Mohon tunggu...
Hari Wiryawan
Hari Wiryawan Mohon Tunggu... Dosen - Peminat masalah politik, sejarah, hukum, dan media, dosen Usahid Solo.

Penulis lepas masalah politik, sejarah, hukum, dan media, dosen Usahid Solo

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Jurus "Blitzkrieg" untuk "Security Approach" ala Jokowi

19 November 2019   09:09 Diperbarui: 20 November 2019   01:55 2639
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jika menteri dari NU, maka kaum intoleran akan mudah membaca dan mudah mengambil posisi. Tapi dengan seorang Aceh bintang 4. Kaum intoleran akan tergagap.

Sementara di aparat sipil orang juga pasti akan menduga Tjahyo Kumolo akan dipakai lagi karena cukup rapi menata kementerian dalam negeri. Dan serang mendadak yang baru saja digunakan Jokowi adalah: Ahok.

Dalam Blitzkrieg, Jokowi hanya menyampaikan sayap sosial-ekonomi yang dicitrakan sebagai kabinet anak muda. Namun sayap politik keamanan disembunyikan.

Model kebijakan kabinet dengan pisau bermata dua ini, sebenarnya telah dijalankan dalam kabinet Pembangunan zaman Orde Baru. Suharto memiliki dua sayap yaitu di sisi kiri sayap pembangunan ekonomi dengan Mafia Berkeley (Wijoyo Nitisastro dkk) dan sayap stabilitas politik keamanan Letjen Ali Murtopo dan Jenderal Beny Murdani.

Suharto dan Jokowi kurang lebih menghadapi masalah yang sama yaitu pembangunan ekonomi yang harus dipercepat dan stabilitas politik keamanan yang harus mantab.

Dalam hal stabilitas politik dan keamanan. Suharto menghadapi hantu komunisme. Hantu ini diselesaikan dengan baik oleh Suharto, tak peduli dengan isu kemanusian.

Suharto dalam awal pemerintahanya juga berhadapan dengan Islam. NU dan Muhammadiyah yang moderat saja tidak bisa mendekat, apalagi Abu Bakar Baasyir, langsung lari ke luar negeri. Namun masalah dengan Islam selesai sejak Suharto mendirikan ICMI.

Beruntung Suharto dengan kharisma dan otoritarianisme-nya mampu mengkonsolidasi kabinetnya dalam waktu yang lama, --karena jangka waktu berkuasa lama---sehingga soliditas tim terjaga.

Namun stabilitas politik keamanan yang terlalu kencang yang dikenal dengan pendekatan keamanan (security approach) di bayar mahal dengan mandegnya berbagai saluran politik aspirasi bawah. Akibatnya Suharto tumbang dengan unjuk rasa mahasiswa.

Apa yang dilakukan Jokowi, dalam membangun stabilitas politik keamanan bisa juga disebut menerapkan metode 'security approach' , (sebuah istilah yang tidak disukai publik pada zaman Orde Baru).

Hal ini bisa dilihat dalam kebijakan Jokowi menghadapi kaum intoleran, dan adanya penempatan dua jenderal dalam jabatan yang biasanya dipegang sipil, Mendagri dan Menag. (Dalam kasus ini Menteri Kesehatan meskipun seorang tentara tetapi tidak tanpak misi politiknya).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun