Pasar kerja modern bukan lagi sekadar tempat mencari nafkah---ia telah berubah menjadi arena kompetisi yang bergerak cepat, penuh kejutan, dan tak jarang menuntut lebih dari sekadar ijazah atau pengalaman kerja.Â
Di tengah gelombang perubahan ini, satu hal menjadi semakin jelas: mereka yang tidak berkembang, akan tertinggal.Â
Maka dari itu, perluasan keterampilan bukan lagi sebuah nilai tambah, melainkan sebuah keniscayaan.
Mengapa demikian? Lihatlah sekeliling. Teknologi berkembang dalam hitungan bulan, bahkan minggu.Â
Dunia kerja yang dulu mengandalkan kertas dan pena kini bergantung pada AI, big data, dan cloud computing.Â
Seorang akuntan yang tidak memahami dasar-dasar Excel lanjutan atau ERP modern, bisa digeser oleh sistem otomatis dalam waktu singkat.Â
Seorang desainer grafis yang enggan belajar desain berbasis AI, seperti Adobe Firefly atau Canva AI, mungkin akan kehilangan daya saingnya.Â
Dunia kerja tak menunggu---ia terus berlari, dan kita yang ingin tetap relevan harus berlari bersamanya.
Namun, perluasan keterampilan tidak melulu soal teknologi.Â
Faktanya, banyak perusahaan saat ini lebih tertarik pada kandidat yang memiliki soft skills unggul: kemampuan komunikasi, kepemimpinan, kerja tim, empati, dan manajemen waktu.Â