Mohon tunggu...
Harry Dethan
Harry Dethan Mohon Tunggu... Health Promoter

Master of Public Health | Praktisi Perilaku dan Promosi Kesehatan | Menulis dan membuat konten kesehatan, lingkungan, dan sastra | Email: harrydethan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Efek Psikologis dari Mengancam "Anak yang Tidak Patuh akan Disuntik Dokter"

15 Mei 2025   10:54 Diperbarui: 15 Mei 2025   16:24 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ILUSTRASI | Shutterstock

Mengancam anak yang tak patuh akan disuntik oleh dokter sering kali dianggap sebagai cara cepat dan mudah untuk membuat anak patuh. 

Kalimat seperti, "Kalau kamu tidak mau makan atau tidur, nanti dokternya suntik pakai jarum besar dan sakit sekali!" mungkin sudah tidak asing di telinga banyak orang tua dan pengasuh. 

Namun, meskipun ancaman ini tampak efektif dalam jangka pendek, efek psikologis yang ditimbulkannya pada anak bisa sangat merugikan dan berdampak jangka panjang.

Di masa mendatang, ketika anak menolak disuntik, orang tua sering merasa frustrasi dan khawatir akan kesehatan anaknya. 

Suntikan, terutama vaksinasi, adalah hal penting untuk melindungi anak dari berbagai penyakit berbahaya. Namun, rasa takut anak terhadap jarum suntik dan rasa sakit yang mungkin dirasakan membuat proses ini menjadi tantangan tersendiri. Hal ini bisa jadi akibat dari ancaman yang sering diberikan orang tua pada anak dengan memakai kata "akan disuntik".

Padahal, ancaman yang diberikan justru dapat menimbulkan rasa takut yang berlebihan dan kecemasan yang mendalam. Anak yang sering diancam akan mengalami stres psikologis yang bisa berdampak pada perkembangan emosionalnya. Misalnya, anak bisa menjadi trauma terhadap dokter atau fasilitas kesehatan sehingga menolak perawatan medis di masa depan. Ini tentu berbahaya karena anak menjadi rentan terhadap penyakit yang sebenarnya bisa dicegah dengan vaksinasi.

Di lingkungan sekitar, mungkin saja didapati banyak orang tua yang menggunakan ancaman sebagai cara untuk membuat anak patuh. Namun, anak-anak yang mengalami hal ini seringkali menunjukkan perilaku menghindar, menangis berlebihan, atau bahkan menolak pergi ke posyandu atau puskesmas. Mereka tidak hanya takut pada jarum suntik, tetapi juga pada sosok tenaga kesehatan yang seharusnya membantu mereka.

Selain itu, secara lebih luas, pola asuh yang sering menggunakan ancaman dapat memengaruhi karakter anak secara keseluruhan. Anak yang tumbuh dalam lingkungan penuh ancaman cenderung menjadi kurang percaya diri, mudah cemas, dan sulit berinteraksi dengan orang lain. Rasa takut yang berlebihan juga bisa menghambat kemampuan anak untuk belajar dan bersosialisasi dengan teman sebaya.

Sebagai alternatif, orang tua dan tenaga kesehatan disarankan untuk menggunakan pendekatan yang lebih lembut dan edukatif. Misalnya, menjelaskan kepada anak dengan bahasa sederhana dan penuh kasih sayang tentang pentingnya vaksinasi dan hindari ancaman dengan memakai suntikkan. Bagi anak yang akan mendapatkan vaksin dan takut, orang tua bisa mengatakan, "Suntikan ini akan membantu tubuhmu supaya tidak mudah sakit dan bisa bermain dengan teman-teman."

Memberikan dukungan emosional seperti memegang tangan anak, mengalihkan perhatian dengan cerita atau mainan favorit, serta memberikan pujian atau hadiah kecil setelah anak mau disuntik, terbukti lebih efektif dan tidak menimbulkan trauma. Pendekatan ini membantu anak merasa aman dan dihargai, sehingga mengurangi rasa takut dan stres.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun