Mohon tunggu...
Harjo Gandong
Harjo Gandong Mohon Tunggu... Guru - Teacher

Guru Matematika di SMP Negeri 4 Komodo Kabupaten Manggarai Barat NTT

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

MINAT (Matematika In Nature): Pilihan Cerdas untuk Pengajaran Matematika SMP

8 Agustus 2022   20:22 Diperbarui: 8 Agustus 2022   20:27 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Salah satu cara yang dilakukan untuk menerapkan pembelajaran bermakna ini adalah dengan melakukan pembelajaran "Outdoor class" berbasis alam yang disebut "MINAT (Mathemathic In Nuture). Pembelajaran berbasis alam akan memberikan makna bagi peserta didik sehingga dapat mengaitkan apa yang dilihatnya dengan pengetahuan yang diperolehnya. Hal terpentingnya adalah membangun karakter agar semakin baik. Pembelajaran berbasis alam membawa matematika kepada masalah kontekstual. Bukan lagi menghafal rumus-rumus yang abstrak didalam kelas. Memungkinkan siswa untuk belajar secara bebas, sambil "bermain" mereka belajar. Peserta didik dapat keluar dari cengkraman suasana kaku yang berbasis kursi dan meja yang tertata rapi dan tak dapat bergerak bebas oleh keterbatasan ruang aktivitas. Secara substansi, belajar berbasis alam merupakan suatu sistem pembelajaran yang mengajak anak agar akrab dengan alam dan memberikan semangat dalam belajar.

 

Kelas Pohon.

Pembelajaran matematika berlangsung dibawah pohon yang dikemas dengan istilah "Kelas Pohon". Dalam praktiknya, pembelajaran untuk setiap KD ditutup dengan dengan "Kelas Pohon". Dimulai pada materi pola bilangan, pelaksanaan Kelas Pohon dilakukan untuk mempraktikkan pola bilangan. Peserta didik diminta mengumpulkan potongan ranting-ranting kecil dari pohon bidara dengan ukuran yang sama panjang, kemudian disusun membentuk segitiga sama sisi sesuai pola barisan aritmetika. Kemudian menentukan suku ke n dari barisan aritmetika itu.

Pada akhir materi Bidang Cartesius. Siswa melaksanakan kelas pohon dengan membuat proyek yakni membuat bidang Cartesius dari bahan Tripleks, benang serta paku. Pada pelaksanaannya, siswa menentukan titik-titik koordinat dari bidang Cartesius itu. Dikerjakan secara berkelompok, dan guru hanya memfasilitasi.

Demikian juga pada materi Persamaan Linear Dua Variabel. Siswa diminta mengumpulkan buah bidara dan buah ara yang ada dilingkungan sekolah. Buah-buah itu dibungkus dengan plastik dengan jumlah yang berbeda  sesuai permintaan dan diberi tulisan harga pada setiap plastik. Kemudian siswa diminta menghitung harga 1 buah yang ada didalam plastik dengan memanfaatkan harga setiap bungkusan.

Hasil langsung yang didapat dari observasi pada pelaksanaan kelas pohon ini menunjukkan adanya peningkatan semangat yang luar biasa dari siswa dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis aktivitas ini. Siswa terlihat riang gembira dalam kelas ini. Berbicara apa adanya, tidak kaku, bebas berekspresi dan bergerak, melakukan apapun yang sesuai dengan pekerjaan masing-masing, suka bertanya-tanya tentang pekerjaan yang dilakukan. Serta mencermati dengan saksama apa konten materi yang sedang dikerjakan.

Pohon Ekspresi (Pohon Matematika)

Pohon ekspresi ini diilustrasikan sebagai pohon yang dimanfaatkan oleh peserta didik sebagai tempat pajangan atau memasarkan hasil karya mereka sendiri. Pengalaman atau pengetahuan yang telah mereka peroleh dalam pembelajaran dikelas sebelumnya dituliskan dalam papan lalu dipajang dan digantungkan pada pohon yang berada tepat di depan kelas.

Siswa diminta menuliskan rumus-rumus matematika yang telah mereka pahami dan dituliskan dalam bentuk lukisan pada papan. Setelah itu, dipajang dan diikat pada ranting pohon. Walau dalam pelaksanaanya masih sebatas pada pajangan rumus-rumus sederhana, akan tetapi manfaatnya langsung dirasakan tidak hanya oleh peserta didik sendiri tetapi juga dirasakan oleh warga sekolah dan juga masyarakat sekitar yang menyaksikan pajangan pada pohon ekspresi ini. Kegiatan ini merupakan suatu bentuk pemahaman konsep yang diekspresikan melalui tulisan-tulisan yang dipajangkan. Peserta didik memiliki perasaan bangga dan senang, bahwa hasil karya mereka dipajang dan dilihat serta disaksikan oleh banyak orang. Ini semacam "pasar" rumus matematika atau bisa disebut perpustakaan rumus yang disebut Pohon Matematika.

Pohon ekspresi ini tidak hanya sebatas pada rumus-rumus, akan tetapi juga karya-karya matematika lain yang dimiliki oleh peserta didik dalam pengalaman pembelajaran matematika sebelumnya. Misalnya gambar, puisi, atau bahkan soal-soal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun