Pernahkah kamu merasa diabaikan oleh seseorang yang sebenarnya dekat denganmu? Tidak dibalas chat, dihindari saat bertemu, atau bahkan sengaja dibuat seolah-olah kamu tidak ada? Jika iya, besar kemungkinan kamu sedang mengalami silent treatment atau fenomena yang lebih dari sekadar diam, tapi bisa jadi senjata emosional yang menyakitkan.
Silent treatment adalah tindakan sengaja menarik diri dari komunikasi verbal sebagai bentuk protes, hukuman, atau manipulasi. Meski terlihat seperti "diam emas," diam yang satu ini justru bisa menjadi racun dalam hubungan.Â
Bayangkan, ketika seseorang memilih untuk tidak berbicara, tidak menjawab pesan, atau menghindar tanpa penjelasan, itu bukan hanya soal komunikasi yang terhenti, tapi juga rasa sakit yang tak terlihat.
Silent treatment biasanya terlihat dari sikap sengaja mengabaikan komunikasi seperti tidak membalas chat, menghindari bicara, atau memberikan jawaban singkat dan dingin. Pelaku seperti "menghilang" secara emosional, membuat lawan bicara merasa diabaikan tanpa alasan jelas.
Selain itu, mereka sering menarik diri secara fisik dan emosional, menghindari kontak mata atau interaksi, bahkan menggunakan diam sebagai cara untuk menyakiti atau mengontrol. Akibatnya, penerima silent treatment sering merasa bingung, kesepian, dan terluka secara batin.
Ada banyak alasan mengapa seseorang memilih silent treatment. Salah satunya karena mereka merasa kewalahan dengan emosi dan tidak tahu bagaimana mengungkapkannya secara sehat. Kadang, diam dianggap cara paling mudah untuk menghindari konflik yang dianggap rumit atau menyakitkan. Ada juga yang menggunakan silent treatment sebagai alat manipulasi, misalnya menunggu pasangannya mengalah atau minta maaf duluan. Di sisi lain, pola ini bisa jadi warisan dari pengalaman masa lalu, di mana diam menjadi respons default saat menghadapi masalah.
Jangan anggap remeh silent treatment. Efeknya bisa sangat merusak. Penerima silent treatment sering merasa diabaikan, tidak dihargai, bahkan kehilangan rasa percaya diri. Rasa kesepian dan kecemasan bisa menggerogoti hubungan dari dalam. Lama-kelamaan, jarak emosional yang tercipta bisa membuat hubungan retak dan sulit diperbaiki. Dalam banyak kasus, silent treatment termasuk bentuk pelecehan emosional karena sifatnya yang manipulatif dan menghancurkan psikologis.
Pertama, sadari bahwa silent treatment bukan solusi. Jika kamu cenderung menggunakan cara ini, coba kenali emosi yang kamu rasakan dan belajar mengungkapkannya dengan jujur dan terbuka. Misalnya, katakan, "Aku butuh waktu untuk tenang, tapi aku ingin kita bicara setelah itu." Ini jauh lebih sehat daripada diam tanpa kejelasan.
Kedua, jika kamu yang menerima silent treatment, jangan buru-buru menyalahkan diri sendiri. Tetap tenang dan coba buka komunikasi dengan cara yang lembut, seperti, "Aku merasa kita sedang tidak bicara, apakah ada yang ingin kamu sampaikan?" Hindari menyudutkan karena itu bisa memperparah keadaan.