Mohon tunggu...
Abdul Haris
Abdul Haris Mohon Tunggu... Bankir - Menulis Untuk Berbagi

Berbagi pemikiran lewat tulisan. Bertukar pengetahuan dengan tulisan. Mengurangi lisan menambah tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Yang Salah Bukan Kriptonya, tapi Orangnya

6 Agustus 2023   07:00 Diperbarui: 6 Agustus 2023   09:06 610
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Bitcoin. (Dok Shutterstock via Kompas.com)

Beberapa hari ini, ramai diberitakan seorang mahasiswa tega menghilangkan nyawa rekannya lantaran akan mengambil barang milik korban. Belakangan, pelaku mengaku bahwa dia membutuhkan uang karena terlilit pinjaman. 

Lilitan pinjaman disebabkan investasi kripto yang terus merugi. Akhirnya, akal sehat sehat pun hilang demi untuk menyelesaikan semua masalah keuangan itu.

Lain cerita, awal tahun lalu, situs crypto coinkickoff.com merilis survei tingkat stres investor kripto pada 50 negara di dunia. Dalam survei yang bertajuk Where Are People Most Stressed About the State of Crypto? 

Indonesia menduduki peringkat ketiga untuk Asia Tenggara dengan angka 19,21%. Peringkat pertama dan kedua berturut-turut Singapura (24,18%) dan Malaysia (20,89%). Fluktuasi nilai kripto menjadi pemicu stres tersebut.

Jadi, dapatkah disimpulkan investasi kripto penyebabnya? Sebelum menjawabnya, coba kita ulas  sedikit beberapa kondisi terkait stres dan finansial.

Sebuah jurnal berjudul Worrying about the Stock Market: Evidence from Hospital Admissions yang ditulis oleh Joseph Engelberg dan Christopher A. Parsons dari University of California, San Diego, menyimpulkan bahwa fluktuasi harian harga saham mempunyai impak yang cepat terhadap kesehatan fisik investor. 

Penurunan harga yang tajam meningkatkan tingkat rawat inap 2 hari berikutnya. Kesehatan fisik dimaksud terkait erat juga dengan kesehatan mental, seperti rasa khawatir.

Dengan demikian, tidak hanya investor kripto yang rentan menderita stres, tetapi juga investor saham. Sampling 2 instrumen investasi tersebut sama-sama mewakili investasi yang berkarakter risiko tinggi.

Adagium lama high risk high return selalu berlaku. Teori terbaru oleh Morgan Housel, penulis buku The Psychology of Money, menyatakan bahwa luck and risk are siblings atau keberuntungan dan risiko adalah saling berpasangan. Memahami pernyataan itu, setiap potensi keuntungan pasti menempellah suatu risiko.

Dari berbagai pemikiran ilmiah tersebut, saya pun berkesimpulan, kemampuan toleransi terhadap investasi berisiko itulah yang menentukan daya tahan mental investor. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun