Mohon tunggu...
Harisma izza Z
Harisma izza Z Mohon Tunggu... Lainnya - Bawes

akun ini untuk menyelesaikan tugas kuliah saya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pola Asuh Orangtua dalam Mengembangkan Kreativitas Anak

25 Oktober 2020   14:35 Diperbarui: 25 Oktober 2020   14:39 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Ada 4 pola asuh terhadap anak, yaitu

  • Pola asuh authoritarian atau otoriter

adalah jenis pengasuhan yang menuntut anak-anak untuk mengikuti perintah-perintah orangtua. Orangtua dengan pola pengasuhan seperti ini cenderung menggunakan disiplin yang keras. Orangtua otoriter cenderung kurang responsif terhadap kebutuhan anak-anak mereka, dan juga memakai hukuman jika tidak menuruti perintah orang tua.

  • Pola asuh authoritative atau demokratis

Dengan pola pengasuhan seperti ini orang tua akan memberi kebebasan dan dukungan terhadap apa yang dilakukan anak-anaknya. Orang tua menetapkan peraturan dan menerapkan batasan dengan membuka diskusi dengan anak-anak.

  • Pola asuh neglectful atau cuek

Orangtua seperti ini cenderung acuh terhadap kebutuhan anak-anaknya dan tidak terlibat dalam kehidupan anak- anaknya. Orang tua tidak memiliki batasan- Batasan yang tegas untuk anaknya.

  • Pola asuh Permissive

Orangtua dengan pola pengasuhan seperti ini tidak terlalu banyak memberikan aturan dan batasan kepada anak-anaknya. Mereka sangat memanjakan anaknya.

Apakah orang tua harus mengajarkan kreativitas kepada anaknya? Jawabannya adalah, tidak ada sarana, pendidikan, atau kurikulum yang bisa mengajarkan anak menjadi kreatif. Seperti halnya kecerdasan, semua anak pasti memiliki kreativitas. Hanya saja masing-masing anak memiliki tingkat kreativitas yang berbeda-beda. 

Kecerdasan dan kreativitas pada dasarnya dapat berjalan seiring. Akan tetapi, berbeda dengan kecerdasan, kreativitas anak tidak dapat berkembang apabila anak tumbuh dalam lingkungan otoriter, di mana segala sesuatu yang dilakukan anak harus sesuai dengan aturan tertentu. anak yang menghadapi situasi seperti ini dalam waktu yang lama, baik di rumah maupun di sekolah, tidak akan memiliki kebebasan untuk berkarya dan kreativitasnya tidak akan berkembang Wulan (2011: 46).

Tim Pustaka Familia (2006: 271) Mengatakan kreativitas tidak bisa diajarkan seperti kita mengajarkan kemampuan menghitung atau membaca. Kreativitas bukanlah suatu materi ajar yang bisa diberikan kepada anak, yang setelah diberikan anak akan mampu melakukan sesuatu yang diajarkan. Ini disebabkan karena, dalam kreativitas terkandung unsur kebaruan dan keunikan sehingga kreativitas lebih mirip dengan cara pandang.

Menurut Ranggiasanka (2011:31) kreativitas anak akan berkembang jika orang tua selalu bersikap otoritatif, yaitu: mampu mendengarkan omongan anak, menghargai pendapat anak, mendorong anak untuk berani mengungkapkannya. Jangan memotong pembicaraan anak ketika ia ingin mengungkapkan pikirannya. Orang tua harus mendorong anak untuk berani mencoba mengemukakan pendapat, gagasan, melakukan sesuatu atau mengambil keputusan sendiri (asalkan tidak membahayakan atau merugikan orang lain atau diri sendiri). 

Orang tua tidak boleh mengancam atau menghukum anak kalau pendapat atau perbuatannya dianggap salah Anak tidaklah salah, mereka umumnya belum tahu, dalam tahap belajar. Oleh karena itu seyogyanya orang tua menanyakan mengapa ia berpendapat dan berbuat demikian. Maka dari itu pola asuh terbaik untuk mengembangkan daya kreativitas anak adalah pola asuh otoritatif, pola ini sangat baik untuk mengembangkan kreativitas anak. Pada pola ini anak diberikan otoritas dalam mengembangkan kreativitasnya; dengan mendengarkan omongan anak, mendorong anak untuk berani mengungkapkan pendapatnya, menghargai pendapat anak, tidak memotong pembicaraan anak, serta orang tua tidak melecehkan pendapat anak.

Tim Pustaka Familia (2006: 255) menjelaskan ada beberapa faktor atau kondisi yang dapat meningkatkan kreativitas, di antaranya; pertama, waktu (anak perlu dibebaskan bermain tanpa Pendidikan Dan Pengembangan Potensi Anak Usia Dini pembatasan waktu yang ketat; kedua, kesempatan sendiri (agar dapat mengembangkan imajinasi anak perlu dibiarkan sendiri dan tidak ada tekanan sosial); ketiga, dorongan, sarana (pemilihan sarana yang baik akan mempengaruhi pengembangan kreativitas; keempat, lingkungan yang merangsang (ada dorongan dan suasana yang mendukung kebebasan ekspresi); keempat, sikap orang tua tidak permisif atau otoriter, pemberian pengetahuan yang banyak

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun