Mohon tunggu...
Hari Wiryawan
Hari Wiryawan Mohon Tunggu... Dosen - Peminat masalah politik, sejarah, hukum, dan media, dosen Usahid Solo.

Penulis lepas masalah politik, sejarah, hukum, dan media, dosen Usahid Solo

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Haruskah Gibran "Nyalon" Wali Kota Solo 2020?

13 November 2019   11:24 Diperbarui: 13 November 2019   11:42 942
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(ANTARA FOTO/Aprillio Akbar) via Kompas.com

Dalam Pilpres kemarin, 2019 Jokowi memperoleh suara 82%  sementara dalam Pilgub Jateng 2018, Ganjar Pranowo menang 71%. Dari empat hasil Pemilu baik Pilwalkot, Pilgub dan Pilpres, suara Rudi-Purnomo dalam Pilwalkot tahun 2015 yang paling rendah.  

Mengapa itu bisa terjadi? Karena sejak Jokowi memimpin kota Solo, harapan rakyat sangat tinggi kepada Kota Solo. Jokowi yang mampu mengubah kota Solo dari kota yang kumuh dan tertinggal jauh dibanding, misalnya, Yogyakarta, bisa meloncat menjadi kota yang menarik dengan berbagai event dengan skala internasonal dan sebagaian besar event itu melibatkan begitu banyak partisipasi pubilk yang masif. 

Harapan rakyat terlanjur melambung tinggi kepada pemerintah kota. Namun sejak Jokowi pindah ke Jakarta, kota ini bukan mengalami kemajuan namun justru kemunduran. Rudi dan Purnomo tidak mampu meneruskan program yang dirintis Jokowi.

Apakah Walikota Solo gagal? Tentu tidak. Ia telah sukses. Namun kesuksesan itu karena target yang ditetapkan sangat..sangat rendah. Lihatlah slogan Walikota Rudi: "Wareg- Wasis dan Waras" (Kenyang-Pintar dan Sehat). Untuk sebuah kota budaya yang sedang menatap sebagai kota internasional tentu sangat mengherankan jika visi yang ditetapkan sekadar "wareg" (kenyang). 

Ini mengesankan bahwa kota Solo seakan-akan semula adalah kota yang tandus gersang dan mengalami musim kekeringan yang panjang, sehingga terjadi masa paceklik dan busung lapar di seluruh penjuru kota, sehingga sang walikota bertitah agar tidak ada warga yang kelaparan. Karena itu program utama adalah membuat rakyat 'wareg'(!?)..

Di sinilah terletak jurang pemisah  yang sangat lebar antara Jokowi dan Rudi. Jokowi sebagai walikota memiliki visi yang jauh kedepan, seorang yang visioner dalam membangun kota. Tiba-tiba diganti oleh walikota yang hanya sekadar bercita-cita mengurus perut agar warga "kenyang".

Bila nanti Rudi-Purnomo diganti oleh Purnomo-Teguh maka kurang lebih juga memliki visi yang tidak akan jauh berbeda. Setali tiga uang. Mereka adalah kalangan pengurus partai merasa sudah mapan tidak ingin ada perubahan. 

Purnomo berusia 70 tahun sedangkan Teguh 61 tahun. (Gibran 32 tahun). Warga Solo tidak tahu prestasi apa yang pernah dicapai oleh Purnomo selama menjabat sebagai wakil walikota, sehingga dia berani maju sebagai walikota. Warga juga tidak terlalu banyak tahu prestasi Teguh Prakosa, yang diketahui adalah dia bekas guru sebuah STM swasta yang bukan favorit.   

Namun  sisi lain, mereka adalah para pengurus partai yang setia kepada Megawati dan berjuang untuk mempertahankan soliditas partai dengan kerja keras. Sehingga, memperoleh kemenangan dari pemilu demi pemilu. Dalam konteks ini Rudi, Purnomo, Teguh dan jajaranya harus diakui memiliki loyaltas dan dedikasi 24 karat pada partai.  

Namun mereka bukan pimpinan sebuah kota yang ingin maju. Mereka bukan generasi  milenial yang penuh semangat untuk menyongsong masa depan. Purnomo dan Teguh adalah generasi  yang sudah layu sudah uzur yang memang sudah seharusnya berdiri di belakang saja menyaksikan generasi muda tampil ke depan.

Karena itu Solo butuh seorang pemimpin yang visoner mengembalikan visi Jokowi yang meninggalkan kota Solo begitu saja. Kebetulan orang yang bisa meneruskan visi Jokowi adalah putrnyanya sendiri Gibran. Sosok Gibran menjadi menarik bagi warga Solo karena dia dianggap berhasil membangun bisnisnya sendiri tanpa banyak mendompleng pada sang ayah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun