Sebagai contoh, penulisan bilangan romawi sesunggunya tidak memiliki daya pembangun yang kuat dan bisa dipelajari sambil lalu. Sebaliknya, membaca dan menulis bilangan pecahan, misalnya, memiliki daya pembangun yang kuat.
Menyusun dokumen panduan untuk membantu pendidik menyusun kurikulum baru begitu krusial, dokumen ini tentunya akan mendata muatan prioritas dalam matematika dan bahasa dalam masa wabah ini.Â
Masalah dan prioritas di setiap negara tentu berbeda. Secara garis besar, yang diutamakan haruslah sesuatu langkah strategis dalam membenahi kelemahan utama, yakni kurang cakap dalam bernalar.Â
Saat sistem pendidikan di mana-mana sedang merumuskan kecakapan prioritas yang dibelajarkan, Indonesia harus meletakkan pembelajaran kemampuan bernalar sebagai prioritas utama.
Wabah ini bisa jadi membuka peluang bagi pendidikan Indonesia untuk fokus meningkatkan mutu pembelajaran bernalar secara sistematis. Maka, hal ini beralasan kuat dan strategis jika kurikulum ini berfokus dalam kecakapan bernalar, kurikulum ini tentunya akan menjadi sebuah satu simpul kuat guna mengasah kemampuan bernalar.
Penyesuaian kurikulum yang tidak hanya sebatas jargon, kurikulum yang mampu menjabarkan terobosan mendasar dan sekaligus merumuskan langkah strategis dalam mengasah kemampuan bernalar dengan bahasa Indonesia yang sederhana dan jelas.Â
Oleh karena itu, mau tidak mau harus dirumuskan pula kurikulum bagi gurunya dan di titik itu pula yang akan menjadi sorotan.
Penyesuaian Kurikulum
Di satu sisi, sudah barang tentu terdengar para guru, siswa, orang tua, masyarakat, dan juga akademisi mengeluhkan terlalu banyaknya jumlah mata pelajaran sekaligus membludaknya bahan ajar yang harus dipelajari oleh anak.Â
Namun janggalnya, ketika ada usulan untuk mengurangi majta pelajaran, mengubah yang wajib menjadi pilihan, atau menyatukan beberapa mata pelajaran, tidak sedikit pula yang memprotesnya.