Mohon tunggu...
Harrist Riansyah
Harrist Riansyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Lulusan Jurusan Ilmu Sejarah yang memiliki minat terhadap isu sosial, ekonomi, dan politik.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Portugis Menguasai Malaka

11 September 2022   14:00 Diperbarui: 11 September 2022   14:00 2857
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambaran Kota Malaka. Sumber: Digital Collections Universiteit Leiden.

Pada artikel sebelumnya saya sudah membahas mengenai Selat Malaka pada abad ke-15. pada kali ini saya coba untuk menjelaskan kondisi Selat Malaka pada abad-abad selanjutnya atau tepatnya pada saat bangsa Barat yaitu Portugis datang ke Malaka untuk mencari rempah-rempah. 

Pada abad ke-15, Portugis telah mencapai kemajuan-kemajuan dalam bidang teknologi, yang membawa mereka pada pelayaran mengarungi samudera yang paling berani sepanjang zaman. Bermodalkan pengetahuan geografi dan astronomi yang baik, Mereka berhasil memadukan sistem navigasi dengan layar segi tiga dan tali-temali persegi serta memperbaiki konstruksi kapalnya. Mereka menciptakan kapal-kapal yang lebih cepat dan mudah dikemudikan, sehingga lebih layak mengarungi samudera. Mereka juga mulai menggunakan meriam di atas kapal. Tidak sekadar kemajuan-kemajuan itu, bangsa Portugis juga punya kemauan kuat untuk melakukannya. kemauan yang kuat ini tidak terlepas dari kondisi abad pertengahan yang sangat di pengaruhi oleh agama (Kristen) sehingga kegiatan ekspedisinya membawa semangat perang salib yang tak kunjung usai.

Meskipun memiliki semangat yang sangat besar, pelayaran ini mengalami kebuntuan setelah jalur niaga maritim antara Asia dan Eropa yang telah dimonopoli oleh pedagang-pedagang muslim, khususnya dibawah kekuasaan Kesultanan Turki Ottoman. Dalam menghadapi masalah ini Portugis pun mengambil dua cara. Pertama, memperluas kekuasaan dan pengaruhnya atas Cochin yang kemudian dijadikan tempat pendudukan mereka pertama dan pusat perdagangan merica di pantai Malabar, sekaligus sebagai markas besar wakil raja Portugis pertama, Francisco de Almeida. Kedua, memperluas pengaruhnya ke Laut Merah dan Selat Malaka guna mengontrol lalu lintas pelayaran dan perdagangan maritim antara Asia dengan Eropa. 

Namun kedua cara tersebut dinilai terlalu lambat untuk memperkuat kekuasaannya. Hingga Alfonso de Albuquerque, yang merupakan salah satu panglima angkatan laut Portugis pada saat itu, merasa bahwa mereka (Portugis) perlu melakukan peperangan di laut. Pada tahun 1503, dia berlayar dari Portugal menuju India. Pada tahun 1510 Goa berhasil ditaklukannya dan kemudian dijadikan pangkalan tetap Portugis di pantai barat India. Pada saat yang sama juga telah dibangun pangkalan-pangkalan niaga di Ormuz dan Sokotra, yang terletak di bagian barat Goa. Untuk mendominasi perdagangan dan mengarahkan kekuatan militernya, Portugis membangun pangkalan-pangkalan tetap di sepanjang jalur-jalur strategis, dan sasaran yang paling penting adalah Malaka. 

Alasan mengapa bangsa Portugis menganggap Malaka merupakan tempat yang penting dikarenakan Malaka merupakan pelabuhan besar untuk perdagangan komoditas berharga di dunia. Jung-jung dari cina yang datang membawa barang dari asalnya seperti  emas, berlian, dan kain sutra. Maupun kapal-kapal yang berasal dari Kepulauan Nusantara yang lain (Jawa, Kalimantan, Maluku, Sumatera) yang banyak membawa rempah-rempah seperti lada, pala, dan cengkeh. Dan alasan lainnya ialah karena Malaka merupakan kota yang banyak ditempati oleh para pedagang muslim yang merupakan musuh utama dari bangsa Portugis.

Dengan adanya kemungkinan dua keuntungan itu Raja Portugal mengirim Diogo Lopes de Sequeira ke Malaka untuk mengadakan persahabatan dengan Sultan, dan menetap di sana sebagai wakil raja Portugal di sebelah timur India. Pada awalnya Sultan dan Bendahara menerima Sequiera dengan hormat. Dan juga menyetujui kapal-kapal Portugis untuk berlabuh sebelum kapal-kapal asing lainnya, dan cengkeh, obat-obatan serta pala dapat diperdagangkan dengan harga lokal menggunakan uang atau cara barter dengan barang lain jika diinginkan. Namun pada kenyataan para pedagang asing yang biasanya berasal dari Jawa dan Gujarat yang didahulukan. Hal ini tidak terlepas dari rasa benci mereka terhadap Portugis, mereka pun menasehati Bendahara untuk mengusir Portugis dari Malaka. Portugis yang khawatir pun akhirnya membangun benteng di Malaka. Bendahara pun kemudian meyakinkan Sultan untuk mengusir orang-orang Portugis dari Malaka. Akibatnya, beberapa anak buah Sequira ditawan dan beberapa di antaranya dibunuh. Sequeira dan empat kapalnya, juga turut diserang, berhasil meloloskan diri setelah berlayar ke laut lepas. Rempah-rempah yang dibawanya dari Banda dan Maluku dapat diselamatkan.

Akibat tindakan Sultan Malaka itu, Albuquerque bertolak dari Goa, dengan kekuatan sekitar 1.200 orang dan tujuh belas atau delapan belas kapal, menuju Malaka pada bulan April 1511. Setelah tiba di sana mereka terlibat dalam peperangan secara sporadis di laut selama bulan Juli sampai awal Agustus. Peperangan pun akhirnya dimenangkan oleh Portugis yang membuat kota Malaka jatuh ke tangannya. Sedangkan Sultan Malaka sendiri melarikan diri ke Johor namun karena diserang oleh Portugis kembali Sultan pun akhirnya pindah ke Pulau Bintan.

Kondisi Politik dan Ekonomi di Selat Malaka pada setelah Malaka Ditaklukkan Oleh Portugis

Memasuki abad ke-16, dengan jatuhnya kota Malaka kepada bangsa Portugis memperlihatkan mulai timbul keinginan dari para bangsa barat untuk melakukan perdagangan maupun pembuatan koloni di Asia Tenggara pada abad-abad selanjutnya.  Perdagangan sendiri yang paling utama dari abad ke 16 sampai abad 18 adalah rempah-rempah, yang merupakan komoditas yang dicari-cari oleh para bangsa barat yang mendorong mereka untuk mengarungi samudera. Rempah-rempah sendiri yang sebenarnya produksinya lebih sedikit dibandingkan produksi beras, tekstil, tuak, dan ikan asin telah menjadi produk yang memiliki harga jual yang tinggi.

Kota Melaka sendiri di tahun 1511 merupakan salah satu dari kota di dunia yang paling pluralistik; sebagian besar dari penduduknya adalah orang Jawa, India Selatan, Gujarat, Champa, Tagalok, dan orang yang berasal dari setiap pelabuhan di Asia.

Portugis setelah berhasil menguasai kota Malaka, pada tahun 1513 sampai 1530 orang Portugis mendapat keuntungan besar, mendominasi pasaran Eropa dengan membawa masuk rata-rata lebih dari 30 ton cengkih dan 10 ton pala, sementara jalur Timur Tengah tetap memasukkan jumlah yang sedikit dan tidak ajeg.

Sekalipun jatuhnya Melaka merupakan hal yang penting, peristiwa itu hanya sebentar saja menganggu perdagangan orang Asia Tenggara. Selanjutnya, mereka menyebarkan perdagangan dan pedagangnya di beberapa kota pelabuhan lainnya. Orang-orang Portugis menimbulkan suatu keadaan di mana perdagangan menjadi tersebar di beberapa pusat lainnya. Patani, Johor, Pahang, Aceh, Banten, merupakan pelabuhan-pelabuhan yang paling banyak mendapatkan keuntungan dari jatuhnya Malaka. Hal itu disebabkan karena pedagang-pedagang yang biasanya berasal dari Persia, India, Cina, dan daerah-daerah lainnya yang biasanya singgah ke kota Malaka, mulai menghindari kota itu. Para pedagang itu pindah dari Malaka dikarenakan politik Portugis yang memaksakan sistem monopoli kepada para pedagang yang sudah terbiasa dengan sistem perdagangan bebas. Para pedangang ini pun mencoba jalur baru melalui Selat Sunda demi menghindari praktek monopoli Portugis. Dengan beralihnya para pedagang itu melewati Selat Sunda membuat Banten menjadi tempat transit baru bagi para pedagang dari penjuru dunia. Namun seiring datangnya bangsa Belanda pada tahun 1619 yang berhasil merebut Jayakarta yang pada saat itu dipimpin oleh Wijayakrama dan mengganti namanya menjadi Batavia, membuat Batavia menjadi pusat baru politik dan perdagangan.

Dan juga kehancuran Melaka dan pelayaran niaga orang Islam yang pertama kali dilakukan oleh Portugis tidak berakibat meluasnya agama Kristen tetapi justru terjadi konsolidasi kekuasaan dalam tangan dinasti-dinasti Muslim yang sanggup dan bersedia untuk melawan ancaman itu. Aceh dan Banten dibangun sebagai pusat-pusat Muslim yang anti-Portugis di tahun 1520-an. Sedangkan kondisi di kota Malaka sendiri, penduduk Malaka berkurang seperempatnya setelah direbut Portugis pada tahun 1511 dan hanya bisa dikembalikan ke keadaan semula dalam masa kini. Dengan adanya penaklukkan Portugis atas kota Malaka membuat banyaknya daerah-daerah yang sebelumnya menjadi kekuasaan Malaka seperti Kampar dan Siak, mulai memisahkan diri dari Malaka. 

Pada abad ke-16 ini pun Aceh mulai peranan penting di bagian utara Pulau Sumatera. Pengaruh Aceh meluas dari Barus disebelah utara hingga ke selatan di dearah Indrapura. Dengan jatuhnya Malaka ke tangan Portugis dan banyaknya daerah-daerah kekuasaan Malaka yang mulai memisahkan diri dari Kerajaan Malaka, dimanfaatkan oleh Kerajaan Aceh yang dipimpin oleh Sultan Ali Muqhayat Syah untuk memperluas kekuasaannya ke daerah-daerah disekitarnya. Dengan cara mengadakan operasi-operasi militer dengan maksud politik, agama, dan ekonomi. Daerah-daerah seperti Pidie, Pasai, dan Daya harus menghadapi serangan dari kerajaan Aceh ini. Dalam peperangan ini pun Aceh mampu meraih kemenangan  dan berhasil merebut senjata-senjata dari orang-orang portugis yang berada di benteng-benteng mereka di Pidie. Keberhasilan dalam peperangan ini juga tidak terlepas dari adanya pasukan asing yang berasal dari Turki, Arab dan Abesinia dipihak kerajaan Aceh. 

Lambat laun Portugis pun mengalami kemerosotan hal ini disebabkan ketidakmampuan armada laut Portugis untuk mengamankan jalur pelayaran di Selat Malaka dan juga Goa di India Selatan, yang berakibat banyaknya kapal dagang yang membawa rempah-rempah tidak singgah ke Malaka melainkan melalui jalur pantai barat Sumatera Aceh, dan kepulauan Maladewa, menyeberangi Teluk Benggala dan langsung menuju ke Laut Merah. Jalur baru ini membuat Portugis tidak lagi menjadi pusat bagi pasaran Eropa, karena produk rempah-rempah mengalir melalui Mesir dan Laut Tengah.

Hingga pada akhirnya pada tahun 1641 kota Malaka berhasil direbut oleh bangsa belanda yang dilakukan oleh kongsi dagang mereka Verenigde Oost Indische Compagne (VOC). Setelah berhasil menduduki Malaka, orang-orang belanda terbentur akan dua keinginan. Pertama adalah membuat Malaka menjadi pelabuhan yang ramai yang dikunjungi oleh pedagang-pedagang dengan menyediakan barang dagangan dari daerah sekitarnya. Mengingat pada waktu itu kota Malaka sedang mengalami kemunduran akibat permusuhan-permusuhan yang terjadi di antara kerajan-kerajaan di Semenanjung Malaya dan Aceh. Hal ini membuat banyak para pedagang menghindari Selat Malaka dan memilih berdagang di pulau Sumatera ataupun di Semeanjung Malaka yang letaknya lebih ke utara. Namun hal ini tidak bisa juga terlaksana karena kompeni Belanda lebih mau menggunakan politik perdagangan yang memonopoli. Belanda pun sempat mengambil langkah mengenakan suatu sistem tarif. Namun karena bea yang diberikan jauh lebih besar dibandingkan oleh orang Portugis cara ini pun kembali gagal. Karena sistem perdagangan yang digunakan selalu gagal, akhirnya orang-orang Belanda pun merasa perlu mengadakan perjanjian-perjanjian dengan sultan-sultan di dataran semenanjung Malaya untuk mendapatkan monopoli atas beberapa macam barang dagangan.

Daftar Pustaka:

  • Poelinggomang, D. E. (2012). Bahan Ajar Sejarah Maritim Dunia. Makassar: Lembaga Kajian Dan Pengembangan Pendidikan (LKPP).
  • Poesponegoro, M. D. (1984). Sejarah Nasional Indonesia Jilid III. Jakarta: Balai Putaka.
  • Pradjoko, D., & Utomo, B. B. (2013). Atlas Pelabuhan Pelabuhan Bersejarah di Indonesia. Jakarta: Direktorat Sejarah dan Nilai Budaya, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
  • Reid, A. (2011). Asia Tenggara Dalam Kurun Niaga 1450-1680 Jilid 2: Jaringan Perdagangan Global. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
  • Ricklefs, M.C. (2008). Sejarah Indonesia Modern. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun