Mohon tunggu...
Harison Haris
Harison Haris Mohon Tunggu... Freelancer - Lahir dan besar di Jepara dan Jakarta. Mantan pemain bola amatiran, sempat jadi wartawan olahraga dan sekarang tinggal di Depok. Menyukai dan meminati banyak hal, tapi baru bisa melakukan sedikit hal.

Lahir dan besar di Jepara. Mantan pemain bola amatiran, sempat jadi wartawan olahraga dan sekarang tinggal di Depok. Menyukai dan meminati banyak hal, tapi baru bisa melakukan sedikit hal.

Selanjutnya

Tutup

Bola

Standar Jose Mourinho Semakin Rendah

29 November 2018   18:51 Diperbarui: 29 November 2018   18:57 595
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dulu kita menyaksikan Jose Mourinho sebagai pelatih yang ambisius dan punya standar sangat tinggi. Bahkan ketika timnya menang, dia tetap mengkritik pemainnya. Dia hanya merayakan selebrasi yang "wow" kalau berhasil mengalahkan tim besar. Atau memenangkan kejuaraan besar di babak final.

Kita masih melihat bagaimana Mou merayakan dengan antusias dan emosional saat kesebelasan Porto yang dilatihnya menjadi juara Liga Champions tahun 2004. Maklum itu adalah capaian besar, mengingat masa itu adalah masa kejayaan tim Itala dan Inggris.

Begitu juga rasanya maklum ketika Mou begitu antusias --dan memancing emosi lawan---dengan perayaannya yang provokatif saat Inter Milan mennyingkirkan Barcelona di semifinal Liga Champions tahun 2010. Maklum saat itu semua tim hampir tidak ada yang bisa mengalahkan Barcelona dengan tiki-taka-nya di bawah Pep Guardiola.

Selebihnya, Mou terkesan dingin dan biasa-biasa saja kalau timnya menang. Tapi kejadian minggu ini menunjukkan kalau standar Mou turun. Menghadapi klub Swiss yang bernama Young Boys dan menang tipis Mou kesetanan. Di pinggir lapangan, Mourinho bereaksi dengan menendang rak botol minum yang ada di dekatnya, kemudian membanting satu rak botol air minum lainnya.

Sekali lagi, melawan tim kecil dan hasilnya "hanya" baru lolos ke perempatfinal Liga Champions, Mou sudah begitu emosionalnya. Dulu, lolos ke perempatfinal adalah hal biasa bagi Mou. Sekarang sepertinya sesuatu yang luar biasa.

Pep juga meloloskan timnya ke perempatfinal, reaskinya biasa. Karena perempatfinal Loga Champions adalah hal biasa bagi Pep.  Mungkin saja emosi itu terpicu karena frustasi : menghadapi Young Boys di kandang sendiri saja begitu beratnya.

Tapi, memang, kejayaaan Mou sepertinya sudah berakhir...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun