Mohon tunggu...
Harry Ramdhani
Harry Ramdhani Mohon Tunggu... Teknisi - Immaterial Worker

sedang berusaha agar namanya di (((kata pengantar))) skripsi orang lain. | think globally act comedy | @_HarRam

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Mulailah dengan "Traffic Blues" untuk Segala Kemacetanmu Membaca Buku

19 Juni 2019   20:00 Diperbarui: 20 Juni 2019   03:13 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku "Traffic Blues" dengan efek Huji. (Dokumentasi Pribadi)

Kemudian membaca bahasan tentang payudara juga tak kalah menarik. Begini penulisnya membuat prolog:

Bagaimana payudara tampil dengan anggunnya, memainkan peranan yang tak pernah terbayangkan dalam lakon manapun yang pernah ditulis manusia.

Seperti yang tadi sempat kubahas, pada bagian ini kamu akan tahu rasanya erotis yang tidak mengandung birahi. Kamu akan terasa melihat --atau, membayangkan mungkin yha-- bagaimana ujung puting itu menyembul tanpa kata-kata ketika pakaiana kimono yang dikenakan dilepas.

Erotis itu seni, birahi itu abstraksi. Jadi ini merupakan dua hal yang berbeda. Kamu tidak butuh usaha lebih nan-sulit untuk membuat orang terangsang karena birahi, tapi memberi kemolekan erotis itu sulitnya bukan main.

Aku jadi ingat bagaimana Bang Rifky, co-founder komunitas stand-up indo bogor, pernah menceritakan bagaimana ia begitu terkesima pada tarian perut dan mampu menjelaskan dengan detil setiap gerakan tanpa memberiku celah untuk sekadar ngelonjor --ngelamun jorok.

***

Tapi buku ini memang memiliki citarasa kota metropolitan yang kental. Pilihannya hanya dua: (1) relate dengan apa yang biasa dirasakan orang-orang yang hidup dan mengidupi diri di kota metropolitan atau (2) memberi imajinasi kepada siapapun yang memiliki keinginan untuk mendatangi dan hidup di kota metropolitan.

Pada akhirnya di antara kedua pilihan tersebut, buku "Traffic Blues" memberimu kewarasan di tengah kegilaan kota metropolitan.

Kamu akan diberi imajinasi bagaimana menikmati kemacetan di tengah guyuran hujan di dalam bus sambil menonton video klip dan menenggak sekaleng bir atau selinting ganja. Kamu juga bisa membayangkan enaknya berbincang dengan orang yang tidak kamu kenal sambil berbagi sebatang cokelat. Lebih gilanya: kamu akan tahu bagaimana orang-orang kota metropolitan ini gemar menjalin hubungan yang sebenarnya tidak penting-penting amat untuk urusan yang tidak kalah tidak penting.

Jika kamu selesai membaca buku ini, entah dalam satu perjalanan menuju suatu tempat, kamu akan tahu nikmatnya membaca buku yang baik, yang layak dibaca. Sebab rasanya berbeda.

"Traffic Blues - Saat hujan deras dan jalanan menggenang", sebuah buku nikah yang (semoga) tak perlu diretur dan tak akan pernah diretur oleh Kang Zen RS kepada istrinya, Galuh Pangestri Larashati.

Pertanyaannya: jadi kapan aku bisa serius menulis buku agar supaya (bisa) meminang kamu? :)))

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun