Mohon tunggu...
Harry Dethan
Harry Dethan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Health Promoter

Email: harrydethan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Deja Vu Vs Deja Reve, Apakah Keduanya Memiliki Hubungan dengan Kesehatan Mental?

15 Januari 2020   13:01 Diperbarui: 15 Januari 2020   13:15 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: openheartedrebellion.com

"Saya sepertinya pernah mengalami kejadian ini!?" atau "Saya sepertinya pernah berada pada posisi seperti ini!?" Pernahkah kita mengeluarkan pertanyaan seperti itu? Atau mungkin mendengar orang di sekitar kita mengatakannya?

Kejadian tersebut pasti lumayan sering ditemui dan kita semua mengenalnya dengan istilah deja vu. Sebuah survey yang pernah dilakukan pada tahun 2004 lalu mengatakan bahwa sekitar dua per tiga dari populasi pernah mengalami hal ini. Jadi, jangan terlalu kaget jika ada orang di sekitar kita mengalaminya.

Istilah deja vu berasal dari bahasa Perancis yang berarti "pernah dilihat". Orang yang mengalami fenomena ini akan mendapatkan suatu sensasi yang kuat seperti pernah mengalami sebuah peristiwa yang sama persis di masa yang lalu.

Beberapa teori mengungkapkan bahwa terdapat penyebab atau serangan yang berhubungan dengan deja vu. Penyebab tersebut antara lain karena temporal lobe seizure, malfungsi sirkuit otak ataupun karena kerja rhinal cortex.

Temporal lobe seizure atau kejang lobus temporal merupakan suatu serangan yang disebabkan oleh trauma pada otak, infeksi, stroke, tumor otak, hingga faktor genetik. Serangan ini dapat menyebabkan penderita mengalami penurunan kemampuan dalam merespon lingkungan hingga melakukan beberapa aktivitas secara berulang seperti menggerakan jari tangan secara tidak wajar atau mendecakkan lidah. Sebelum serangan ini datang, biasanya penderita akan mengalami deja vu.

Malfungsi sirkuit otak dapat terjadi karena malfungsi antara long term circuits dan short term circuits dalam otak. Hal ini dapat terjadi karena informasi yang baru saja diperoleh langsung ditransfer pada memori jangka panjang sehingga seseorang seolah-olah pernah mengalami hal tersebut atau disebut deja vu.

Kerja rhinal cortex adalah untuk mendeteksi hal-hal yang dirasa familiar. Jika seseorang mengalami deja vu, mungkin saja bagian ini sedang teraktivasi sehingga orang tersebut dapat mengingat persis kapan dan dimana pengalaman tersebut berlangsung dan terasa sama persis.

Penelitian menunjukan bahwa hingga sekarang lebih banyak penderita Temporal lobe seizure dan penderita epilepsi yang sering melaporkan pengalaman deja vu. Hal ini juga berhubungan dengan gejala halusinasi dan mungkin saja menjadi indikator penyakit neurologis atau psikiatris lainnya. Namun, bukan berarti individu normal tidak dapat mengalaminya, hanya saja, penyebab terjadinya deja vu pada orang sehat belum dapat dijelaskan.

Selain deja vu, belakangan ada juga fenomena yang cukup "serupa" tapi tak sama dengan hal tersebut. Lain halnya dengan de javu yang memberikan sensasi pernah melihat atau mengalami, fenomena ini memberikan sensasi seolah-olah seseorang pernah memimpikan hal yang sedang ia alami. Sensasi ini biasanya disebut dengan istilah "deja reve".

Istilah deja reve juga berasal dari bahasa Perancis yang memiliki arti "pernah dimimpikan". Secara singkat, seseorang yang mengalaminya merasakan bahwa situasi yang sedang ia alami pada suatu waktu pernah ia mimpikan sebelumnya dan kedua hal tersebut sama persis, bahkan hingga detailnya.

Fenomena ini memang tidak setenar deja vu, namun beberapa orang pernah mengalaminya. Berdasarkan sebuah study yang baru-baru ini dilakukan dengan melihat pada laporan medis pasien epilepsi pada tahun 1958 hingga 2015, pengalaman deja reve cukup umum terjadi pada pasien yang mendapatkan simulasi elektrik pada otaknya. Simulasi elektrik merupakan salah satu metode treatment standar bagi orang yang memiliki gejala epilepsi.

Berdasarkan penelitian, deja reve memiliki tiga kategori yakni episodic, familiarity-like dan dreamy-state.  Kategori tersebut didapatkan berdasarkan pengalaman deja reve yang diceritakan oleh para participant penelitian tersebut.

Episodic merupakan kategori deja reve yang mampu mengingat detail waktu dari mimpi yang ia alami. Ia bahkan bisa mengingat kapan mimpi tersebut dialami. Deja reve tipe ini dapat dialami beberapa kali.

Familiarity-like merupakan tipe deja reve yang mengakibatkan orang yang mengalaminya tidak terlalu jelas mengingat detail mimpi yang dialaminya. Ia mungkin saja hanya mengingat setengah mimpinya atau adegan mimpinya dengan samar-samar.

Lain hal  dengan kedua kategori tersebut, tipe dreamy-state biasanya menganggap bahwa kejadian aneh yang dihadapinya adalah sebuah mimpi. Mereka juga tidak pernah merasa mimpi yang dialaminya sama dengan kejadian yang terjadi di dunia nyata.

Deja vu dan deja reve sering dikaitkan juga dengan hal-hal supranatural. Namun, setelah menilik pada ilmu pengetahuan, keduanya dapat dijelaskan dan memiliki bukti penelitian ilmiah yang telah diteliti.

Keduanya juga sering dijadikan sebagai ramalan akan terjadinya sesuatu dan lain sebagainya. Hal tersebut sah-sah saja pada kepercayaan setiap orang. Akan tetapi, alangkah baiknya jangan sepenuhnya mempercayai hal-hal yang bisa jadi hanya merupakan halusinasi atau gangguan dibandingkan dengan kepercayaan pada Tuhan.

Cukup diambil saja aspek positif dari deja vu dan deja reve, baik untuk mengetahui kondisi kesehatan atau psikis dan lain sebagainya. Jika seseorang yang mengalaminya merasakan sesuatu yang aneh atau berdampak buruk bagi kesehatan, khususnya mentalnya, disarankan untuk memeriksakan diri pada dokter atau orang-orang yang ahli di bidang psikologis.

Salam sehat!

Referensi: satu, dua, tiga

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun