Mohon tunggu...
Harry Dethan
Harry Dethan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Health Promoter

Email: harrydethan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cita-cita Egois

16 Januari 2020   15:17 Diperbarui: 16 Januari 2020   15:29 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: best-walpaper.net

Beberapa bonekanya sedang sibuk mengadakan acara teh Bersama, sementara Aurora sedang sibuk memeluk ketakutan dalam rebahannya. Sesekali boneka berwarna merah dan kuning datang untuk mengajaknya bergabung, tapi Aurora sedang tak bergairah untuk bersenang-senang.

Ia sedang dipaksa berbincang serius bersama beberapa cita-cita di salah satu ruang di kepalanya. Saking seriusnya, ketukan dari beberapa hobinya yang memanggil tak dia gubris dari dalam ruangan.

Percakapan alot bersama tiga cita-cita tersebut tak juga selesai. Omongan mereka terlalu berputar-putar. Banyak juga terjadi perdebatan karena masing-masing dari mereka memaksa untuk diberi perhatian lebih oleh Aurora.

Jika terus begini, Aurora akan terus menerus terpaku dan tak dapat melakukan apapun. Memang sulit bagi anak di bawah umur ini untuk dipaksa berhadapan dengan para pendebat yang banyak maunya. Parahnya, tak satu kalipun mereka beri kesempatan padanya untuk memberi tahu pendapatnya.

Sementara ini, sudah tiga hari Aurora tak berpindah dari ruang kepalanya ke ruang hatinya. Muka pucat dan tubuh lemahnya membuat semua orang cukup takut. Pesta boneka yang meriah dihentikan sementara waktu agar suara mereka tak mengganggu Aurora.

Dari balik jendela ruangan, Aurora melihat beberapa umurnya telah berhasil terjual dengan harga beberapa kepopuleran. Sampai ia keluar dari ruangan itu, bayaran yang ia terima dipegang sementara oleh orang-orang dewasa yang berpakaian kebanggaan.

Setiap kali ada umurnya yang terjual, ia merasa cukup sedih. Namun, kali ini kesedihannya lebih banyak karena yang berhasil terjual adalah tiga umur kesukaannya. Bahkan ia tak diajak berbicara sebelumnya perihal jual menjual umur.

Memangnya apa yang bisa ia buat? Sebagai anak perempuan yang omongannya hanya didengar para boneka berwarna, tak pernah ia dihargai dengan sebuah kesempatan untuk marah atau tertawa.

Banyak yang tak tahu bahwa sebenarnya dari tiga cita-cita yang dikurung bersamanya dalam satu ruangan, tak ada satupun yang ingin ia ajak berteman. Mengapa? Karena mereka bertiga memiliki sifat pemarah, egois dan suka menyombongkan diri.

Mimpinya sedang ia sembunyikan di ruang belakang kepalanya dengan rapat-rapat. Pernah sekali ingin ia ajak bermain keluar melalui kalimatnya yang telah ia isi penuh dengan bahan bakar, tapi ia urungkan niatnya karena ia takut banyak orang akan merendahkan mereka berdua.

Mimpinya memang tak senecis ketiga cita-cita yang sedang bicara padanya ini, namun, ia suka sekali berbagi dan melihat orang lain senang dengan apa yang lakukan. Hal tersebutlah yang membuat Aurora sangat suka berteman dengannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun