Mohon tunggu...
Harold Manihuruk
Harold Manihuruk Mohon Tunggu... Lainnya - 20 Tahun | Mahasiswa Bioteknologi

Mahasiswa Aktif Bioteknologi Universitas Kristen Duta Wacana

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Filariasis Mengintai Sumatera Utara

15 Juli 2020   16:39 Diperbarui: 15 Juli 2020   16:46 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Hal ini ditunjukkan dalam penelitian Juriastuti, dkk. (dalam Sitepu, dkk., 2019) yang menunjukkan responden dengan keberadaan barang-barang bergantung seperti : handuk, pakaian bekas pakai dan barang lain yang dapat menjadi tempat nyamuk untuk hinggap yang berada di ruangan, terutama di dalam kamar tidur akan beresiko 6.3 kali lebih besar menjadi penderita filariasis.

Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara dan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara telah melaksanakan beberapa strategi pengendalian dengan dua pilar kegiatan:

          1. Pengobatan massal kepada semua penduduk di kabupaten endemis filariasis dengan menggunakan DEC 6 mg/kg BB dikombinasikan dengan Albendazole 400 mg sekali setahun selama 5 tahun guna memutuskan rantai penularan.

         2. Tatalaksana kasus klinis filariasis guna mencegah dan mengurangi kecacatan.

Tatalaksana program pengendalian dilakukan pada semua penderita dengan tujuan untuk mencegah dan mengurangi kecacatan penderita serta              menjadikan penderita mandiri dalam merawat diri. 

Setiap penderita kemudian akan dibuatkan status rekam medis dan mendapatkan kunjungan dari petugas kesehatan minimal tiga kali dalam setahun (Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, 2018). Program ini sudah berjalan sejak tahun 2014 hingga 2017, namun tidak membuahkan hasil sesuai dengan tujuannya, terutama dalam mencegah dan mengurangi kecacatan.

Pada tahun 2018, strategi pengendalian ini digantikan dengan pengendalian vektor terpadu yang berpusat pada penyakit yang ditularkan melalui vektor dan binatang pembawa penyakit seperti malaria, demam berdarah dengue, filariasis, dan leptospirosis yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Beberapa metode pengendalian vektor terpadu yang dapat dilakukan di antaranya adalah :

  • Metode pengendalian fisik dan mekanis, misalnya pemasangan perangkap dengan bahan yang bersifat penarik (attractant) untuk pengendalian kecoak, raket listrik, dan penggunaan kawat kasa;
  • Metode pengendalian dengan menggunakan agen biotik (biologi), misalnya predator pemakan jentik (ikan, dll), bakteri, dan manipulasi gen (penggunaan jantan mandul, dll;)
  • Pengelolaan lingkungan meliputi modifikasi dan manipulasi lingkungan tempat perindukan, pemberantasan sarang nyamuk, dan pemasangan kelambu;
  • Metode pengendalian secara kimia, misalnya surface spray (IRS) dan space spray (fogging) (Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, 2019).

Strategi pengendalian ini sudah sangat baik, akan tetapi berdasarkan data yang didapatkan menunjukkan bahwa pada pelaksanaannya program strategi pengendalian ini dapat disimpulkan tidak efektif dilakukan terutama pada program strategi pengendalian pada tahun 2014 hingga 2017. 

Program yang berkesinambungan seperti program pengendalian vektor terpadu patut diharapkan dapat membawa perubahan, setidaknya penekanan kasus baru yang tercatat pada Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2019. Selain itu, pengamat epidemiologi pada tingkat puskesmas harus diperkuat dengan tidak hanya sebatas rekam medis, akan tetapi juga pendataan jentik nyamuk dan pengamatan daerah berisiko.

Sosialisasi secara intensif pada masyarakat terutama pada bagian yang berisiko perlu dilakukan. Hal ini dikarenakan adanya laporan Munawwaroh (dalam Sitepu, dkk., 2019) yang menyatakan bahwa beberapa penderita filariasis di daerah Tapanuli Utara memiliki kebiasaan seperti sering keluar malam, masih sedikitnya penggunaan kelambu saat tidur, dan kurangnya penggunaan obat anti nyamuk pada masyarakat serta kebiasaan di masyarakat yang menggantung pakaian di dalam kamar tidur. 

Oleh karena itu, perlu dirasakan adanya sosialisasi intensif pada masyarakat mengenai hidup sehat yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat untuk membiasakan diri hidup lebih baik. Oleh karena itu, tidak hanya peran dan program pengendalian dari pemerintah provinsi Sumatera Utara, Dinas Kesehatan Sumatera Utara, namun juga peran dari masyrakat Sumatera Utara yang diharapkan dapat bekerja sama untuk memutus rantai filariasis dan menciptakan daerah Sumatera Utara yang bebas filariasis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun