Mohon tunggu...
Harris Maulana
Harris Maulana Mohon Tunggu... Insinyur - Social Media Specialist

Seseorang yang suka menulis tentang apa saja, sepanjang untuk menambah ilmu dan wawasan akan dilakoninya. Berbagai jenis pekerjaan sudah pernah dicobanya. Dengan latar belakang sarjana Planologi, memulai karir sebagai konsultan perencanaan wilayah dan kota. Lalu beralih menjadi konsultan Appraisal and Research, konsultan Property, Konsultan Digital hingga konsultan Public Relations. Sangat menikmati peran alternya sebagai blogger yang sudah membawanya ke berbagai tempat, bertemu dengan siapa saja dan satu hal yang sangat dibanggakannya bisa masuk Istana Negara dan bertemu dengan Presiden RI, karena tidak setiap orang bisa ke sana, kecuali kamu seorang teladan, tamu presiden atau tukang potong rumput istana. Pemilik akun twitter @harrismaul dan blog : www.harrismaul.com dan www.travelopedia.id

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Ketika Olahraga Lari Menjadi Pelarian Setelah Berhenti Merokok

14 Oktober 2017   23:29 Diperbarui: 14 Oktober 2017   23:29 1890
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebulan terakhir ini saya mulai menekuni olahraga lari. Bukan karena ikut-ikutan trend yang sedang berlangsung saat ini tapi karena -seperti judul di atas - olahraga lari dapat menghambat kenaikan berat badan pasca berhenti merokok. Begitu menurut beberapa teman. 

Ya beberapa waktu lalu saya memutuskan berhenti merokok, setelah puluhan tahun mengkonsumsinya. Sadar akan lebih banyak mudaratnya daripada manfaatnya, akhirnya dengan tekad bulat saya memutuskan berhenti merokok. Dalam hal ini saya tidak akan mengajak para perokok untuk berhenti. Karena yakin para perokok itu pasti tidak mau disuruh atau dipaksa berhenti. Seperti saya dahulu juga begitu. Saran dari isteri, anak, orangtua, teman, semuanya mental begitu saja. Hanya satu yang bisa menghentikannya : dirimu sendiri.

Ya hanya kesadaran dirilah yang dapat memotivasi kegiatan apapun. Termasuk berhenti merokok. Ada 3 (tiga) faktor yang dapat membuat seseorang berhenti merokok. Satu faktor kesehatan. Seseorang terkena penyakit yang mengharuskan berhenti merokok sama sekali atau penyakitnya bertambah parah dan dapat menyebabkan kematian. Saya pernah mengalami ini. Sempat divonis paru-paru basah dan berhenti untuk pengobatan. Namun setelah sembuh mulai tergoda lagi untuk mencicipi batang berasap tersebut. 

Faktor kedua yang mempengaruhi seseorang berhenti merokok adalah faktor ekonomi. Ya jika seseorang sudah tidak punya uang lagi untuk membeli rokok tentu dia harus berhenti. Tentu malu dong kalo minta terus sama temen. Bahkan jika ada orang yang meminta merokok kadang suka di bully sebagai perokok dengan merek Cap Cik. Karena dia suka berkata, "Cik atuh euy menta rokokna..." dalam bahasa sunda artinya. "Coba dong minta rokoknya." Atau ada julukan lain yaitu si Asbak. Karena dia melahap rokok apa saja hasil minta dari teman-temannya. Namun alhamdulillah saya tidak pernah mengalaminya. 

Faktor ketiga yang mempengaruhi seseorang berhenti merokok adalah faktor kesadaran dari diri sendiri. Nah ini yang saya alami. Untuk mencapai berhenti sama sekali saya dibantu oleh teman saya seorang terapi hipno. Saat itu saya diminta untuk menyebutkan tujuh keuntungan berhenti merokok, sambil diminta untuk menghisap rokok terakhir. Pertama adalah badan menjadi lebih sehat. Kedua bisa lebih hemat. Jika berhenti merokok dapat menghemat Rp 600.000,- per bulan. Ketiga tidak mengganggu orang lain dengan asap rokok. Keempat saya mulai berpikir apalagi ya sambil menghisap rokok dalam-dalam. Oya tidak membuat bau mobil. Karena kadang kalau ngantuk suka merokok di dalam kabin mobil dan mendapat restu dari seluruh penumpang walau setengah hati. 

Kelima mulai berpikir keras sambil menghisap rokok walau sudah terasa kurang enak. Kelima tidak memberi efek buruk kepada para perokok pasif. Keenam rumah bebas asap rokok jadi lebih sehat sambil mematikan rokok yang sudah terasa pahang (hampa). Ketujuh sudah gak mau mikir lagi dan memutuskan berhenti merokok. Korek api dan sisa rokok yang masih lebih dari setengah bungkus langsung saya buang ke tempat sampah.

Sudah satu purnama saya tidak menyentuhnya. Walau banyak rekan sesama perokok mencoba menggoda, saya berusaha tetap bertahan. Namun sempat juga mendapat curhatan seorang teman yang perokok juga yang ternyata dari hati kecilnya ingin berhenti juga. Dan dia heran kok saya yang perokok berat bisa tiba-tiba berhenti begitu saja. Saya hanya menjawab satu kata : niat.

Ya, hanya niatlah yang membuat kita dapat melakukan apa saja yang diinginkan dan dicita-citakan. Niat yang membuat BJ Habibie dapat membuat pesawat terbang. Niat yang membuat Rakyat Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya. Btw perbandingannya jauh amat ya.

Seperti yang disebutkan di atas, setelah berhenti merokok, persoalan selanjutnya adalah berat badan. Konon dan sudah sudah terbukti setiap orang yang berhenti merokok badannya kemudian menjadi mlaar. Perut maju seperti six month. Nafsu makan bertambah dan timbangan cepat rusak karena berat badan naik terus.

Beberapa teman menyarankan untuk berolahraga dan yang paling pas adalah olahraga lari. Karena dengan berlari semua anggota tubuh bergerak. Karbohidrat langsung terbakar dan habis. Sebenarnya saya juga suka olahraga yaitu bersepeda. Puluhan kilometer saya bisa lahap sekali jalan, walau jadwal bersepedanya tidak kontinyu. Minggu ini bersepeda, minggu depan libur. Minggu depannya libur lagi. Jadwalnya random banget.

Akhirnya saya memutuskan untuk ikut sebuah lomba lari yang diadakan di Puncak, Bogor, Jawa Barat. Sebagai newbie saya mengambil jarak terpendek saja yaitu 6 km. Ibarat MotoGP saya tidak langsung ke kelas utama, tapi kelas Moto3 dulu. Target juga nggak muluk-muluk, yang penting finish, tidak terkenal DNF dan bisa gigit medali finisher supaya bisa pamer di sosmed (teteup). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun