"Ayo, mumpung masih muda, ambil rumah dari sekarang, nanti menyesal lho!"
Kalimat ini mungkin terdengar familiar di telinga banyak anak muda. Saran klasik dari orang tua, senior kantor, atau bahkan petugas marketing properti yang terlalu semangat. Namun, kenyataannya, semakin banyak generasi muda saat ini yang memilih mundur teratur saat mendengar kata "KPR".
Pertanyaannya: mengapa anak muda sekarang makin ragu mengambil KPR? Bukankah punya rumah adalah impian semua orang?
Mari kita bedah fenomena ini secara santai tapi serius.
1. Harga Rumah Lari, Gaji Jalan Santai
Kita mulai dari akar masalah: harga rumah naik, gaji stagnan.
Di kota besar seperti Jakarta, Surabaya, hingga Bandung, harga rumah pertama bisa tembus Rp500 juta ke atas. Sementara, rata-rata gaji anak muda di awal karier berkisar antara Rp4--8 juta. Kalau pakai kalkulator KPR, cicilan rumah bisa menghabiskan separuh bahkan lebih dari penghasilan.
Artinya, untuk bisa punya rumah lewat KPR, anak muda harus "mengencangkan ikat pinggang" bukan hanya beberapa bulan, tapi puluhan tahun. Pertanyaannya: apa masih layak berkorban sebanyak itu untuk rumah yang belum tentu bisa kita nikmati dengan nyaman?
2. Kehidupan Fleksibel vs KPR yang Mengikat
Generasi sekarang hidup di era fleksibilitas. Pekerjaan jarak jauh, pindah kota tanpa ribet, bahkan ambil kerja sampingan sambil liburan adalah gaya hidup baru.