foto: @StandUpIndo_BGR/Panca Rafael
Line-up #4: Gilang Bhaskara | Foto: @StandUpIndo_BGR/Panca Rafael
Pengamatan dan observasi Gilbhas ini menarik: ia memotret perilaku orang-orang yang kaget ketika ada transpotasi umum yang notabene baru, MRT.

Ia ceritakan bagaimana orang-orang kita yang tampak gembira menyambut lahirnya MRT. Sampai-sampai, katanya, naik MRT dijadikan tujuan wisata.

Pedahal secara fungsi dan bentuknya MRT itu takayal CommuterLine. Bedanya cuma yang satu masih baru, sedang satu lainnya tidak.

Apalagi tidak lama aku mendengar bit Gilbhas tentang iklan-iklan yang lahir pasca-MRT beroperasi dan ada sebuah developer properti yang mengiklankan hal serupa setelah diumumkannya pemindahan Ibu Kota, jadilah aku tidak kaget-kaget betul.

9/
Siapapun yang menonton Dzawin malam itu pasti merasakan nyaman. Ia bisa begitu cair dari awal hingga akhir mengajak penonton turut serta dalam bagian penampilannya.

Headliner: Dzawin | Foto: @StandUpIndo_BGR/Panca Rafael
Headliner: Dzawin | Foto: @StandUpIndo_BGR/Panca Rafael
Bagiku, memang seperti itu yang benar. Hubungan antara penampil dengan penonton bukan lagi sekadar siapa yang bicara dan siapa yang mesti mendengarkan; bukan lagi siapa yang melempar lelucon dan siapa yang tertawa. Penampil bisa sekali waktu dibuat tertawa oleh keadaan --yang secara sengaja atau tidak dibuat. Begitu juga sebaliknya.

Dzawin menceritakan pengalamannya ketika pertama kali makan daging kucing. Siap atau tidak, percaya atau tidak, ketika itu pasti yang mendengar akan kaget: kok bisa-bisanya makan daging kucing?

Tapi, sekali lagi, berkat penampilannya yang komunikatif dengan penonton, bit yang Dzawin lemparkan bisa diterima dan baik-baik saja.

Kuncinya, menurutku, karena sebelum sampai pada bit tersebut Dzawin sudah mendapatkan simpati dari penonton. Jadi, yang ada bukannya sedang menggurui, melainkan orang yang bercerita saja.

Sekaget apapun yang penonton dengar dari Dzawin bisa saja dianggap angin lalu. Ibarat cerita, itu bisa dinilai fiktif bagi yang tidak mendengar.

Lantas bagaimana denganku? Buatku biasa saja. Bahkan, jauh sebelum mendengar bit Dzawin tentang itu, aku sudah pernah membaca cerpen yang lebih mengerikan dari itu. Objeknya saja yang berbeda, yang satu tentang kucing; sedangkan cerpen yang pernah aku baca adalah anjing.

10/
Satu-satunya yang tidak bisa aku nikmati adalah penampilan Fajar Nugra dan Wanda sebagai host. Suaranya tidak begitu jelas terdengar di lantai 2.

11/
Aku keget: ternyata Bogor (Hujan) Tawa akan rutin diadakan setiap bulan. Sepengetahuanku, dari apa yang aku curi-curi dengar, akan ada hingga akhir tahun 2019.

Yang membuatku tidak sabar: Bogor (Hujan) Tawa volume-2 akan mempertemukan kembali Ridwan Remin dengan Mamat Alkatiri. Semacam reuni final SUCI-7 KompasTV.

+1/
Wow fakta, faktanya wow: kata Kamil, ikan bandeng itu kagetan.

*) Update: Bogor (Hujan) Tawa Vol. 2.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun