Mohon tunggu...
Harry Dethan
Harry Dethan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Health Promoter

Email: harrydethan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Suatu Sore di Pondok Cucur

21 Februari 2019   21:51 Diperbarui: 21 Februari 2019   22:15 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: pesona.travel


"Kak, pesan kue cucurnya empat dan kopi satu!" kataku ketika baru saja sampai di Pondok Cucur. Tempat ini adalah tempat terbaik untuk menghabiskan waktu di sore hari. Layaknya kedai lain, kopi dan teh adalah minuman wajib. Selain itu, yang khas dari tempat ini adalah kue cucurnya yang melegenda.

Harusnya perencanaan awalku adalah lansung pulang ke rumah setelah menyelesaikan semua pekerjaanku. Namun, gerimis di luar membuatku merubah arah pacuanku menuju tempat ini.

"Ini Pak pesanannya. Selamat menikmati." Kata pelayan sembari meletakkan kue cucur dan kopi pesananku.

"Terima kasih." Jawabku.

Tampak di luar hujan telah turun dengan lebatnya. Beruntung padaku yang telah mengambil keputusan yang benar dengan berteduh di tempat ini, sambil menikmati lezatnya kopi dan kue cucur kesukaanku.

Kopi yang sudah berada di depan mata lansung saja ku ambil. Nampaknya masih sangat panas. Ku seruput secara perlahan dan menikmatinya sambil melihat hujan serta beberapa orang yang sedang berteduh di seberang jalan.

Kedai ini memang didesain dengan banyak kaca sehingga aku dapat melihat ke luar. Terlihat sepasang suami istri yang sedang berteduh di warung seberang sana. Jas hujan yang berada di dalam tas, dikeluarkan oleh mereka untuk dikenakan. Dengan sigap, sang istri merapikan jas hujan yang sudah terpakai oleh sang suami.

Sekilas, terlihat tidak ada yang spesial dari kejadian yang baru saja kulihat. Namun, hal tersebut terlihat unik dan romantis karena dilakukan oleh pasangan yang sudah berada pada kategori usia lansia. Biasanya hal seperti ini hanya kudapati pada hubungan percintaan anak-anak yang masih muda.

Setelah kuperhatikan mereka hingga perjalanan mereka berlanjut dari tempat tersebut, mataku berlalu kembali pada kue cucur yang berada di hadapanku. Kue cucur yang masih hangat ini seperti berkata, "ayo cepatlah santap aku!"

Saat hendak mengambil sepotong kue cucur, spontan terlintas di kepalaku ingatan perkataan dari ibu beberapa bulan yang lalu di rumah. Waktu itu, ibu juga sedang membuat kue cucur. Terang saja, kue cucur buatan ibuku adalah yang paling lezat sedunia, yang terlezat kedua berada di Pondok Cucur ini.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun