Mohon tunggu...
Haris Sunansyah
Haris Sunansyah Mohon Tunggu... Arsitek - Arsitek

Melukis dalam tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Terima Kasih, Pak Tukang

22 Mei 2020   16:44 Diperbarui: 26 Juli 2020   13:08 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siapa yang membangun rumah kita? Siapa yang membangun jalan untuk mobilitas kita setiap hari? Siapa yang membangun gedung-gedung tempat kita mencari rezeki? Serta macam-macam bangunan yang mendukung aktivitas kita setiap hari?

Mungkin kita akan langsung teringat nama besar arsitek atau kontraktor. Atau paling tidak, rumah kita yang didesain tanpa arsitek, mungkin nama mandor borong yang kita ingat. Ya, benar. Karena kita akan selalu mengingat nama besar yang melekat pada kita, baik itu brand maupun seseorang.

Tapi sejatinya produk-produk bangunan yang kita duduki dan kita manfaatkan setiap hari adalah hasil kerja tangan-tangan kreatif dan inovatif para tukang dan pembantunya. Jangan lupa, mereka yang setiap hari selalu bersentuhan dengan material yang nantinya akan melekat pada aktivitas kita setiap hari.

*

Arsitek, mereka hanya merancang, menampilkan secara visual apa yang menjadi kehendak sang klien atau mungkin kehendak idealis sang arsitek sendiri. 

Apa mereka yang tangannya kotor mengolah material? Bukan. Itu kerja para tukang. Atau kontraktor? Bukan. Mereka hanya manajemen yang mengumpulkan pihak-pihak -termasuk tukang- yang bisa membantunya mewujudkan bangunan yang ditanganinya.

Setiap hari dalam masa proyek para tukang dengan keahliannya 'merakit' elemen-elemen konstruksi bangunan. Menumpuk, mengaduk, memoles, memotong, bahkan memukul setiap elemen untuk menjadi bentuk yang diinginkan oleh si pemilik bangunan. 

Mereka yang tangannya kotor, tergores, mendapat segala macam resiko, termasuk resiko kejatuhan barang, jatuh dari ketinggian, atau bahkan beresiko secara langsung berhadapan dengan segala macam alat, baik alat-alat bantu maupun alat-alat berat. 

Risiko tertinggi yang dihadapi para tukang adalah sampai cacat fisik bahkan kematian. Segala macam aktivitas pasti memiliki resiko, dan resiko yang dihadapi para tukang cukup besar.

Para tukang itu kreatif. Namun sayangnya kreatifitas mereka hanya untuk mewujudkan gagasan kreatif arsitek dan pemilik bangunan. Mungkin salah satu orang yang paling patuh adalah tukang. Setiap hari diperintah begini begitu, ikut saja. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun