Mohon tunggu...
Abdul Haris
Abdul Haris Mohon Tunggu... Bankir - Menulis Untuk Berbagi

Berbagi pemikiran lewat tulisan. Bertukar pengetahuan dengan tulisan. Mengurangi lisan menambah tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Money

Inovasi Penahan Inflasi

11 April 2018   23:09 Diperbarui: 11 April 2018   23:31 968
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gejolak harga bahan pangan sudah menjadi kelaziman menjelang dan selama bulan Ramadhan. Hari besar keagamaan ini memang merupakan momentum paling sensitive terhadap lonjakan harga komoditas tersebut.

Harga bahan pangan merupakan salah satu pemicu utama terjadinya inflasi. Data Badan Pusat Statistik menunjukkan pada Maret lalu bahan makanan menduduki andil inflasi tertinggi bersama dengan transportasi. Kenaikannya sejalan dengan kebutuhan masyarakat, khusus pada hari raya keagamaan ini permintaan masyarakat melebihi bulan-bulan selainnya.

Sukar mencegah fenomena tahunan kenaikan harga bahan makanan, namun bukan  mustahil untuk mengendalikannya. Memang rumit mengendalikan harga pangan. Strategi yang diterapkan pun harus luas dan menyeluruh.

Memperhatikan seluruh faktor dalam rantai bisnis penyaluran barang dari produsen ke konsumen merupakan kuncinya. Pasokan barang yang banyak tidak menjamin terjaganya harga ketika kelancaran distribusi diabaikan, sebagai contoh.

Pengoptimalan peran Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) dalam mengatur strategi pengendalian inflasi, dukungan Satgas Pangan kepolisian untuk penegakan hukum, dan penyelenggaraan pasar murah serta operasi pasar yang biasa diinisiasi Dinas Perdagangan, merupakan bentuk rutinitas dalam menstabilkan harga pada momentum besar ini.

Dalam perkembangannya, meredam inflasi dari harga pangan bukanlah sesuatu yang sederhana. Kestabilan harga pangan kerap diidentikkan dengan harga komoditas yang konsisten rendah. Bagi konsumen tentu sangat menguntungkan, tetapi belum tentu bagi produsen. Petani, misalnya, akan memperoleh margin keuntungan yang kecil atau mungkin justru rugi.

Kompleksnya pengendalian harga pangan akhirnya menghasilkan berbagai terobosan. Pemotongan rantai distribusi dan pemantauan harga berbasis digital merupakan inovasi terkini kaitannya dengan upaya tersebut.

Penyederhanaan Distribusi

Sebagaimana sempat disinggung sebelumnya, keseimbangan permintaan dan penawaran saja tidak cukup untuk menjamin kestabilan harga. Distribusi adalah factor yang tidak dapat dilepaskan dari kestabilan tersebut. Panjangnya rantai distribusi menyebabkan harga barang naik, itu pun masih ditambah risiko penimbunan oleh oknum tertentu.

Menyikapi masalah itu, muncullah mekanisme penjualan bahan pangan dengan rantai distribusi yang sangat pendek. Rumah Pangan Kita (RPK), yang diinisiasi oleh Badan Urusan Logistik (Bulog), menciptakan system pemasokan komoditas yang dikelola Bulog (misalnya, beras, gula, cabai, dan minyak goreng) langsung ke warung milik masyarakat, sebagai contoh.

Inovasi serupa, Toko Tani Indonesia dari Kementerian Pertanian, Minang Mart dari pemerintah Sumatera Barat, atau penjualan produk melalui Badan Usaha MIlik Desa memiliki mekanisme penyaluran barang dengan distribusi yang pendek.    

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun