Mohon tunggu...
Harmoko
Harmoko Mohon Tunggu... Penulis Penuh Tanya

"Menulis untuk menggugah bukan menggurui. Bertanya agar kita tak berhenti berpikir."

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kejujuran dan Transparansi: Pilar Kesuksesan dalam Seleksi Kerja

24 Juni 2025   02:48 Diperbarui: 24 Juni 2025   02:42 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Foto kompasiana.com

Dalam dunia kerja yang semakin kompetitif, proses seleksi menjadi gerbang penentu bagi para pencari kerja untuk membuktikan dirinya layak. Namun, keberhasilan melewati tahap ini tidak hanya bergantung pada keahlian atau pengalaman semata, melainkan juga pada integritas pribadi yang tercermin dari kejujuran dan transparansi.

Kejujuran dan transparansi bukanlah sekadar nilai moral yang ideal, tetapi merupakan pilar fundamental yang membangun kepercayaan, dan menjadi fondasi kuat bagi hubungan profesional antara kandidat dan perusahaan. Berbohong atau menyembunyikan informasi penting, sekecil apa pun, bisa menjadi bumerang yang menghancurkan peluang emas di depan mata.

Jangan Rekayasa CV-mu, HRD Bisa Mendeteksi

Kejujuran dalam proses seleksi menyangkut berbagai aspek, mulai dari penyusunan Curriculum Vitae (CV) hingga sesi wawancara. Banyak kandidat tergoda untuk membumbui CV-nya dengan pengalaman palsu, keahlian yang dilebih-lebihkan, bahkan ijazah yang tidak sah.

Padahal, dengan proses verifikasi dan referensi yang semakin canggih, kebohongan seperti ini mudah terbongkar. Akibatnya bisa fatal---mulai dari penolakan lamaran, masuk daftar hitam perusahaan, hingga sanksi hukum. Reputasi yang rusak akibat ketidakjujuran bukan hanya merugikan dalam jangka pendek, tapi juga bisa menghantui perjalanan karier dalam jangka panjang.

Transparansi: Bukan Mengumbar Kekurangan, Tapi Menunjukkan Sikap Reflektif

Jika kejujuran menekankan pada keaslian informasi, maka transparansi adalah soal keterbukaan. Kandidat yang transparan tidak hanya menjawab pertanyaan HRD secara jujur, tetapi juga bersedia menjelaskan hal-hal yang mungkin dianggap "kurang menguntungkan".

Contohnya, menjelaskan adanya jeda karier (career gap) karena alasan pribadi, atau mengakui belum menguasai skill tertentu, lalu menunjukkan langkah konkret yang sedang diambil untuk mengatasinya. Sikap seperti ini menunjukkan komitmen untuk berkembang, dan secara mengejutkan, seringkali lebih diapresiasi oleh rekruter dibanding kandidat yang tampak "sempurna tapi samar".

Kejujuran Memberi Kepercayaan Diri

Bersikap jujur dan transparan bukan hanya menguntungkan perusahaan, tetapi juga bermanfaat besar bagi kandidat itu sendiri. Kandidat yang jujur tidak perlu terus-menerus "berjaga-jaga" agar kebohongannya tidak terbongkar. Mereka dapat bekerja dengan nyaman, percaya diri, dan lebih fokus menunjukkan kemampuan terbaik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun