Mohon tunggu...
Harkit Sihombing
Harkit Sihombing Mohon Tunggu... Teknisi - HMPS

Setiap tangan menciptakan kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Budaya Makan di Lintong Nihuta (Dahulu)

25 Juni 2019   01:13 Diperbarui: 25 Juni 2019   13:40 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Suatu perkampungan (Huta) di tanah Batak dahulu berada dalam benteng tembok tanah (parik) berkeliling segi empat. Rumah berdiri sekitar 4-7 di dalamnya. Perkampungan tersebut mempunyai seorang junjungan, biasanya pendiri kampung (sipungka huta). Meskipun populasinya sedikit, perkampungan itu dalam kategori mandiri (otonom). Terutama bidang pangan makanan. Makanan utama penduduk ialah nasi dan ubi.

Huta Banjar Nahot (Salah satu nama perkampungan). Syarat parnampunaon na jinomba ni bulu, parhaisan ni manuk yang bermakna untuk berkebun dan beternak selalu diperhatikan dalam keberlangsungan hidup penduduk kampung tersebut untuk dikonsumsi. 

Jamuan makan keluarga pada satu rumah tangga wajib makan bersama. Tidak ada saling mendahului atau ada alasan menunda waktu makan karena masih kenyang sehingga menunda sampai perut meminta asupan makan. Selembar tikar dari bahan pandan atau bayon digelar. Perempuan menyajikan makanan di atas gelaran tikar, tepat di tengah tikar. 

Meski sudah mengenal meja dan kursi tak pernah makan di meja, karena suatu sikap hormat dan santun bila makan pada tikar kala itu. Duduk bersila bagi laki-laki, duduk dengan melipatkan salah satu kaki ke arah belakang bagi perempuan. Kucing maupun anjing pemilik rumah ikut duduk menyaksikan jamuan makan. Hewan peliharaannya itu tertib tak ada suara mengeong maupun menggonggong dan akan dapat jatah setelah tuannya selesai makan.

Makan bersama punya nilai untuk menakar kuantitas makanan. Cukup nasi yang ditanak, disajikan kepada seluruh anggota keluarga. Sedikit tak berkekurangan, banyak tak lebih. Cukup. Suatu yang buruk bila makanan bersisa atau butiran nasi berjatuhan ke tikar maupun ke lantai papan rumah berpanggung itu. 

Sesudah nasi dicentongin (distribusi) berlanjut dengan permohonan doa. Doa makan diawali dari anggota keluarga yang paling bungsu dan doa makan utama dipimpin oleh kepala keluarga. Setelah kata amin, satu persatu bergiliran mengambil sayur kemudian lauk (ikan). Seseorang yang mendahulukan mengambil lauk adalah suatu sikap mempertontonkan ketamakan. 

Dan suatu kedisplinan juga pada akhir makanan setiap anggota keluarga itu harus menyisakan lauk (ikan) paling akhir di piringnya. Semacam makanan penyuci mulut. Sebutir nasi sisa diyakini akan membuat tondi (roh) nasi pergi dan berpengaruh pada kualitas dan kuantitas panen berikutnya.

Cara makan itu konkrit pada gambaran bahwa kurangnya ikan yang tersedia. Daerah itu berada di dataran tinggi. Ikan dibeli setiap pekan yang hanya sekali seminggu dan harganya cukup mahal, sehingga ikan asin menjadi pilihan yang juga tahan lama disimpan. Ikan datang dari Sibolga, Barus maupun dari tepian danau Toba, Muara.

Saat makan, semua tertib dan tak ada bersuara. Khusus jamuan makan malam usai, terjadilah pembicaraan mempertanyakan bagaimana hasil kerja di ladang, sawah maupun ternak dan menyusun strategi (pembagian kerja) kepada anggota keluarga ke hari besok.

Menunggu hari pekan tiba, stok ikan asin  terkadang duluan habis dan akan digantikan dengan hanya manggugut sira (mengunyah garam) atau mencampur dengan cabai, perasan asam dan andaliman. 

Antara jam 19:00-20:00 WIB acara makan sudah selesai dan tidak ada lagi jamuan makan setelah jam itu. Makanya jarang orang di perkampungan yang gemuk atau kelebihan karbohidrat. Waktu makan selesai disebut tungkap hudon.

Kesederhanaan makan salah satu penghantar baiknya orang perkampungan dalam kesehatan, ekonomi dan berkarakter.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun