Mohon tunggu...
Harison Haris
Harison Haris Mohon Tunggu... Freelancer - Lahir dan besar di Jepara dan Jakarta. Mantan pemain bola amatiran, sempat jadi wartawan olahraga dan sekarang tinggal di Depok. Menyukai dan meminati banyak hal, tapi baru bisa melakukan sedikit hal.

Lahir dan besar di Jepara. Mantan pemain bola amatiran, sempat jadi wartawan olahraga dan sekarang tinggal di Depok. Menyukai dan meminati banyak hal, tapi baru bisa melakukan sedikit hal.

Selanjutnya

Tutup

Bola

Membandingkan PSS Sleman, PSIM dan Persiba Bantul

4 Desember 2018   03:00 Diperbarui: 4 Desember 2018   04:22 1802
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jadi, PSIM akan selamat dan terus berkembang bila mampu mempertahankan fans-base saat ini. Lalu, juga ada orang Jogja (atau orang luar) yang gila bola dan mau "ancur-ancur"-an mendukung PSIM. Tentu dukungan finansial yang paling utama.

Kota Jogja juga harus punya tokoh kuat di  kalangan supoter selevel Yuli Sumpil atau Ayi Beutik yang mampu menggerakkan masyarakat Jogja untuk mendukung PSIM. Kalau perlu "urunan" atau iuran untuk membesarkan PSIM. Syukur-syukur suporter punya saham.

Stadion Mandala Krida juga harus bersolek. Sehingga warga Jogja ada kebanggaan saat datang ke Stadion. Selanjutnya, tokoh seperti walikota juga harus "hadir" dalam dunia sepakbola Jogja. Kalau tidak bisa membantu finansial ya... mendukung secara moral. Apa yang dilakukan oleh Ridwan Kamil datang  membaur bersama bobotoh saat Persib bertanding (sambil bertelanjang dada lagi) adalah contoh gamblang bagaimana tokoh masyarakat mendukung klub sepakbola yang mewakili kotanya.

Tapi masalah utama PSIM tahun ini adalah dana. Penampilan mereka oke. Hanya karena dana, mereka kena sanksi dan tidak bisa melanjutkan ke putaran 8 besar LIGA 2. Ya, PSIM kena sanksi penguranhan 9 poin dari FIFA, karena menunggak gaji pemain sebesar 1 milyar. Kalau kendala uang 1 milyar itu terselesaikan, PSIM lolos ke babak 8 besar dan bisa jadi sekarang sudah lolos ke LIga 1. Karena poin PSIM seandainya tidak dikurangi 9 poin, sudah cukup untuk lolos ke 8 besar LIga 2.

Kalau dihitung kasar, dengan penduduk kota Jogja adalah 400 ribu, maka per orang hanya perlu iuran 2.500 rupiah untuk membebaskan PSIM dari sanksi FIFA. Tapi tak ada tokoh masyarakat yang bergerak. Media Massa lokal juga adem ayem.

Dokpri
Dokpri
Saya justru melihat antusiasme sepakbola dari orang-orang Jogja yang ada di kota lain. Semisal dari Bambang Soepijanto. Dia adalah mantan Dirjen Planologi Kehutanan Kementrian LHK, saat ini juga menjabat sebagai Ketua Umum Asosiasi Panel Kayu Indonesia (APKINDO).

Dia berusaha menonton tim-tim asal DIY yang berlaga di Jabodetabek. Kalau tak sempat nonton, Bambang Soepijanto akan mengirimkan logistik berupa snack dan minuman untuk ofisial dan sebagian suporter. Saat PSS Sleman bertanding di Stadion Benteng Tangerang beberapa bulan lalu, Bambang melakukan hal itu.

Namun sebagai warga Jogja yang pindah-pindah tempat (pernah bekerja di Gunung Kidul, Kota Jogja, Bantul, Kulonprogo dan Sleman) Bambang Soepijanto memilih semua tim asal DIY. Baginya susah menentukan menudukung salah satu tim, karena ikatan dia terhadap seluruh wilayah Jogja sangat kuat.

Itu juga yang mendorong Bambang Soepijanto mencalonkan dirinya sebagai DPD RI Dapil Yogyakarta. Dia ingin memajukan Yogyakarta. Selama ada peluang memajukan Jogja (lewat jalur perjuangan apapun), dia akan berjuang untuk Yogyakarta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun